Luluh 16 ~ Pencuri Mawar 🌹

1.6K 232 28
                                    

Kedua alis mata Tama seakan saling bertaut saat pertama kali Sandra menginjakan kakinya di kelas. Sandra menghentikan langkah sejenak, ia menatap Tama dengan ragu. Namun, kembali melangkah setelah menghela napasnya dengan berat.

Sandra mendudukan dirinya di bangkunya sendiri setelah beberapa lama tak duduk di sana. Gadis itu menoleh ke belakang, tepat pada bangku yang seharusnya ia duduki. "Kenapa Tama harus duduk di sana, sih?" tanyanya dalam diam. Lagi-lagi remaja cantik itu menghela napasnya dengan berat. Dia melirik tasnya yang berada tepat di depan Tama.

Haruskah ia ambil tasnya sekarang juga? Tapi, harus pindah tempat duduk ke mana lagi dirinya??

Sandra benar-benar kebingungan. Mendadak ia menyesal menyusul Tama ke kelas. Jika tahu situasi akan secanggung ini, lebih baik menemani Rino saja.

Kembali membenarkan duduknya, Sandra memalingkan wajah ke depan. Ia tak menatap Tama dan tasnya lagi. Sandra pasrah, kelak ketika Tama beranjak dari sana, baru Sandra akan duduk di kursinya.

"Tuh kan dia pergi dari sana!" bisik Sandra dalam hatinya saat mendengar suara kursi yang bergesekan dengan lantai kelas. Sandra enggan menoleh ketika langkah kaki Tama menderap ke arahnya.

Dahinya berkerut, Tama tepat berhenti di sampingnya. Mendudukan diri di kursinya sendiri. Tas miliknya diletakan dengan lembut ke hadapannya. Lalu beberapa tangkai bunga mawar memenuhi penglihatan Sandra. Tangannya menggapai bunga itu. "Aa.. Apa ini?" tanya Sandra terbata.

Sandra memberanikan diri untuk menoleh pada Tama. Kerutan di keningnya tak ingin hilang. Apa lagi saat melihat senyum di bibir Tama.

"Untuk Sandraku," bisik Tama.

Demi apa Sandra merinding kala Tama menambahkan kepemilikan di akhir namanya. Buru-buru Sandra mengalihkan tatapannya agar Tama tak melihat binar kesenangan di sana. "Aku nggak suka bunga!" ujar Sandra sembari meletakan beberapa tangkai mawar asli itu ke atas meja.

Tama berdecak tak suka. "Terus sukanya apa, hemm?" Pertanyaan bernada lembut itu keluar dari mulut Tama. Tahu kah Sandra bahwa cowok berponi itu sedang mati-matian menahan rasa kesalnya. Tama ingin hubungannya dan Sandra baik-baik saja. Rasanya tak menyenangkan ketika Sandra memberi jarak padanya dan lebih memilih Rino.

"Nggak tahu! Aku benci mawar ini," balas Sandra. Gadis itu berharap Tama tak mencium kebohongannya. Alih-alih membenci mawar itu, Sandra sebenarnya ingin membawanya pulang, menyimpannya di kamarnya sebagai kenangan pemberian pertama dari Tama.

"Ambil bunganya, simpan!"

Sandra mendelik, sejak kapan Tama bisa membaca pikirannya. Tck! Bukan membaca pikiran, tapi memaksanya untuk menerima bunga itu.

"Ogah!"

"Sandraaaa," geram Tama. Harus berapa kali lagi ia menahan kesabaran?

"Kamu beneran mau kita putus?" Pertanyaan Tama menghadirkan delikan di mata Sandra. Dengan cepat ia kembali mengusai diri dari keterkejutan itu. "Memangnya kita pernah pacaran?" balasnya.

"Kita tunangan kalau kamu lupa!" Akhirnya Tama tak bisa menahan kesabarannya lagi. Bagaimana mungkin Sandra bersikap kejam seperti ini padanya? Kenapa Sandra tak bisa memahami perasaannya?

Tama kesal. Ia membuang wajahnya ke arah lain agar rahangnya yang mengeras tak tampak di mata Sandra.

"Kenapa? Kamu mau jadian sama Nada?"

"Sandra Antranajaga!" Sekali lagi Tama menggeram kesal. Pertanyaannya dibalas tanya oleh Sandra. "Kenapa Nada lagi sih?" kesalnya.

"Loh kenapa? Nada kan jauh lebih cantik, nggak petakilan, bisa jaga sikap, terus pintar."

LULUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang