🦋Ch. 14

11.2K 663 31
                                    

———

F R I E N D S

———
⚠️can you give me 100 stars? If u like my story ❤️

———⚠️can you give me 100 stars? If u like my story ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jeno— astaga kalian tidur berdua?!!"

Mama Jeno teriak walaupun kedua anak remaja itu masih tidur. Sebagai orang tua pasti aja Mama kaget karena dengan tiba - tiba lihat Nara yang udah tidur aja didalam kamar anaknya.

Mama ngedeket, dia narik selimut yang nutupin kedua tubuh Jeno dan Nara. "Heh! Bangun udah jam 9!"

"Hnghhhh!!!"

Bukan lain lagi yang udah pasti itu suara Jeno. Jeno melenguh sampe badannya melengkuk dan beralih untuk meluk Nara yang disebelahnya. Meluknya kaya meluk bantal guling. Dan Nara jadi kebangun karena kaki Jeno yang berat.

"Lee Jeno!! Astaga kamu ya! Bangun - bangun kalian berdua!"

"Ah, Jen kaki lo berat!" Nara berusaha bangun sambil ngangkat kakinya Jeno. "Maaf, Ma. Nara juga ikut ketiduran disini."

Kata Nara yang udah duduk sambil bersihin matanya. Mama Jeno cuma menghela napas. "Yaudah gapapa. Pakaian kalian masih lengkap, kalian gak ngapa - ngapain kan??"

"Ng-ngga lah! Ih Mama ya mikirnya apa hayo?"

"Heh malah ngajak main! Udah sana cuci muka, sekalian kamu disini kita sarapan bareng. Jangan lupa itu bangunin kebo nya Mama."

Tanpa nunggu jawaban Nara, Mama udah keluar kamar untuk siapin sarapan buat Papa yang sebentar lagi berangkat kerja.

Nara noleh lihat Jeno yang masih tidur pulas. Tangannya ngeraba dada sendiri, Nara juga nunduk sambil ngela napas. Semalam itu hampir— bener - bener hampir Jeno mau perkosa dia.

Udah ga pake atasan dan tangan Jeno dengan lancang ngelepas kancing celana pendek Nara. Beruntung Nara langsung nendang Jeno sampe kesungkur disamping kasur.

Nara udah mau marah tapi ga jadi karena itu juga waktunya untuk tidur dan pasti akan ngeganggu kedua orang tua Jeno. Pikirnya Nara.

Dia milih untuk pake bajunya Jeno setelah pake bra. Kalau pakai tanktop lagi kan bisa - bisa Mama tadi akan salah paham.

"Jen! Bangun lo!"

"Hmhh iyaaa..."

Jeno ngubah posisi ngedeketin Nara. Untuk meluk pinggang yang udah jadi bagian favorit.

"Nar, kita apa dong sekarang?"

"Apanya?"

Muka bantal Jeno sekarang udah bisa dilihat jelas sama Nara. "Ya itu tadi,"

"Apaan sih, masih pagi. Gue gak mau bahas itu dulu. Udah kaya biasanya aja."

Pengin ke kamar mandi, tapi Jeno malah nahan Nara dengan pelukannya yang erat. "Gue tunggu sampe jawaban lo iya."

"Iya— apanya?"

"Jadi pacar gue— ah engga - engga. Langsung jadi istri aja nanti gimana?"

Nara mutar matanya malas. "Jen, masih sekolah. Mending kita cuci muka, pagi - pagi jangan ngehalu dulu."

"Ck, 6 tahun lagi. Gue buktiin ke lo nanti gue bakal sukses terus ngelamar lo. Awas aja nanti lo nangis terharu."

Nara diam. Bukan apa, tapi, hubungan dia sama Mark pun masih belum jelas dan masih membingungkan bagi dia. Ini baru break, bukan putus.

Artinya hubungan mereka perlu istirahat untuk saling intropeksi dan tau kesalahan masing - masing. Terlebih Nara, dia sekarang dibuat bener - bener bingung karena dua laki - laki ini.

"Yaudah terserah lo, tapi jangan salahin gue kalau gue udah nemu jodoh duluan."

"Gue yang gak terima. Gak mau tau dan gue minta maaf, karena gue memilih untuk egois kalau udah menyangkut lo."

"Ada banyak ikan di laut, Jen."

Jeno hampir ketawa. Bukan lucu tapi kaya ketawa miris. Dia bangun dan duduk ngadep Nara. "Terus, lo sendiri gak sama? Laki - laki banyak, kenapa harus nunggu Mark?"

"Ya gue sayang sama dia."

"Kalau sama gue?"

"Sa—"

Mereka saling menatap. Pagi hari yang malah membuat mereka kembali sama - sama merasakan emosional seperti tadi malam. Nara menelan saliva dan dia memilih untuk natap jendela yang udah dibuka.

"Sayang, juga? Bukan gue doang yang egois disini. Tapi lo juga. Lo gak bisa pilih keduanya. Nara, gue kasi tau sekali lagi. Jawabannya itu ada di hati lo."

.

"Semalam tidur dimana?"

Gue udah balik dari rumah Jeno. Niat gue mau minum ke dapur tapi gak jadi karena ada Jaehyuk yang udah siap ke sekolah.

Alis dia keangkat satu karena gue natap dia serius. "Lo yang kasi tau semua ke Mark, kan?"

Dia ketawa ngeremehin gue. "Ha? Kalau pun gue kasi tau semua ke Mark, ya artinya bagus dong?"

Alis gue udah nyatu. Kedua tangan gue juga mengepal. "Jadi, lo?"

Jaehyuk ngusap wajahnya kasar dan buang napas. "Iya, gue."

Gue nahan emosi. Mata gue udah berair karena amarah. "Lo gila?!! Kenapa lo kasi tau Mark?!!"

"Ya gue kasi tau semuanya biar dia tau lo gimana sebenarnya!! Lo gila ya, gue jadi Mark pun marah banget karena cewe gue sering main sama cowo lain. Mikir gak sih lo perasaan cowo? Lo yang salah disini. Ngotak."

Gue diam membatu. Jaehyuk ngebentak gue di awal kalimat, tapi di akhir pelan dan dalam.

Dia sampe sengaja nabrak bahu gue untuk keluar dari rumah.

"Nara, Jaehyuk! Ada apa? Kenapa pagi - pagi udah berantem?"

"Tanya aja tuh sama anak perempuan Mama. Egois. Heh, cewe tuh gak harus selalu dibenarkan. Kalau salah ya salah."

Gue nahan isakan waktu kalimat Jaehyuk itu keluar. Dia ngebanting pintu dan gue yakin dia udah berangkat pake motornya.

Sementara gue masih disini dan, nangis.

"Loh, Nara kenapa nangis? Heh!"

Mama ngedeketin gue, dan saat itu juga gue meluk Mama langsung. Nangis dipelukan Mama perihal masalah yang katanya keegoisan gue. Ini kali pertamanya.

Apa ini yang namanya masa puber? Masalah hati akhirnya dateng sampe gue harus dibuat untuk memilih karena kesalahan gue sendiri.

"Shh... udah berhenti nangis. Mama gak tau masalah kamu apa, tapi kamu pasti bisa selesaikan semuanya dengan baik, hm?"

Mama narik bahu gue. Air mata gue diusap, "berantem sama Mark? Atau Jeno?"

Dan gue malah semakin nangis karena bisa - bisanya Mama menyebut nama mereka.







Dan gue malah semakin nangis karena bisa - bisanya Mama menyebut nama mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ini pendek atau ada typo ya🤧

[✅]FRIENDS; LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang