〄041| Siapa yang Salah?

259 77 14
                                    

Fenly sudah buru-buru kembali ke parkiran, untuk menjemput Gilang yang ketinggalan di sana. Tolong, di mana imej Fenly yang cool dan terkesan tanpa cela ini?

Sembari celingak-celinguk, Fenly mengamati satu per satu orang di sana, ternyata parkiran di jam ini masih saja ramai mengingat ini adalah weekend. Gilang, yang masih berada di jok motor sibuk mengutak-atik ponselnya, berusaha mengirim pesan kepada Fenly dan sesekali meneleponnya. Tapi nihil mendapat jawaban, naas sekali nasib Gilang saat ini.

Akhirnya, Fenly sudah berada di hadapan Gilang dengan raut muka bersalah.

"Sorry, gue panik banget tadi, Lang, sama keadaan Oni," ucap Fenly yang sudah memasang muka memelas di hadapan Gilang, Gilang memasang wajah seolah merajuk, padahal ia hanya menggoda laki-laki di hadapannya itu.

"Sebel banget gue ditinggal mulu perasaan."

Fenly cemberut. "Iya, iya, maafin gue, Lang. Yuk sekarang ke ruangannya Oni. Dia bilang, dia kangen lo tahu!"

Gilang semringah. "Beneran? Eh, tapi, apa yang bikin dia kangen sama gue, ya?"

Kedua laki-laki ini berbincang sambil berjalan berdampingan menuju ruangan Macaronia. "Ya dia nggak bilang detailnya ke gue, mungkin kangen sama kemanisan lo, Lang. Gila ya, kharisma lo nggak nahan!"

Laki-laki berkulit sawo matang ini tersipu malu. "Ah bisa ae kang ngegas."

BRUKK!

Sialan! Sakit woi!

Itu tadi suara batin Fenly yang tertahan. Ngegas ya ternyata?

Perempuan yang sebaya dengan Macaronia ini baru saja menabrak tubuh Fenly hingga keduanya tersungkur di lantai parkiran, beruntung keduanya tidak mengalami luka-luka.

"Sorry!"

Kata maaf keluar dari mulut perempuan itu yang masih terduduk di sana, matanya sudah sembab mungkin karena terlalu lama menangis. Fenly sudah mengulurkan tangannya di hadapan perempuan itu.

"Udah, santai aja gue nggak apa-apa, ayo berdiri."

Perempuan itu sudah menraih tangan Fenly dan membersihkan kekacauan yang baru saja ia buat. Sedikit merapikan rambutnya dan mengusap jejak air mata di pipinya. Fenly tidak mau ambil pusing dan menanyakan mengapa perempuan di hadapannya saat ini menangis, ia tidak mau tahu juga. It's not my business.

"Eyo! Gue jadi nyamuk check!" pekik Gilang membuat keduanya kompak menoleh.

"Apaan, sih, Lang!"

Perempuan itu tersenyum kikuk. "Gue minta maaf, gue permisi."

"Hei! Lo bahkan belum memperkenalkan diri lo!" tutur Gilang yang sudah merentangkan tangannya di hadapan perempuan itu. Fenly hanya mendelik dan menyikut perut Gilang, tidak begitu caranya minta kenalan dengan perempuan.

"Lang dia jadi ketakutan gitu. Udahlah, biarin."

Tidak disangka, perempuan ini mengulurkan tangannya di hadapan Gilang. "Hai, kenalin, gue Areena, bisa panggil gue Reena."

Gilang sudah mengulurkan tangannya ragu, ekspresi terkejut sudah ditampilkan di hadapan Areena, Fenly juga merasa pernah mendengar nama ini sebelumnya. Ah, Fenly tidak mau ambil pusing soal ini, masalahnya lebih penting dibandingkan mempermasalahkan nama perempuan ini.

"Gebetannya Ricky! Iya kan?"

Sumpah, gue malu banget Lang demi Tuhan! Nama Areena, kan, bukan cuma dia!

Fenly sudah membatin dan menutupi wajahnya dengan satu tangan karena malu dengan perilaku Gilang saat ini. Gilang terlihat hanya cengengesan.

Reena hanya tersenyum simpul menjawab pertanyaan Gilang. Tapi, ada sebersit rasa penasaran, mengapa Gilang tahu tentangnya dengan Ricky? Mereka saling kenal?

Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang