17 |L| Kajian with Prata

221 25 0
                                    

Mohon dibaca sebentar 👇🖤
Sebelumnya maaf untuk semua teman-teman yang sudah membaca ini namun belum terselesaikan karena author yang tidak update. Karena author ada misi lain heheh, maafken ya.

Tapi Alhamdulillah cerita ini sudah end kok cuka belum di up, author akan up semuanya dalam kurun waktu seminggu ini, dan cerita sudah dapat dilihat hingga akhir. Mohon maaf sekali lagi atas kelalaiannya dalam menggantung cerita ini begitu saja, dan author sekarang sudah kembali dan akan bertanggung jawab. Terimakasih atas perhatiannya.

Happy Reading 💚

Rania yang melihat kedatangan Angga dengan wajah tak dapat diartikan menyerngit bingung, dengan mulut yang masih berisi makanan.

"Kenapa?" tanyanya dengan ekpresi bingung.

Angga mendudukkan dirinya di tempat tidur, tanpa menggubris pertanyaan dari Rania, ia masih terus memikirkan perkataan Jaya tadi.

Rania menghembuskan nafasnya dengan kesal, ia meletakkan piringnya dan mulai berdiri beranjak mendekati Angga.

Dengan sengaja Rania mendekatkan wajahnya dengan Angga sembari berucap. "Kenapa?"

Angga yang merasa ada ke anehan langsung menoleh ke samping, dan melonjatkan matanya kaget saat jarak wajah mereka sangat dekat.

Angga langsung menggeser duduknya menjauh, dengan ekpresi dingin. "Ngapain lo di sini, ini tempat gue. Tempat lo di sana!" tegas Angga, sembari menunjuk wilayah Rania.

Rania yang menyadari Angga terlihat panik dan gerogi, perlahan mulai tak dapat menahan tawanya, hingga suara itu mengisi ruangan yang hening menjadi riuh.

"Kenapa ketawa?" tanya Angga tak terima.

Rania perlahan mulai merilekskan nafasnya. "Lucu aja lihat kakak tadi salting." ucapnya jujur.

"Siapa yang salting?"

"Kakak!"

"Nggak."

"Udah gak usah boong, aku tau kok."

"Gue bilang gue gak salting, pergi sana! Gue mau tidur." tegas Angga dengan mulai memanjangkan kakinya di kasur.

Dengan terpaksa Rania kembali ke posisinya semula, dan mengambil piringnya kembali.

"Kalian ngomong apaan sih sama akhi Jaya tadi?" tanya Rania kembali.

Angga yang sempat menutup matanya kembali membukakan saat mendengar ada kata yang sedikit menggangunya.

"Akhi? Sejak kapan kamu panggil dia akhi?" tanya Angga yang ikut bertanya.

"Sejak barusan? Emang kenapa?"

"Panggil dia Jaya, kakak, atau abang aja." perintah Angga sepihak.

"Kenapa?" tanya Rania yang masih tak mengerti.

"Kak Angga sama dia kan panggilannya antum dan ana, dia juga manggil aku kadang ukhti kadang juga anti. Jadi, kenapa aku gak boleh manggil dia akhi?" lanjut Rania.

Angga yang sudah mulai kesal kembali mendudukkan dirinya. "Gue bilang gak boleh ya gak boleh, ini perintah, lo harus nurut!" tegas Angga.

"Gak mungkin lah aku manggil dia Jaya doang, gak sopan namanya." terang Rania.

"Biasanya juga lo manggil gue, pakek lo gue. Apa itu sopan!" jelas Angga.

"Kalau mau di panggil kakak, harus bisa juga jadi contoh bagus bawahannya, yang sopan kek manggilnya, adek, dengan lembut, dengan senyuman gitu." bela Rania dengan wajah tak terima di salahkan.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang