🍁7🍁

6 0 0
                                    

Rame-in ya ...
Vote and comen ... please ... 🙏😃😃

Yuk lah dibaca ...

***

Dua kasur lantai yang digelar sebenarnya cukup luas. Tidak ada adegan berhimpitan, apalagi aksi saling tindih dan tendang bagi tiga tubuh yang sedang terbaring. Ya, seharusnya Arumi juga terlelap bersama dua perempuan yang terlihat pulas tidur bersebelahan.

Bukan Arumi sama sekali belum tidur. Tapi dia baru saja dipaksa bangun karena sebuah mimpi buruk yang bertamu dalam lelapnya. Sangat mengganggu. Dan setelah itu, dua mata yang memerah lelah milik Arumi, sulit sekali diajak memejam. Tetap saja mencuri kesempatan agar tetap terbuka.

Meskipun gelisah, Arumi berupaya tak melakukan banyak pergerakan. Takut mengganggu kenyamanan tidur Nadia. Biar bagaimana, dia adalah bosnya. Kalau hanya Puput, mana perlu menjaga etika. Bahkan jika ada nyamuk berani menempel di pipi sahabatnya itu, Arumi tak akan segan untuk menampar.

Menatap langit-langit ruangan, pikiran Arumi menerawang. Ingatan pada kedua orang tuanya di kampung menyeruak. Ada rasa rindu yang tiba-tiba membuncah pada sosok ibu yang selalu sabar dan pengertian. Juga pada sosok bapak yang selalu bisa mengayomi dan hangat. Bapaknya yang selalu bisa diandalkan. Yang selalu menyenangkan dengan semua dongeng pengantar tidur yang beliau ceritakan, semasa kanak-kanak. Sudah lebih dari enam bulan dirinya belum sempat kembali pulang.

Terbersit keinginan untuk menghubungi. Tapi, mengingat waktu yang masih terbilang malam, walau sebentar lagi fajar menyingsing, Arumi tidak tega mengganggu istirahat mereka. Meski dia yakin bahwa orang tuanya tidak akan pernah keberatan.

Menggeliat, mencari posisi yang enak untuk sekedar rebahan, Arumi memandang ke luar bangunan melalui jendela kaca yang tidak bertirai. Masih gelap. Hanya ada remang cahaya dari lampu di sudut bangunan luar. Gerimis telah berubah menjadi hujan. Menimbulkan gaduh suara air yang bertubrukkan dengan atap dan dedaunan.

Panggilan alam membuatnya terpaksa bangkit dan bergegas menuju kamar kecil, yang disyukuri oleh Arumi karena ruangan bosnya dilengkapi kamar mandi dalam. Jadi tak perlu ke luar menerobos hujan. Kembali ke tempat semalam yang membuatnya__ ah, sudahlah. Arumi tidak ingin mengingat lagi.

Hanya lima menit urusannya selesai di kamar mandi. Bahkan Arumi sempat mencuci muka untuk menyegarkan diri. Dilihat kedua teman tidurnya masih sangat damai dalam lelap. Baiklah, hanya dirinya yang nelangsa karena tetap terjaga.

Memilih duduk di sofa setelah meraih gawai yang ada di tas, Arumi mulai membuka aplikasi permainan. Sepertinya, bermain games menjadi pilihan terbaik untuk menemani begadang.

"Jam berapa Rum?"

Menoleh ke kasur, dlihatnya Puput yang sudah duduk dengan tangan menutup mulut yang sedang menguap.

"Setengah empat."

Menyipitkan mata yang sebenarnya belum benar-benar terbuka, Puput mengamati Arumi yang sudah kembali asik dengan ponselnya.

"Kamu udah bangun aja. Atau nggak tidur sama sekali?"

Meski tidak yakin dengan yang ditanyakan, karena Puput melihat Arumi yang sudah terlelap sebelum dirinya menuju alam mimpi, semalam.

"Kebangun dan nggak bisa tidur lagi."

Bergerak bangun dari duduknya, lalu melenggang santai, Puput menoleh. "Kenapa?"

Melihat Arumi hanya mengedikkan bahu membuat Puput berdecak. Terus melangkah ke kamar mandi, Puput memilih segera menuntaskan hajatnya.

Tidak sampai sepuluh menit, Puput sudah keluar dengan muka yang masih cukup basah. Terlihat lebih segar. Berjalan mendekati sofa di mana Arumi duduk nyaman dan santai. Gadis itu memaksa duduk di sisi yang sempit. Membuat mau tak mau, Arumi harus bergeser.

Menggapai RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang