D (Demons)

1.6K 208 25
                                    

Tidak terasa Shani tertidur di depan laptop Gracia yang masih menyala. Mata Shani sembab karena terlalu banyak menangis. Penyesalan besar masih ada di hati Shani. Gracia pergi bukan untuk bermain perempuan, dia belajar gitar supaya bisa menyanyikan sebuah lagu untuk Shani.

Shani terbangun dari tidurnya, badannya yang dari kemarin tidak enak semakin terasa sakit kali ini. Pukulan dari Julie kemarin membuat tubuh Shani terasa menyakitkan. Shani berpindah tidur ke ranjang, wangi parfum Gracia masih menempel di sana.

"Ge, aku pengen peluk kamu." Lirih Shani.

"Sampai kapanpun, gue selalu di samping lo Shani."

"Tapi nyatanya sekarang kamu pergi Ge. Aku kangen kamu sayang." Shani memeluk erat guling Gracia.

Shani kembali terisak, semua kenangan dengan Gracia terus berputar. Seakan tidak bisa hilang dan pergi dari otaknya.

Saat orang itu masih ada, rasa cinta ya begitu-begitu saja. Tapi ketika orang itu pergi, rasa cinta itu baru terasa luar biasa.

***

Di tempat lain, Gracia dibaringkan di sebuah ranjang rumah sakit dan ditemani oleh dua orang perempuan. Yang satu berambut pendek dan berpenampilan tomboy. Yang satu terlihat seperti cewek normal.

"Eeeuunghh." Gracia melenguh dan perlahan membuka matanya.

"Gue dimana?" Lirih Gracia.

"Rumah gue." Jawab gadis tomboy.

Gracia menoleh dan mendapati dua orang yang sedang menatapnya.

"Kalian siapa? Lalu kenapa gue masih hidup?" Tanya Gracia.

"Aku Beby, Decefix Beby Chaesara Deviant Tanumihardja. Aku kakak kamu Gre." Jawab gadis tomboy itu.

"Gue Shania Junianatha, pacar kakak lo." Jawab gadis satunya.

"Kak Beby? Kakak masih hidup?" Gracia berkaca-kaca.

"Ini kakak Gre, maaf kakak nggak bisa nemenin kamu selama ini." Beby berdiri lalu memeluk erat adiknya.

"Gre kangen kakak." Gracia menangis dalam pelukan Beby.

Shania hanya bisa memandang momen mengharukan itu. Dia tidak ada niatan ikut campur, karena itu bukan urusannya.

"Gue kok masih hidup sih kak?" Tanya Gracia.

"Jadi lo pengen mati aja?" Tanya Shania balik.

"Ya enggak gitu kak, tapi seinget gue, gue udah meninggal di pelukan pacar gue gitu." Jawab Gracia.

"Shania ini punya kekuatan memindahkan tubuh orang lain dan juga membangkitkan orang mati." Ucap Beby.

"Lalu kenapa aku harus dibangkitkan lagi?" Tanya Gracia.

"Karena kamu mempunyai kekuatan terpendam Gre, dan untuk membangkitkan kekuatan itu. Ada satu syarat." Ucap Beby.

"Syarat apa kak?" Heran Gracia.

"Kamu harus merasakan kematian terlebih dahulu."

***

Hidup Shani berantakan dan kacau semenjak kepergian Gracia. Sifatnya yang dulu dingin dan datar kini bertambah berkali-kali lipat. Shani semakin irit bicara, bahkan sehari bisa tidak berbicara satu kata pun.

Shani juga lebih sering menghabiskan waktunya di rumah Gracia atau di rooftop tempat favorit dia dan Gracia dulu. Terkadang Shani mengalami halusinasi, seakan Gracia selalu ada di dekatnya.

Seperti saat ini, Shani merasa bahwa Gracia kini ada di sampingnya sambil bersandar di pundaknya. Shani saat ini berada di rooftop, menikmati senja favoritnya.

"Kamu nggak kangen aku Ge?" Tanya Shani lirih.

"Lo harus terima kematian gue Shan, ini cuma nyiksa lo."

"Aku yakin kamu selalu ada di samping aku Gre, bahkan aku nggak peduli aku sering halusinasi." Lirih Shani.

Jika ada orang yang melihat, mereka pasti akan mengira Shani gila karena berbicara sendiri. Ya memang, Shani gila karena ditinggalkan Gracia.

"Andai dulu aku sama kamu terus Ge. Kamu pasti masih ada di samping aku sekarang." Ucap Shani.

Tapi semuanya sia-sia. Penyesalan memang selalu datang di akhir, kalau di awal ya namanya pendaftaran.

Anak buah Shani sebenarnya sangat khawatir dengan kondisi bossnya. Jika mood Shani menurun seperti ini, maka kemampuan bertarung Shani ikut menurun. Dua bulan lagi akan ada pertempuran, jika Shani masih seperti sekarang. Bisa dipastikan bagian utara akan kalah untuk pertama kalinya.

Sampai suatu hari Desy memberanikan diri mengikuti Shani sampai di rooftop. Dia ingin mencoba menghibur Shani atau apapun.

"Shani." Panggil Desy.

Shani menoleh, dia sama sekali tidak terkejut melihat Desy mengikutinya.

"Lo nggak capek apa sedih terus?" Tanya Desy.

"Nggak, dan mungkin nggak akan pernah." Jawab Shani.

"Shan, Gege cinta sama lo. Dia pasti nggak suka liat lo kayak gini terus." Ucap Desy.

"Gue nggak peduli dia suka apa nggak. Yang jelas gue pengen kek gini." Balas Shani.

"Apa yang harus gue lakuin biar lo nggak kayak gini Shan?" Tanya Desy.

"Buat Gracia hidup lagi." Jawab Shani lalu berlalu dari hadapan Desy.

Desy menghela nafas pasrah. Tidak ada yang bisa dia lakukan lagi. Siapa yang bisa membangkitkan orang mati? Jawabannya tidak ada.

Eits anda berbohong. Shania Junianatha itu apa?

---

"Jadi gue harus apa sekarang?" Tanya Gracia yang kini sudah terlihat sehat walafiat.

"Gre, kamu itu sebenarnya pengguna api. Tapi bukan api biasa." Ucap Beby.

"Bukannya cuma kakak yang pengguna api?" Heran Gracia.

"Untuk api biasa emang kakak punya, tapi api kamu beda Gre. Sangat berbeda dari yang lain." Jawab Beby.

"Karena kakak kamu manusia, sedangkan kamu bukan." Ucap Shania.

Gracia menjadi sangat heran, rasanya dia manusia biasa. Masih mempunyai perasaan walaupun tidak tau cara mengungkapkannya, ngomong-ngomong soal perasaan, Gracia jadi rindu kekasihnya yaitu Shani.

"Kak Shania bercanda deh, mana mungkin gue bukan manusia." Kekeh Gracia tidak percaya.

Beby menghela nafas panjang, dia jadi ragu untuk mengatakan ini kepada adiknya. Tapi bagaimana pun juga, Gracia harus tau soal dirinya sendiri.

"Kamu bukan manusia Ge....."

"Lalu apa?" Tanya Gracia.

"Kamu iblis berwujud manusia."




























































TBC

ANTARA MERAH DAN BIRU [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang