❄️part one❄️

117 9 5
                                    

Suara tawa dua insan yang menggema keseluruh penjuru ruangan tak membuat seseorang yang sedang menggelung tubuhnya dengan selimut terganggu.
Nyatanya dia malah lebih mengeratkan pelukan tubuhnya agar rasa dingin yang dia rasakan sedikit mereda.
Penghangat ruangan hanya bisa menghangatkan tubuhnya tapi tidak dengan hatinya. Rasa kecewa, sedih, marah bahkan menyesal menjadi satu menghantam hidupnya sekarang.

'Bagaimana dia bisa menjalani hari yang menyakitkan mulai saat ini,?pikirnya'.
Kenapa tuhan tidak memberinya sedikit saja rasa bahagia di hidupya.
Karna sekarang bahagianya sedang berbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.
Menghapus pelan air mata yang mengalir di pipinya, menggigit ujung bibirnya menahan tangis agar dua manusia yang sedang bercengkrama itu tak menyadari, betapa menyedihkan dirinya saat ini.

"Ssttt pelankan suaramu, xin ge sepertinya sudah tidur." ucap yang lebih muda.
"Aah, maaf itu tadi sangat lucu." jawabnya masih sambil menahan tawa
"Xin ge kau sudah tidur,?" tanyanya dengan pelan
"Kau bilang dia sudah tidur kenapa kau malah bertanya owen bodoh."
"Aku hanya memastikan xuan ge, sepertinya dia sedang tidak enak badan." ucap yaowen mendekati sosok itu.
"Jangan ganggu dia, biarkan xin ge istirahat, ayo kita kebawah." ajaknya dengan menggandeng tangan yaowen lalu Menutup pelan pintu.

Membuka pelan selimutnya melihat pintu sebentar lalu memandang atap kamar dengan pikiran yang menerawang jauh. Jika dia tidak seegois ini, apakah dia tetap akan membuat orang lain tersakiti.?
Lagi air matanya jatuh untuk kesekian kalinya.
Merasakan hampa di dalam hatinya. Kekosongan yang saat ini ia rasakan begitu lama, bahkan dia sendiri tidak tau bagaimana cara menyembuhkan rasa sakit itu.
Sedangkan kesakitan yang selama ini dia rasa adalah ulahnya sendiri.
Jika saja 3tahun lalu dia mendengarkan ucapan yaxuan, semuanya tidak akan berakhir seperti ini.







3 tahun lalu...

Lelaki dengan seragam sekolah menyandarkan tubuhnya kedinding seolah sedang menunggu seseorang.
Derap langkah kaki anak-anak yang keluar dari ruangan itu membuatnya
Menatap ke arah pintu.
"Kau sudah menungguku lama ya,?" ucap seorang yang dia tunggu.
"Tidak juga, baru 5menit, kelasku juga baru saja selesai." katanya sambil berjalan pelan bersama.
"Ma jiaqi nanti sore aku ada tanding basket bersama yaowen kau mau menontonku bertanding kan.? Tanyanya.
"Tentu saja apapun itu jika untuk ding chengxin aku siap lakukan." jawabnya sambil merangkul pundak chengxin.
Sebuah pukulan pelan di dada jiaqi dapatkan membuatnya mengaduh seolah kesakitan.
"Dasar berlebihan." ucapnya lalu mereka tertawa bersama.

Sebuah taman yang Indah menjadi tempat bertemunya kedua manusia dengan perbedaan tinggi mereka. Ma jiaqi yang memiliki tubuh tinggi dan tegap, sedangkan Ding chengxin lelaki manis ini memiliki tinggi di bawah dagu jiaqi. Ding chengxin meminta jiaqi untuk menemuinya di taman sebelum pertandingan basket nanti sore.
"Ada apa xin'er tidak biasanya kau memintaku menemuimu di taman mendadak begini.?" tanya jiaqi heran.
"A-aku ingin mengatakan sesuatu padamu jiaqi." ucap chengxin gugup.
"Katakan saja, biasanya juga kau bicara lewat chat."
"A-aku menyukai seseorang." ucap chengxin dengan menundukkan kepalanya malu.
Majiaqi yang mendengar penyataan chengxin terlihat sedikit terkejut, namun berharap orang itu adalah dirinya.
"Siapa yang sudah mengambil hati sahabatku ini hmm,?" tanyanya berharap cemas.
"Kau tau huang yuhang kapten basket lawanku nanti,? a-aku menyukainya." dengan semburat merah di wajahnya chengxin tersenyum saat mengatakan perasaanya.
Seolah dunianya menghilang begitu saja, setelah mendengar ucapan chengxin, jiaqi hanya tersenyum tipis dengan menahan rasa sakit di dadanya.
"Baiklah ayo pulang, aku harus bersiap untuk pertandingan nanti." perkataan chengxin hanya di balas anggukkan lemah.

'Ding chengxin dia adalah sahabat sekaligus orang yang berarti bagiku. Kita sudah bersama sejak kecil mungkin karena itu juga perasaan nyaman saat bersamanya, membuatku tidak bisa jauh darinya. suara tawa yang selalu keluar dari bibir kecilnya seolah aku harus mengingat setiap detik. Senyum indahnya dan Perlakuan berlebihan yang dia perlihatkan di saat aku sakit ataupun sedih.
Merasakan Sakit saat melihatnya menangis, ingin rasanya aku memeluknya setiap saat dia merasakan kesedihan.
Apa aku hanya menganggapnya sahabat, di saat hati ini dengan tidak tahu dirinya menginginkan lebih dari kata sahabat.
Namun nyatanya dia mencintai orang lain, tidak apa aku mengerti, setidaknya aku tidak kehilangan dia selamanya bukan.? Kita masih bisa berteman, aku masih bisa melihat tawa dan senyuman itu meski sebagai sahabat.'

Crystal SnowWhere stories live. Discover now