Pohon Apel Itu Bukan Milikku

5 0 0
                                    

                           
   Menginginkan sesuatu yang lebih mungkin sudah menjadi sifat alami manusia, terkadang kita tidak menyadari bahwa apa yang kita perbuat telah mengambil hak sesama kita.
Entah karna tekanan yang semakin berat atau hanya sekedar buruknya tabiat, entah karna pedihnya penderitaan kemiskinan atau hanya sekedar sifat keserakahan. Apapun alasanya tetap tidak dapat dijadikan sebuah pembenaran untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain.
 
  Dikisahkan tentang sebuah keluarga yang hidup serba berkekurangan, penghasilan sang ayah sebagai tulang punggung keluarga tak cukup untuk sekedar memberikan sesuap nasi kepada anak dan istrinya. Keaadan yang semakin  memburuk memaksa sang ayah untuk mencuri sayuran di kebun milik tetangganya.sang ayah menyadari akan perbuatanya, namun karna ditekan oleh penderitaan dan merasa tidak ada yang melihatnya, sang ayah pun meneruskan perbuatanya sampai berulang kali.
 
  Di sisi lain jauh dipusat kota hiduplah seorang pejabat yang hartanya melimpah dan hidup sangat berkecukupan, hampir semua keinginannya dapat terpenuhi.  Namun sayang seribu sayang, sifat serakah si pejabat mendorongnya untuk melakukan korupsi berulang kali. Ia melakukanya dengan sangat bersih,memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk mengambil hak orang lain yang kemudian dipergunakan untuk kepentingan dirinya sendiri.
 
  Suatu hari sang  ayah dari keluarga miskin dan si pejabat kaya raya bertemu di sebuah warung kopi di tepi persimpangan jalan.
Sang pemilik warung bernama Asnan, seorang pemuda yang berkerja sebagai penjaga warung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Asnan menghampiri ke dua pelanggannya u ntuk menanyakan pesanan yang diminta dan kembali ke dalam untuk menyiapkannya, tidak lama kemudian Asnan pun datang membawa dua gelas kopi panas. 
Sambil menyeruput kopi panas yang disajikan Asnan, mereka bertiga pun mengobrol untuk mencairkan suasana. Setelah puas menikmati kopi yang disajikan Asnan,si pejabat kaya menoleh ke arah pohon apel yang berada di samping warung,lebih  tepatnya pohon itu berada di depan rumah yang berdampingan dengan warung Asnan, namun rantingnya menyamping hingga masuk ke area halaman warung.
Melihat buah apel yang sangat menggiurkan, si pejabat kaya pun berkata.”Asnan, aku ingin membeli apel mu itu, berapa harganya ?”.

   Asnan tersenyum manis lalu menjawab,”maaf tuan, apel itu bukan miliku tetapi milik tetanggaku”.
Mendengar jawaban Asnan ,sang ayah dari keluarga miskin pun ikut menimpalinya,”apa maksudmu?,bukankah ranting pohon itu berada di area halaman warungmu, tentulah apel itu juga milikmu”.kata sang ayah dari keluarga miskin tersebut.
Asnan pun kembali menjawab,”memang rantingnya menyamping hingga ke halaman warungku, tetapi pohon itu bukan miliku, bukan aku yang menanamnya dan bukan aku pula yang merawatnya hinnga berbuah lebat seperti saat ini.”
“kenapa tidak kau ambil saja secara diam diam, lagi pula si pemilik pohon apel itu tidak akan mengetahuinya.” Kata sang ayah dari keluarga miskin.
“itu benar Asnan, tidak akan ada yang mengetahuinya, dan kau akan mendapatkan untung banyak dari apel apel itu” timpal si pejabat kaya.
Mendengar perkataan ke dua pelangganya tersebut Asnan seketika terdiam dan kembali tersenyum manis lalu menjawab dengan nada yang lembut “kalian benar, memang tidak akan ada yang manusia yang mengetahuinya. Tetapi bukankah tuhan selalu mengetahui semua hal yang kita perbuat?, tidak penting seberapa hebat kita menyembunyikan setiap perbuatan yang kita lakukan, semuanya tidak pernah lepas dari penglihatan tuhan”.
Sang ayah dari keluarga miskin tertunduk malu seraya berkata “ tapi ini hanya sebuah apel saja, bukankah nilainya pun tidak seberapa jika dibandingkan dengan harta negara kita yang dicuri oleh para koruptor di luaran sana”.
Si pejabat kaya tercengang mendengar perkataan sang ayah dari keluarga  miskin, ia merasa malu karna dirinya merupakan salah satu koruptor yang beraksi berulang kali.
Asnan kembali menjawab dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya “tidak penting berapa  besar nilai dari suatu hal yang kita ambil, jika itu bukan hak kita maka kita tidak boleh mengambilnya, tanamkanlah kejujuran dalam diri kita, agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat bersama sama membangun negeri ini untuk masa depan yang lebih  cerah,dimana kita bisa saling membantu satu sama lain dan menghargai perbedaan maka saat itu lah perdamaian yang sesungguhnya akan terwujud dalam hati masyarakat”.
Mendengar jawaban Asnan, sang ayah dari keluarga miskin dan si pejabat kaya seketika mengangis menyesali perbuatan mereka. Ke duanya mengadahkan wajah mereka ke atas langit serta memohon pengampunan tuhan yang maha kuasa, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tercela yang selama ini merka lakukan.
   Pada dasarnya kita sebagai masyarakat yang baik tentu meninginkan kesejahteraan bagi tanah air kita tercinta, untuk itu marilah kita bersama sama mewujudkan kesejahteraan itu dengan menghapuskan tindak pidana korupsi yang dapat merugikan banyak orang. Dimulai dari menanmkan kejujuran dalam diri sendiri dan menghargai hal hal sedehana di sekitar kita.

Pohon Apel Itu Bukan MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang