14. Iblis Itu Ada Levelnya

125 25 4
                                    

Beberapa siswa yang sudah berada di kelas melirik Tristan. "Apa Pangeran Tristan sedang berlatih berakting untuk ujian praktek bahasa Indonesia nanti?" tanya Rangga, lalu teman-teman laki-laki sekelas kami terkekeh-kekeh.

"Pangeran Tristan, kenapa kau tidak berakting menciumku saja?" tanya Farah. Lalu dia dilempari oleh siswi-siswi perempuan lainnya sambil menyuarakan sumpah serapah.

Mereka semua tidak menyadari jika ada monster.

Monster itu menabrak sesuatu. Aku baru menyadarinya, ada sebuah pelindung berwarna hijau muda transparan yang melindungi gedung sekolah. Wajah si monster terlihat pusing, lalu terjatuh ke bawah, menghilang dari jendela kelas kami yang berada di lantai empat——tentu saja.

Kami bertiga berlari menuju jendela. Siswa-siswi kelas tidak lagi menghiraukan tingkah polah yang sedang kami lakukan——aku pikir itu lebih baik. Kemudian kami melihat di bawah sana, yang seharusnya adalah lantai beton sekolah kami, malah terlihat hamparan hijaunya rumput di sebuah bulatan berdiameter sepuluh meter. Mirip sebuah portal, karena pinggirannya bersinar, memancarkan lima warna lain selain putih: merah, jingga, kuning, hijau, dan biru. Di pinggirnya terdapat cewek SMA semok nan cantik yang mengenakan Hoodie berwarna pastel. 

"Putri?" gumam Nova.

Monster itu terjatuh ke hamparan rumput hijau yang ada di dalam portal. Dia meraung-raung keras. Dan, tentu saja, tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Kecuali Helmi.

"Kenapa monster itu bisa..." Kata-kata Helmi terhenti. Mulutnya menganga.

"Sebaiknya kau diam saja di sini," kata Tristan. "Ayo," ajaknya padaku dan Nova, lalu berlari ke luar kelas. Sudah sangat jelas bahwa dia ingin melihat monster itu.

Sesampainya kami di lantai dasar, sudah tak ada lagi lingkaran aneh yang aku sebut sebagai portal. Hanya ada Putri di sana. Dia berbalik ke arah kami sambil tersenyum kecil.

"Yang barusan itu apa, Put?" tanya Nova, tidak sopan pada kakaknya sendiri.

"Ada iblis level sembilan yang mencoba menyerang ruang kelas kalian." Putri sekilas melirikku. "Untung aku merasakan aura tidak enak sejak jaraknya masih seratus meter dari kelas kalian. Jadi aku masih sempat membuat pelindung."

"Jika tidak sempat?" kata Nova.

"Ya." Putri mengangkat bahunya, masih tersenyum kecil. "Akan ada berita di koran yang judulnya: Angin Kencang Menghancurkan Kaca Jendela SMP."

"Tunggu, tadi kau bilang tentang aura? Aura apa? Anty tidak sengaja pernah menyinggungnya dua hari yang lalu," cecar Tristan. Ternyata dia masih ingat kata-kata Anty dua hari yang lalu. Kata-kata yang sepertinya tidak seharusnya terucap dari mulut Anty, karena ya... Anty jadi agak grogi waktu itu, padahal dia jarang grogi.

"Aura kedatangannya, aura apa lagi?"

"Jadi, apa setiap iblis... monster, atau apalah itu, memancarkan sebuah aura?" tanyaku.

"Ya, tentu saja. Aura mereka memancarkan rasa tidak nyaman dan... seharusnya kalian sudah bisa merasakannya. Mengingat kalian sudah berumur empat belas," jelas Putri.

Aku, Tristan dan Nova saling melempar tatapan.

"Oke, lupakan saja. Kalian tidak akan mengerti. Dan bukan tugasku untuk menjelaskan semua itu." Aku pikir kata-kata yang Putri ucapkan dan nada suaranya bertolak belakang. Karena suaranya terdengar lembut, dan kata-katanya lebih cocok dikatakan oleh Anty. "Bang Ahad akan menjelaskannya nanti sore. Kalian bebas bertanya apa pun padanya."

"Tadi kau bilang iblis level sembilan. Apa kami boleh tahu apa maksudnya?" Bukan Tristan namanya jika dia tidak mencoba mengorek informasi.

"Ya, yang akan menyerang kelas kalian barusan memang iblis level sembilan. Aku baru menjadi Hamia tipe bertahan tingkat A, aku belum bisa melawan iblis yang levelnya lebih tinggi dari enam. Itu sebabnya aku tidak langsung melawannya. Karena aku tidak bisa melawan iblis level sembilan sendirian. Aku butuh bantuan. Jadi aku kirim saja dia ke Angkasa Ke Dua." Jika boleh jujur——sebenarnya aku selalu jujur pada kalian, aku sangat tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Putri.

Aran Alali #1: Hujan Darah IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang