Gracia berhenti menangis setelah rasa sesak di dadanya perlahan menghilang. Walaupun itu akan muncul lagi suatu saat nanti. Gracia menggendong Shani di depan dan kembali ke markas. Shani masih tertidur pulas, bahkan tidur Shani tidak terganggu selama perjalanan pulang.
Sampai di markas, Gracia menyapa beberapa orang di sana dan menuju kamar Shani. Setelah membaringkan Shani, Gracia mengambil selembar kertas dan sebuah bolpen. Dia menuliskan sesuatu untuk Shani.
Gracia mengeluarkan hp miliknya lalu dia gunakan untuk menindih kertas berisi tulisan tangan miliknya tadi. Setelah itu Gracia berdiri, dia menatap wajah cantik Shani. Ada sebuah rasa yang menahan langkahnya. Gracia kembali menitikkan air mata.
"Gue pergi ya Shan. Dan mungkin nggak akan pernah kembali." Lirih Gracia.
Gracia mengecup kening Shani cukup lama. Menyalurkan kasih sayangnya lewat kecupan itu. Tangan Gracia tergerak untuk mengusap wajah kekasihnya, mungkin untuk terakhir kalinya.
Gracia pergi dari sana, dia pamit ke Desy untuk pergi sebentar (?) ke rumah Beby. Dan itu mungkin akan menjadi terakhir kalinya Gracia menginjakkan kaki di markas.
Shani yang kelelahan baru bangun sore hari. Dia meraba sampingnya dan mengambil hp yang ada di sana. Shani membuka lock screen dan melihat hpnya. Shani masih belum sadar.
Setelah nyawanya terkumpul, Shani kembali membuka hp yang dipegangnya tadi. Shani baru menyadari bahwa wallpaper hpnya berbeda, Shani memakai foto Gracia untuk lock screen, sedangkan hp itu menggunakan foto pedang biru milik Gracia sebagai wallpaper. Barulah Shani sadar bahwa itu hp milik Gracia, ada nama pemilik di bawah jam.
Shani menautkan alisnya, Gracia kemana? Kenapa dia tidak membawa hpnya? Shani duduk dan menoleh ke arah dia mengambil hp tadi. Ada sebuah kertas di sana. Shani mengambil dan membacanya.
Shani menutup mulutnya, air mata kembali turun ke pipinya.
Hay sayangnya Gege
Setelah ini kamu nggak usah nyariin aku lagi ya. Aku minta putus Shan, aku nggak berani ngomong langsung. Aku takut liat kamu nangis, aku takut buat kamu kecewa dan marah sama aku. Maaf ya Shani, aku pergi sekarang. Lagi-lagi aku ingkar janji :)
Ada satu hal yang yang buat aku dan kamu nggak bisa bersatu. Dan hal itu adalah karena aku bukan manusia, tapi iblis. Iblis dan manusia tidak bisa bersatu Shan. Maaf, ini juga bukan keinginanku, tapi keinginan takdir.
Sekali lagi aku minta maaf, aku sayang kamu untuk selamanya. Tidak peduli kita mungkin nggak akan pernah bisa bersatu.
Gege
Shani lemas di atas tempat tidurnya. Gracia kembali pergi meninggalkan dirinya. Lebih parahnya, pernyataan tentang Gracia dan Shani yang tidak bisa bersatu itu benar-benar menusuk hati Shani.
"GEGE KENAPA KAMU TEGA BANGET BUAT NINGGALIN AKU?!!" Shani berteriak tapi suaranya tertahan karena wajah Shani yang tertutup bantal.
Shani menghabiskan hari dengan menangis di kamarnya. Tidak peduli teman-temannya khawatir ataupun mencarinya. Shani hanya mau Gracia, kenapa banyak sekali rintangannya.
"Aku cuma mau kamu Ge. Bukan yang lain." Lirih Shani.
***
Lagi-lagi Shani kacau seperti saat Gracia pergi dulu. Shani seperti mayat hidup, tidak ada yang bisa untuk menghiburnya. Shani banyak menghabiskan waktunya untuk mencari-cari Gracia. Dia yakin bahwa Gracia tidak pergi jauh.
Berhari-hari Shani mencari keberadaan Gracia, dimana pun tidak Shani temukan. Bahkan kini rumah Gracia sudah kosong tanpa penghuni. Tapi rumah itu terawat karena Shani sering kesana untuk sekedar melepas rindu ataupun membersihkan kamar Gracia.
1 tahun berlalu
Keadaan Shani tidak pernah berubah. Malah semakin kacau, bahkan tubuhnya yang dulu sudah kurus, sekarang semakin kering kerontang. Gracia yang sebenarnya tidak pernah lewat dalam mengawasi Shani sangat khawatir dengan kondisinya.
Berkali-kali Gracia meminta izin kepada Beby untuk menemui Shani sekali saja. Tapi tidak pernah diizinkan oleh Beby. Gracia sudah sangat gemas ingin bertemu dengan Shani.
Apalagi sekarang Gracia sudah tau bagaimana cara agar dia bersatu dengan Shani. Dia memaksa Beby untuk memberi taunya waktu itu.
Flashback ON
Gracia menarik Beby ke tempat latihan. Setelah Gracia benar-benar pergi dari kehidupan Shani, dia terus memaksa Beby supaya mencari cara agar Gracia bisa bersatu dengan Shani.
"Kak!! Kasih tau gue biar tetep bisa bersatu sama Shani!!" Paksa Gracia.
"Nggak akan bisa Gre, berapa kali kakak bilang." Beby mencoba tenang.
"Gue tau pasti ada caranya kak. Kasih tau Gre sekarang." Tegas Gracia.
Beby menghela nafas panjang, Gracia sangat keras kepala. Sangat persis seperti ayahnya, Devan.
"Oke, kakak kasih tau." Ucap Beby pada akhirnya.
Gracia tersenyum senang.
"Jika kamu masih tetep ngeyel pengen sama Shani, Shani harus jadi iblis kayak kamu." Ucap Beby.
"Emang bisa kak?" Tanya Gracia.
"Bisa, caranya kamu harus transfer sebagian kekuatan kamu. Inget, hanya sebagian. Tapi, itu berbahaya bagi nyawa Shani dan juga kamu sendiri." Jawab Beby.
"Berapa persen kira-kira?" Tanya Gracia.
"Kalau soal Shani, karena dia juga pengguna api, sekitar 50%. Tapi, untuk nyawa kamu sendiri, cuma 5% Gre. Karena itu kakak nggak pernah ngasih tau kamu. Kamu pasti bakal lakuin itu jika kamu tau ini." Tegas Beby.
"Perkiraan kakak bener, gue bakal lakuin apapun. Nggak peduli gue bakal mati habis itu, setidaknya gue pernah berjuang buat Shani." Ucap Gracia.
"Terserah kamu, tapi kakak nggak yakin Shani beneran sayang sama kamu." Ucap Beby.
"Gre buktiin kalau Shani bener-bener sayang sama gue."
Setelah mengucapkan itu, Gracia selalu mengawasi Shani. Dia memang tidak diizinkan menemui Shani, tapi bukan berarti tidak diizinkan untuk sekedar mengawasi. Dan itu terus berlangsung selama satu tahun itu.
Flashback OFF
Gracia duduk di sebuah rooftop, bukan rooftop yang biasa dia dan Shani kunjungi untuk melihat senja. Di sana Gracia sedang meyakinkan hati dan keberaniannya.
"Apa aku harus lakuin hal itu?" Gumam Gracia.
"Jika Shani bisa hidup sedangkan nanti aku sendiri mati, bukannya itu seakan sia-sia? Apa aku harus mencoba?" Banyak pertanyaan di kepala Gracia.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA MERAH DAN BIRU [END]
FantasiAku belum pernah merasa sehancur ini. Melihat dia yang meregang nyawa di depanku hanya untuk menyelamatkan aku yang bahkan belum bisa memberinya sebuah kebahagiaan. Aku mengecewakan dia, aku membuatnya marah, aku membuat dia putus asa, dan kini aku...