"Kamu makan dulu," ucap Alex menyodorkan sesendok bubur untuk Alea. Pagi ini, gadis itu harus sarapan.
Alea hanya mengagguk, tapi pandangannya tetap mengarah kosong ke depan. Entalah, mungkin pil yang diberikan orang itu sudah berhasil menguasai dirinya.
Alex mulai menyuapi Alea, sesekali juga tangannya terulur untuk membersihkan sisa-sia makanan yang ada di mulut Alea. Menit berlalu, Alex meletakkan mangkuk kosong itu di atas nakas, lalu dia kembali duduk di atas brankar di samping Alea.
"Lihat aku," ucap Alex memegang tangan Alea.
"Kita mulai dari awal lagi, kita lupakan kejadian-kejadian buruk yang udah berlalu, dan kamu boleh pukul aku buat balas dendam sama sikap aku," lirih Alex menangkup pipi Alea. Percaya tidak percaya, kalian harus percaya bahwa mata Alex sudah berkaca-kaca sekarang.
"Aku tahu kamu terpuruk, tapi aku jauh lebih terpuruk ... aku juga kehilangan anak kita." Tanpa sadar, air mata Alex menetes saat mengucapkan kata itu.
Alea tidak menanggapi ucapan Alex, dia hanya menunduk sambil terisak pilu. Ingin berkata, tapi lidahnya terasa keluh saat mendengar ucapan Alex.
Grep!
"Pleas ... berjanjilah untuk tetap bertahan untukku. Kita buka lembaran baru," isak Alex memeluk Alea dan menyembunyikan wajahnya di curuk leher istrinya itu.
Lemah! Alex lemah sekarang. Dia takut Alea akan memilih mundur dari pada bertahan untuknya.
"Alea? Kumohon ... tetaplah bersamaku," pinta Alex memegang bahu Alea.
"Bayiku ... dia butuh aku," racau Alea menunduk.
"Shutt ...!" Alex meletakkan jari telunjuknya di bibir Alea. "Sabar, Sayang, belum waktunya kita untuk menjadi orang tua." Alex berusaha menbendung air agar tidak kembali tumpah. Bahkan, Alex sudah memanggil Alea dengan embel-embel 'Sayang' .
"A -- aku mau bayiku kembali," monolog Alea.
Deg
Kini lidah Alex yang terasa keluh, bagaimana mungkin dia bisa mengembalikan bayinya pada Alea, sedangkan yang Maha Kuasa saja tidak mengizinkannya?
"Sayang ... itu tidak mungkin." Alex membelai pipi Alea lembut walaupun hatinya teriris mendengar ucapan Alea.
Pasrah, Alea pasrah. Air mata yang tadinya dia bendung, kini tumpah saat Alex memeluk tubuhnya.
"Kenapa? Kenapa aku tidak pernah bahagia? Apa salahku Alex? Hingga Tuhan tidak mengizinkan aku bahagia?" Alea memukul-mukul dada bidang Alex untuk menghilangkan rasa di dadanya.
Alex tidak menjawab pertanyaan Alea, karena dia bingung ingin menjawab apa. Dia hanya bisa menenangkan istrinya ini dengan cara memberikan kekuatan.
.
Setelah cukup lama menangis di dekapan Alex, Alea mulai melerai dekapan itu. Matanya sudah sembab sekarang, bahkan wajahnya masih berlinang air mata.
"Dengar aku ... gadisku berhak bahagia!" ucap Alex menghapus sisa air mata Alea.
Alea hanya mengagguk lirih. Dia segera memejamkan matanya saat Alex mengecup keningnya.
Chup!
"Beristirahatlah, aku akan menemanimu," bisik Alex dan diangguki oleh Alea.
Alex kemudian membaringkan tubuhnya dan juga Alea. Tangan kanannya mengusap pelan rambut Alea, sedangkan tangan kirinya menjadi bantal untuk Alea.
"Sayang, kamu pasti bahagia, tunggulah ... waktun kebahagian itu akan menghapirimu nanti," bisik Alex saat Alea sudah tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Milik Mafia
Novela Juvenil"Alexander Aditya Prasetya. Kau adalah orang yang pertama menghancurkan hidupku, tapi kau juga orang pertama yang membuatku mengerti akan apa artinya sebuah kasih sayang. Tuhan mempersatukan kita dalam suatu kejadian yang hingga akhirnya menjadi sat...