07 |T| Serangga nyebelin

297 31 10
                                    

Happy Reading💚


Udara sejuk membuat kenikmatan untuk tidur lebih rileks dan nikmat. Maka, nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

Rania menaikkan selimutnya dan mempererat guling di pelukannya. Hingga suara percikan air, membuatnya sedikit terganggu.

Dia mencoba untuk menutup telinganya dengan bantal, tapi nihil suara air itu terdengar semakin deras membuatnya membukakan mata dengan paksa.

"Huh, kok keran air hidup ya?" gumamnya sembari mendudukkan diri.

Dia mulai beranjak dari tempat tidur, perlahan melangkah ke arah kamar mandi.

"Lampunya juga hidup," gumam Rania dengan menelan ludah kasar ketakutan.

Perlahan suara air semakin kecil dan hilang, membuatnya mencoba memberanikan diri mendekat ke arah pintu.

"Aaaa!!!" teriak Rania langsung menutup matanya.

Ya, siapa lagi kalau bukan ulah si Angga.

"Dasar serangga, pergi lo dari sini! malah pakek handuk doang lagi!" omel Rania dengan berbalik badan dan menutup mata.

Angga terkekeh melihat Rania, dia perlahan membuka lemari mengambil baju dan langsung memakainya.

"Udah," ucap Angga santai, sembari merapikan baju yang dikenakannya sekarang.

Mendengar hal itu, Rania perlahan membukakan matanya dan berbalik badan dengan masih hati-hati.

Dia bernafas lega, saat melihat Angga sudah berpakaian lengkap.

"Lo modus ya? Ngapain lo masuk kamar gue, pokoknya lo keluar sekarang, gue gak mau lo ada di sini!" omel Rania dengan suara meninggi dan wajah yang sudah murka.

"Dan—" ucap Rania terhenti, saat dia hendak merapikan rambutnya, dan tersadar sesuatu.

Ia menelan nafas kasar. "Jilbab!" ucap Rania, dan berlari mencarinya, namun tak menemukan.

Hingga, ia pun mengambil selimut dan langsung menjadikannya jilbab penutup yang menjulur ke bawah.

"Dasar serangga, ngapain lo ke sini? Gue gak rela, lo lihat gue gak berjilbab, walaupun gue baru berusaha menutup aurat, tapi gue gak pernah ikhlas atas semua ini. " senggaknya dengan mata mulai merah.

"Jawab gue! Kenapa lo di sini? bukannya lo di kamar sana? Dan sejak kapan lo ada di sini? dan— lo gak apa-apain gue kan?" omelnya kembali dengan pertanyaan beruntun dan dugaan yang membahayakan.

Angga menarik nafasnya dalam. "Terserah lo mikir gue apa. Karena gue gak pernah niat buat modus atapun nyentuh lo. Gua ke sini barusan, dan gue ke sini juga mau mandi doang karena di kamar sana, kerannya gak bisa hidup. Juga— gue mau sholat subuh, sesuai pesan Papi lo, yang lo sampein kemarin." jelasnya dengan tatapan tajam dan dingin, lalu keluar meninggalkan Rania.

Rania terduduk lemas di kasurnya, entah kenapa dia begitu merasa bersalah telah berbicara seperti itu pada Angga.

"Apa gue ngomong udah keterlaluan banget ya?" batin Rania cemas.

Ia menggelengkan kepalanya kembali, dengan keras kepala dan egonya, ia pun mendukung apapun yang dikatakan barusan pada Angga. Karena itu adalah hal yang wajar, dia hanya menjaga diri, dan dia tidak salah.

***

Angga dan Rania memeluk erat masing-masing kedua orang tua mereka dengan pelukan sayang.

Tak tahu, seberapa tahan Rania akan bisa merindukan mereka nantinya, apalagi jika di tambah perpisahan seperti ini, sungguh sulit bagi Rania pergi.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang