14 |E| Perhatian

255 28 0
                                    

Happy Reading📖


Rania melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada di dekat taman kampus, dengan mengembus sesekali tangannya yang memerah.

Bagaimana dia akan menikmati perayaan, jika baru seperti ini saja dia merasa tak nyaman.

"Nia, tangan kamu kenapa?" tanya salah seorang teman kelompok Rania yaitu Alia yang mungkin mereka kebetulan lewat, tak sengaja melihat tangan Rania.

"Nggak papa li," jawab Rania santai.

"Beneran? Kita ambilin obat di ruang kesehatan ya." ucap Eli kembali menawarkan.

"Jangan, gak usah li, beneran aku gak papa." ucap Rania meyakinkan.

Karena Rania terus menolaknya, Alia dan Eli hanya bisa pasrah, mereka tak bisa memaksa, walau menurut mereka itu sepertinya sakit.

"Yaudah, kita pergi ya." ucap Alia, mereka beranjak pergi. Dan Rania kembali sendiri lagi.

Rania menghembuskan nafas kasarnya, hingga seseorang menarik tangannya, membuatnya tersontak kaget dan langsung menepis.

Namun saat dia menoleh dan melihat siapa orang itu, sejak kapan orang itu duduk di sampingnya, Rania kembali terdiam kaku. "Kak—"

"Sini tangannya." ucap Angga menarik pelan tangan Rania.

Ia membawa kotak p3k, Rania masih tak percaya atas sikap yang di berikan Angga, yang membuatnya kikuk.

Rania dengan cepat kembali menarik tangannya dari pegangan Angga.

Membuat Angga menyerngit dan menoleh ke Rania.

"Gak usah kak, ini gak papa kok." tolaknya halus.

"Itu ada lukanya, gak baik di biarkan gitu. Huft, kamu tenang aja, aku gak modus, dan kamu juga jangan ke ge-er an, anggap aja aku dokter." ucapnya kembali menarik tangan Rania.

"Gimana bisa, kamu kan jurusan management, bukan dokter!" protes Rania.

"Mama aku kan dokter, jadi aku sedikit tau tentang pengobatan." jelasnya.

Rania hanya ber oh ria.

"Kak,"

"Hmm,"

"Lepasin tangan aku!"

"Nggak!"

"Aku gak mau nanti orang salah paham lihat kita!"

Mendengar perkataan itu, Angga terdiam, dan menoleh ke sekitar. Hampir saja dia melupakan kalau mereka berdua di sini, ini taman, otomatis orang juga lalu lalang di sini.

"Ikuti saya!"

"Ke mana?"

"Ikut aja!"

Setelah mendengar perintah itu, Rania mau tidak mau berjalan mengekor di belakang Angga, dengan memberi sedikit jarak agar orang-orang tidak curiga.

Setelah sampai di ruangan itu, Rania menghentikan langkahnya di situ, ia tau ini dimana, lalu buat apa Angga membawanya ke situ.

"Ngapain bawak aku ke fakultas management, ini ruangan kelas siapa?" tanya Rania dengan beruntun mengamati sekitar.

"Ini kelas kami, dan udah kosong, karena materi udah selesai." ucapnya sembari menutup pintu.

"Sini!" ucapnya menarik tangan Rania untuk duduk di hadapannya.

Rania yang mengikuti dengan pasrah. Jarak mereka kini sangat dekat, Rania dapat mencium aroma rambut Angga,  saat Angga menunduk untuk mengobati lukanya.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang