Shani masih diam menikmati dingin dari malam ini. Dari dingin yang terasa sangat menusuk ini, Shani tau akan turun hujan malam ini. Shani hanya tersenyum tipis saat rintik hujan mulai terasa di kepalanya.
Di rooftop adalah tempat favorit Shani, sejak dulu sampai sekarang. Dia menangis dan tertawa disini. Bersama dengan Gracia dan sendirian pun Shani masih kesini.
Shani jadi ingat awal pertemuannya dengan Gracia. Di bawah hujan, Gracia sempat menyerah dan ingin mengakhiri hidupnya. Sampai Shani datang dan Gracia yang malah terus menjahilinya.
Andai saja Shani tidak menghampiri Gracia waktu itu, mungkin sampai sekarang pertempuran masih akan sering terjadi, Shani masih dingin dan datar, dan Shani akan selamanya jomblo.
"Kenapa aku nggak diizinkan buat bahagia?" Tanya Shani sambil mendongak ke atas.
Tubuh Shani sudah basah oleh air hujan. Shani seakan tidak peduli, dia masih tetap di sana dan tidak bergerak satu centi pun. Air mata Shani kembali turun, air matanya tercampur dengan air hujan dan suara isakannya teredam oleh berisiknya hujan.
Gracia yang tadi mengawasi juga sudah basah, karena gemas dan tidak tahan, akhirnya Gracia berjalan menghampiri Shani. Tapi Gracia ragu dengan respon Shani nanti.
Dengan ragu Gracia menyapa Shani yang mendongak dan sepertinya tidak sadar dengan kedatangannya.
"Hay Shan." Sapa Gracia.
Shani menoleh cepat, melihat ada Gracia di sana. Mata Shani terbelalak melihat Gracia yang tersenyum tipis kepadanya.
"Gege." Lirih Shani.
Tanpa basa-basi, Shani berdiri dan langsung menubruk tubuh Gracia. Gracia sedikit terkejut dengan respon Shani, dia kira Shani akan memukulnya atau apapun itu.
Gracia bisa merasakan pelukan Shani yang sangat erat, bahkan sampai Gracia sedikit sulit bernafas. Tapi Gracia hanya diam dan membalas pelukan Shani. Bisa Gracia rasakan tubuh Shani yang semakin kurus.
Sebegitu besarkah pengaruh Gracia untuk kehidupan Shani? Sebegini kah rasa sayang Shani untuk Gracia? Kini perasaan bersalah itu hinggap di hati Gracia.
"Maaf Shan, maaf banget." Lirih Gracia di telinga Shani.
Terasa Shani menggeleng dalam pelukan Gracia.
"Kamu nggak salah Ge, nggak ada yang salah." Ucap Shani.
"Tapi gue ninggalin lo, gue ingkar janji dan gue jahat sama lo Shani." Gracia terisak.
"Bagi aku, kamu orang baik Ge. Kamu selalu punya alasan setiap kamu pergi dan aku selalu punya alasan untuk nunggu kamu pulang." Shani menangkup pipi Gracia dan menghapus air matanya.
"Kenapa lo selalu nunggu gue? Kenapa lo nggak cari pengganti gue? Banyak manusia diluar sana yang bisa bersatu sama lo Shani. Daripada lo nungguin iblis kayak gue." Gracia semakin terisak.
Shani kembali menarik Gracia kedalam pelukannya, merasakan punggung orang yang paling disayanginya bergetar karena menangis.
"Karena aku cuma mau kamu sayang. Aku nggak peduli kita bisa bersatu apa enggak, aku cuma CINTA sama kamu. Bukan sama yang lain." Shani bertumpu pada tubuh Gracia, entah kenapa dia tiba-tiba saja merasa lemas.
Gracia yang paham Shani kedinginan menyalakan api biru miliknya. Api biru itu membungkus tubuh keduanya, memberikan kehangatan dan perlindungan dari air hujan.
"Aku lemes Ge." Lirih Shani.
"Pulang ke rumah gue ya?" Tanya Gracia.
Shani hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Gracia menyuruh Shani untuk naik ke punggungnya dan Gracia menggendong Shani melewati gelapnya malam. Shani sudah memejamkan mata di gendongan Gracia, terlalu lemas dan terlalu kedinginan.
Sampai di rumah, Gracia menurunkan Shani lalu mengganti pakaiannya. Setelah selesai barulah Gracia membaringkan Shani di ranjang. Gracia ikut berganti baju dan rebahan di samping Shani.
"Geeee." Lenguh Shani.
Gracia menoleh ke arah Shani. Gracia mengusap kepala Shani berharap dia bisa kembali tidur, tapi sepertinya sia-sia karena Shani malah terbangun.
"Tidur lagi aja." Ucap Gracia.
Shani menggeleng cepat. Dia trauma kembali ditinggalkan Gracia saat tidur. Shani memeluk erat Gracia, tidak ingin melepaskannya.
"Gue nggak akan pergi saat ini Shani. Tidur yaa." Ucap Gracia.
"Nggak!! Kamu suka bohong, aku nggak mau tidur." Tolak Shani.
"Terserah." Pasrah Gracia.
Gracia mengusap-usap kepala Shani berharap dia akan mengantuk dan tidur. Shani yang mati-matian menahan kantuk akhirnya tertidur setelah hampir setengah jam diusap-usap kepalanya oleh Gracia. Gracia menghela nafas lega setelah Shani tidur dengan tenang.
Gracia tidak akan pergi, tidak peduli dengan apapun, bahkan larangan Beby sekalipun. Gracia berencana akan menemani Shani untuk beberapa lama dan membicarakan tentang transfer kekuatan.
Walaupun hanya 5% kesempatan Gracia akan selamat, Gracia tidak peduli. Jika tidak bisa mentransfer kekuatan miliknya ke Shani dan menjadikannya iblis, Gracia memang lebih baik mati saja.
***
Pagi harinya Shani terbangun dan langsung terkejut. Dia bangun dan langsung mencari Gracia. Shani bisa bernafas lega mengetahui Gracia masih tidur sambil mendekapnya. Shani kembali mengeratkan pelukannya ke Gracia. Merasakan hangatnya sebuah pelukan yang hanya dimiliki oleh Gracia.
Tiba-tiba hp baru milik Gracia bergetar tanda ada panggilan masuk. Shani meraih dan melihatnya. Alis Shani menyatu tanda bingung.
"Ini siapa? Kak Shania?" Gumam Shani.
Shani menggoyangkan lengan Gracia untuk membangunkannya. Tapi sebelum Gracia bangun panggilan telepon itu berhenti dan ada panggilan lagi. Terpaksa Shani yang mengangkatnya.
"Halo." Sapa Shani.
"Heh Grecot!! Lo lama amat angkat telepon doang." Ketus Shania.
"Anuu.... maaf kak. Gege masih tidur." Ucap Shani sedikit meringis.
"Lha ini siapa?" Tanya Shania.
"Ini Shani kak." Jawab Shani.
"Siapa Shan?" Tanya Gracia yang baru saja bangun.
"Kak Shania." Jawab Shani lalu memberikan hp ke Gracia.
"Halo kak." Sapa Gracia dengan setengah sadar.
"Heh lo!! Dicariin Beby lo itu, malah ilang!! Pulang!!" Omel Shania.
Sontak Gracia langsung sadar dan menjauhkan hp dari telinganya dan meringis.
"Iya iya nanti Gre pulang." Ucap Gracia.
"Bagus." Balas Shania dan langsung mematikan panggilannya.
Gracia mendengus kesal, calon kakak iparnya memang sangat menyebalkan.
"Kak Shania itu siapa Ge?" Tanya Shani.
"Pacarnya kak Beby. Itu lho Shan, yang bisa mindahin tubuh orang lain." Jawab Gracia.
Shani mengangguk ketika sudah mengingatnya. Pantas saja suaranya cempreng, mukanya saja kayak tante-tante. Kira-kira seperti itulah pikir Shani.
"Kamu mau pulang ya?" Tanya Shani sedih.
Shani tidak rela ditinggalkan Gracia lagi. Shani tidak mau berpisah lagi dengan Gracia.
"Iya, mau ikut?" Tanya Gracia juga.
"Harus ikut. Nggak mau jauh-jauh dari kamu." Jawab Shani.
"Nanti aku kasih tau kamu sesuatu." Ucap Gracia.
TBC
1 part lagi langsung end😊
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA MERAH DAN BIRU [END]
FantasíaAku belum pernah merasa sehancur ini. Melihat dia yang meregang nyawa di depanku hanya untuk menyelamatkan aku yang bahkan belum bisa memberinya sebuah kebahagiaan. Aku mengecewakan dia, aku membuatnya marah, aku membuat dia putus asa, dan kini aku...