Chapter 3 - That's Your Fault

901 41 2
                                    

"TIDAAKKK!! Aku tidak mau!!"  

Aku langsung memojokannya ke tembok. Kudekatkan wajahku ke wajahnya. 

"Kenapa?"  

Dia menunduk tanpa menjawab pertanyaanku. Nafasnya tersenggal-senggal. 

gulp "aku...bukan...seperti kalian. I, ini bukan tempatku"  

Suara musik terlalu keras, aku agak samar mendengarnya. Ku dekatkan lagi wajahku hingga sama persis sejajar dengan wajahnya. Dia terkejut dan tak lagi menunduk. Wajahnya bersemu merah.  

"Bi, bisa dibilang aku ini antisocial-loner. Gak bakal bisa seperti kalian" Apa? Antisocial-loner? Heh, gak logis. 

"Terserah, mau antisocial-loner kek, tukang molor kek, atau kera sakti sekalipun, kamu itu masih punya hutang padaku!!" 

"HAH? Hutang? Sejak kapan?!" Dia mulai protes. 

"Sejak kamu menandatangani ini" Lagi-lagi ku keluarkan kertas perjanjian itu. Haha, kau tahu? Janji adalah hutang, dan hutang harus kau lunasi. Jika tidak, rentenir akan mendobrak pintu rumahmu. Dia merosot jatuh dan tampak tak mampu untuk berdiri. Seharusnya kamu lebih bersyukur dong kena perangkapku.  

"Ayo, aku akan memaksamu untuk merasakannya. Merasakan berinteraksi dengan orang. Bukan buku saja yang kamu ajak main" Ku angkat tubuhnya dengan kedua tanganku agar lebih cepat. 

"A, apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!!" Wajahnya lebih merah daripada yang tadi. 

"Hanya mengangkatmu" Dia menunjukkan ekspresi tak sukanya padaku. Aku menarik tangannya untuk turun ke tangga. Dan tangannya masih dingin. 

"Berapa berat badanmu?" tanyaku penasaran. 

"...mungkin 48 kilo. Kenapa?"  

Pantas saja enteng. Ternyata yang ku bilang proporsi ideal untuk SMA itu salah, dia jauh lebih kurus. Hasil fatamorgana dari seragam sekolah. 

Khansa menyadari keberadaanku. Satu, dua, tiga, Hup, dia mengambil alih badanku. Otomatis aku berputar untuknya. 

"Arga, akhirnya kamu datang! Ayo kita dansa bareng di dance floor!" ujarnya seraya melepaskan pelukannya. 

"Yo, Bung. Inilah dia Arga yang sudah kita tunggu sedari tadi, yak ada apa gerangan yang tiba-tiba menghilang dan bagaima--UWAA(shock) WHAT ARE YOU DOING HERE??!!"

Sandy menatap horror seperti melihat sosok putih mbak-mbak rambut panjang yang penuh darah. Raka sendiri masih bersembunyi di belakangku tanpa bergutik sedikitpun. 

"Kenalin..." 

"Siapa?" Johan menyelaku lewat mic DJnya, segera ia buka headphonenya. 

"My Personal Assistant" 

"HEEEEEEEEEEEEEE--HH??!!" Serentak paduan suara plus suara pelengkap dari sound system yang parau.

NGGIIIING. Si DJ kerepotan juga deh. 

Johan : "Oh~" 

Sandy : speechless 

Khansa: "WHAT? Asisten kayak dia? Gak banget!" 

Maya : "Apa kamu yakin, Arga?" 

Anna : "Sepertinya, dia tidak terlalu bisa diandalkan" 

Udah, stop. Bicaranya gantian dong. Kan aku bingung mana yang harus ku dahulukan! 

Saki : "Uwaah, kawaii, kawaii, you're pretty handsome and cute. Pe:rkenalkan di:rimu!" 

Dhea : "Ya,ya. Bagaimana caramu bisa kenal dengan si Mr. Perfect Prince ini?" 

Love is Simple [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang