chapter 11

1.1K 126 0
                                    

Jimin memukul pelan dada kiri nya yang sejak tadi terasa nyeri,mungkin karena Jimin terlalu memaksakan diri.

Pertandingan bola basket sudah selesai tiga puluh menit yang lalu, pertandingan dimenangkan oleh fakultas seni.
setelah pertandingan selesai, cepat-cepat Jimin berlari menuju tas nya yang tergeletak di pinggir lapangan,tangan nya terus merogoh isi dalam tas nya,namun sesuatu yang sedari tadi dicari nya tidak ditemukan.

"O-obat. Dimana obat itu" monolog Jimin seorang diri.

Setelah cukup lama mencari dan tak kunjung menemukan nya, akhirnya Jimin memilih pergi ke UKS,sial nya jarak UKS dan lapangan basket cukup jauh.

Ingin rasanya Jimin meminta tolong pada yang lain untuk memapahnya sampai ke UKS,namun tidak ada salah satu pun sahabat nya didekat nya, mungkin mereka sudah pergi ke kantin. Ah,itu seokjin.
Namun Jimin urungkan mendekati seokjin saat Namjoon tiba-tiba datang duduk di dekat seokjin,Jimin tidak ingin mengganggu mereka berdua.

Akhirnya Jimin membulat kan tekadnya untuk pergi sendiri ke UKS,mungkin Sunbae nya yang lain sedang berjaga.

Jimin terseok-seok menaiki anak tangga,nafas nya sudah memburu hebat sedari tadi,dada kiri nya pun semakin berdenyut sakit.

"Ya Tuhan sakit sekali" ringis Jimin mencengkeram erat baju nya.

Jimin tidak ingin pingsan di sini,jika tidak ada orang lewat sini bagaimana?
Salahkan Jimin yang malah memilih jalan pintas agar tidak ada orang yang menemukan nya dalam keadaan mengenaskan.

"Sedikit lagi jim"
Ucap nya parau sembari mendongak menatap anak tangga yang jujur saja masih ada puluhan anak tangga sedang menunggu nya.

Pandangan Jimin berkunang-kunang, sudah dipastikan jika Jimin pingsan mungkin tubuh nya akan terjungkal kebawah berguling dianak tangga.

Kaki Jimin bergetar karena lemas,ia sudah tidak kuat lagi.

'bruk'

Mata yang semula tertutup kini perlahan kembali terbuka saat ia tidak merasakan sakit pada tubuh nya,ada seseorang yang menolong nya.
Dapat Jimin cium dengan jelas parfum maskulin yang tidak asing di penciuman nya.
Dengan gerakan patah-patah,Jimin memeluk tubuh itu erat, menyembunyikan kepalanya di perpotongan leher orang yang sudah menolong nya, parfum itu semakin tercium jelas,sangat nyaman sekali.

"H-hyung"

"Jimin,kau pucat. Masih bisa jalan?"

Jimin menggeleng pelan,memang sekarang Jimin tidak bisa berjalan dengan benar, berdiri pun rasa nya lemas,jika saja tangan orang itu tidak memegang tubuh nya, mungkin Jimin sudah jatuh terduduk.

"H-hyung"

Jimin kembali memanggil dengan suara parau.

"Diam Jim,kalau kau pingsan aku tidak kuat menggendong mu"
Suara sarketis kesukaan jimin, membuat Jimin mengulas senyum lemah.

"H-hyung dada ku sakit. Sakit sekali"
Suara Jimin mulai bergetar, membuat orang yang sedang memeluk Jimin semakin panik, apalagi saat dirasa nafas Jimin memburu hebat diperpotongan leher nya.

Tanpa pikir panjang, orang itu langsung menggendong Jimin dipunggung nya,tubuh Jimin berat tentu saja,namun ia masih kuat jika mengangkat tubuh bongsor itu.

"Cih sialan" maki nya saat ia menatap puluhan anak tangga dihadapannya,kenapa pihak sekolah harus menempatkan ruang UKS di lantai atas sih?

"Y-yongi Hyung"
Yoongi tidak mengindahkan ucapan orang di punggung nya, dengan cepat ia berlari menaiki anak tangga, sesekali ia membenarkan letak gendongan nya, takut-takut Jimin jatuh kalau ia tidak hati-hati.

Jimin sudah tidak lagi memanggil namanya,mungkin sudah pingsan?
Gawat kalau begitu.
Yoongi semakin cepat berlari, pikiran nya kacau,untuk yang kedua kali nya ia menolong orang yang sama dalam keadaan yang sama.
Hanya satu yang Yoongi pikirkan,yaitu membawa Jimin ke UKS agar cepat ditangani.

Rasa berkecamuk tiba-tiba saja menggerogoti hati Yoongi,entah karena rasa kasian, kemanusiaan atau apa yang jelas Yoongi tidak ingin Jimin terbaring lagi dengan keadaan bibir membiru seperti saat itu.
Hati nya enatah kenapa tidak bisa melihat Jimin seperti itu, padahal kan Jimin bukan siapa-siapa nya, apalagi anak itu yang selalu menentang nya.

Nafas Yoongi ikut memburu, keringat sudah membanjiri tubuh nya.
Senyum nya mengembang saat pintu dengan tulisan UKS tepat di depan mata nya.
Yoongi dengan tidak sabar nya menendang pintu di hadapan nya,tentu saja tidak terbuka karena tertutup.

"Yaa! Cepat buka!" Geram Yoongi semakin menendang pintu dihadapannya,kenapa penjaga UKS tuli sekali.

Yoongi membenarkan lagi letak Jimin di gendongan nya,jujur saja Yoongi sudah tidak kuat jika harus menahan tubuh Jimin lebih lama.

"Aish! Yaa!"

'cklek'

"Maaf tadi-"

Belum selesai gadis cantik itu bicara,Yoongi dengan seenaknya menerobos masuk dan membaringkan tubuh lemah Jimin di atas ranjang.

"Kalian tuli ya!?" Yoongi menggertak cukup kuat,entah kenapa Yoongi terbawa emosi, padahal gadis itu tidak lama juga membuka pintu untuk nya.

"Ma-maaf"

"Cepat periksa dia"

Yoongi keluar dari ruang UKS dengan perasaan kacau, sebenarnya Yoongi ingin menunggu Jimin sampai sadar dan menanyakan apa dia baik-baik saja?
Namun ego mengalahkan keinginan Yoongi.
Apa Jimin punya penyakit riwayat ya?
Kenapa selalu sama gejalanya setiap kali Yoongi menolong Jimin.

Jujur saja Yoongi masih cemas,namun ia memilih memberitahu teman-teman Jimin,biar teman-teman Jimin saja yang menjaga Jimin.

seniors love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang