Entah kapan bulan dapat bersinar terang dan ditemani sang bintang lagi? Sebuah pertanyaan yang muncul dikepalaku. Malam ini terasa sangat dingin dan langit dipenuhi dengan kapas hitam yang berusaha menghalangi sang rembulan dan angin yang kencang menambah dinginnya malam.
Aku terduduk diam di atas kasurku sambil menatap keluar jendela yang mulai berembun. Ditemani dengan lagu fana merah jambu dari fourtwnty aku merasa seperti ada yang kurang dan sedikit mengantuk. Lalu aku keluar dari kamarku dan menuju kedapur yang ada dilantai 1.
Setelah sampai dapur aku mencari cemilan dilemari dapur, namun hanya ada kopi dan mie instan.
"Hadehh masa mau makan mie lagi usus buntu lama-lama" Keluhku.
"Nyari apaan sih sa?" Tanya Dira teman kostanku.
"Nyari cemilan, laper aku tapi yang ada malah cuman mie sama kopi"
"Ya terus kamu ngeharepin apa? Rendang?"
"Yaa siapa tau kan ada harta karun daging rendang yang mantap" Haluku.
"Angkasa putra!!! Kita ini anak kostan lagian juga tanggal tua mana ada rendang dalem lemari!! yang ada dah di abisin duluan sama yang lain, sebelum kamu liat ada rendang disana" Kata dira mengingatkan pahitnya keadaan tanggal tua anak kostan.
"Yaudahh lah" Pasrahku.
"Sip bagus, makan sono sekalian ya masakin juga mager aku" Pintanya.
"Ogah dah masak sendiri, mager bener dah" Bantahku.
"Yaallah kawaann-kawaann, gak kasian apa sa sama temenmu ini dah tanggal tua, belum makan baru pulang dari kampuss, sakit badanku ini lemess dah capekk, tolong lahh kamu kan baekkk" Pintanya dengan bumbu keluhannya.
"Susah emang punya temen kostan kalo udah tua ini pulang malem dikit aja dah sakit badan" Ejekku.
"Ya maklum lah dah tuaa kawanmu ini, jadi kan dah paham nih yaa keadaannya tolong ini mahh yakk" Katanya sambil tersenyum dan menaik turunkan alisnya berkali-kali.
"Hadehh iya dahh pak tua diraa" Pasrahku.
"Nah gitu dongg baru kawan namanya heheh"
"Balu kewen nemenyeee" Menyibirkan ulang kata-katanya.
Dengan berat hati akhirnya aku masakkan 2 porsi mie.
Aku dengan dira sudah berteman cukup lama, yaa sekitar sudah satu tahun kami berteman. Kami bertemu saat kami masih menjadi mahasiswa baru di politeknik kesehatan dikotaku. Kami satu jurusan dan satu kelas karna itu kami bisa benteman akrab, walaupun dia sedikit reseh.
Kami sama-sama orang organisasi namun kami berbeda organisai, dia ikut organisasi bem dan aku hima jurusan, ya dia sering keluar malem karna kesibukannya lebih padat di bem dari pada aku.
Selagi aku memasak mie, terdengar suara dira membuka berita dari smartphonenya,
"Pada tanggal 31 oktober tahun 2020 akan ada fenomena bulan biru yang bertepatan dengan hari Helloween"
"Apaan tuh dir?" Tanyaku.
"Ooh itu bakalan ada bulan biru katanya tanggal 31 besok"
"Emang beneran warnanya bakalan biru?"
"Ya manaku tau, mungkin aja tu bulan abis maling terus dipukulin warga jadinya dia biru" Balasnya dengan candaan garing.
"Kluar dah jokes bapak-bapaknya. Dah nih dah mateng mienya ambil sendiri aku mau kekamar lagi"
"Ok sip makasihh saa. Oiya lupa nnti aku mau pergi lagi keluar jaga kostan yak kalo dikunciin bapak"
"Tadi katanya dah tua gak kuat kena angin malem gimana lahh" Ledekku.
"Ya enggak kalo ini beda, aku mau ke kostan pacarku si dinaa ituu minta ajarin ngambil darah dia buat besok ujian katanya"
"Heleh bilang aja mau ngebucin"
"Ya maap aja ini mah permintaan tuan putri, cari cewe makannya biar gak di kostan aja" Ledeknya membalas ledekanku tadi.
"Diem kamu, dah sono aku mau keatas"
Aku tinggalkan dira ke kamarku. Setelah sampai kamar aku lanjut makan mieku sambil melihat keluar jendela. Diluar jendela memang tidak ada yang menarik sih hanya ada orang lalu lalang saja. Mereka seakan pergi entah kemana pergi dengan sebuah perasaan dan kembali untuk mengisi kembali perasaan yang sudah terkuras.
Sesekali aku melihat kembali ke arah langit, masih sama gelapnya dengan sedikit sinar rembulan yang tidak mau dikalahkan oleh kapas hitam yang berusaha menutupinya. Aku berfikir lagi 'kapan bulan dapat bersinar terang dan dapat ditemani sang bintang lagi?'
Mulai terhanyut dengan suasana malam yang dingin dan lagu berganti fourtwnty dengan judul 'aku tenang' yang mulai ngengiringi malam yang tenang ini.
Muncul sebuah pertanyaan baru dikepalaku, apakah benar nanti bulan berwarna biru? Ataukah hanya sebuah kebohongan semata dan bulan tetap tertutup oleh awan hitam lagi?
Waktu berjalan perlahan dan mulai semakin malam. Kelopak mata perlahan tertutup dan sudah hampir tak tertahan lagi. Aku mulai berharap semoga besok aku dapat melihat bulan biru dan bintang-bintang diantaranya. Kelopak mataku mulai tertutup dan memulai sebuah perjalanan menuju taman bunga tidur dan hari esok.
Aku sempat tidur sebentar dan terbangun, serasa seperti ada yang kelupaan tapi aku tidak tau itu apa? Biasanya hal yang dilupakan itu bukanlah hal yang penting jadi kuputuskan untuk menyambung kembali mimpiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Biru
RomanceBulan yang diharapkan untuk dapat bersinar terang dan ditemani dengan bintang-bintang, akankah aku dapat melihatnya kembali? dan ataukah sang langit malam akan menunjukan sesuatu yang spesial untukku nanti? Apapun itu yang ku harapkan sinar rembulan...