18 |A| Bukan Islam

190 22 0
                                    

Happy Reading 💚

Rania memainkan jarinya mengetik di dalam laptop, dengan seksama dia membaca lalu kembali mengetik.

Hingga suara pintu terbuka membuatnya menoleh.

Setelah melihat siapa orang itu, ia kembali melanjutkan aktivitasnya.

Bagaimanapun konsentrasi Rania kini telah terbagi, ia kembali mengingat pernikahannya sekarang, ia bingung harus berbuat apa dan bagaimana sekarang?

Apa mampu dia melewati semuanya? Bagaimana dengan Angga, apa dia mau membuka hati untuknya? Apakah pernikahan ini selamanya akan terus begini?

Rania menghentikan aktivitasnya, ia mematikan laptop. Ia berbalik badan, dan mengamati apa yang sedang di lakukan Angga saat ini.

"Kenapa sih kamu yang harus jadi suami aku? Kalaupun kamu memang jodoh aku, kamu terlalu cepat untuk datang, kamu datang di waktu yang salah. Harusnya kamu datang itu, saat kita saling mencintai, pasti pernikahan kita gak akan seperti ini." gumam Rania dengan bertopang dagu.

"Kamu ngomong apa?" tanya Angga, yang samar-samar mendengar Rania seperti berbicara.

Rania yang tersadar kini menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak, gak ngomong apa-apa." ucapnya gugup.

Semua hening terjadi, ingin sekali Rania menanyakan tentang kelanjutan hubungan mereka, tapi enggan rasanya jika dia yang memulainya, tepatnya gengsi dong.

"Emm, motor yang kemaren udah di balikin?" tanya Rania mencari pembahasan.

"Nggak!"

"Kenapa?"

"Itu punya kamu."

"Ck, tapi aku gak mau."

"Harus mau!"

"Yaudah biarin, mubazir gak di pakek."

"Kamu kenapa sih, kamu kan bisa naik motor, setidaknya kamu hargai pemberian aku!"

"Kamu juga, harusnya bisa hargai penolakan aku, ngerti!" tegas Rania, dan mulai beranjak keluar rumah.

Rania mulai melangkahkan kakinya ke teras depan rumah, bosan rasanya jika beradu mulut terus dengan Angga, hingga ia memutuskan untuk duduk sejenak.

Matanya memandangi satu warung yang tak jauh dari kediaman mereka sekarang, sangat ramai, hingga Rania penasaran ada jual apa saja di sana. Dan, kenapa Angga tak pernah mengajaknya ataupun membeli makanan dari situ.

Tapi untuk saat ini, moodnya sedang buruk, lebih baik lain waktu saja di mampir ke warung itu, selain itu dia juga tidak suka terlalu ramai seperti itu.

Rania perlahan memejamkan matanya merilekskan suasana pikirannya.

"Iya, Alhamdulillah Om, semuanya baik, do'ain terus ya Om!"

Mendengar suara itu Rania langsung membuka matanya cepat, ia langsung berdiri dan melangkahkan kakinya melihat sekitar dengan mata liar.

Ia yakin, dia tidak mungkin salah mendengar suara itu? Tapi jika benar kenapa dia ada di sini?

Tapi jika memang ia ada di sini, lalu kemana dia, kenapa Rania tidak bisa melihatnya? Apa dia sudah pergi?

Tepukan di bahu Rania membuatnya terlonjat kaget, dan langsung berbalik badan dengan deru nafas yang tak teratur.

"Kenapa?"

Rania mulai menetralkan nafasnya, saat melihat orang yang di hadapannya Angga.

Ia menggeleng, dan berlalu begitu saja masuk ke dalam rumah, membuat Angga menyerngit bingung.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang