Perpisahan.

3 0 0
                                    

Hari ini,terakhir dirinya menginjakan  kaki kesekolah tempat dirinya menimba ilmu. Sunyi, dia ke sekolah ketika semua orang telah memulai pelajaran.

Dia pasti akan merindukan tempat ini, di perhatikan semua ruangan. Lantai dua, dia ingin sekali menginjakan kaki keatas sana.
Bertemu dengan teman-teman, bercengkrama,bercanda,tertawa dan saling adu argumen.

"Ara, yuk keruang kepala sekolah." ibu nya merangkul bahu ara,dia sangat tau bagaimana hati ara sekarang.

Ara masih merenung melihat tangga di depannya itu, menarik nafas sangat dalam. Dan tersenyum kearah ibunya.
"Iya buk"

Baru beberapa langkah ara dan ibunya melangkah,seseorang memanggil nama ara.
"Araaaa."

Dia tidak sanggup untuk melihat kebelakang, itu akan membuat dirinya sulit untuk pergi.
"Tunggu ara, araaa"

"Biar ibu saja ke ruang kepala sekolah, dari tadi mawar memanggilmu. Ibu tau,ini sangat berat. Seenggaknya,jangan membuat teman-temanmu cemas atas kepergianmu dari sekolah ini."

Ara pun mengangguk, dan berbalik menghadap mawar.

"Hai" sapa ara
"Hm araaa, kamu tu bikin aku khawatir aja, kemana aja sih 3 hari ini. Hilang tanpa kabar, kamu sehat kan? Terus kok sekarang ngak pakek seragam sih? Mau peluk,kangeenn"
Ara terkekeh mendengarnya.

"Haha,lebay banget sih. Sini peluk" ara memeluk sangat erat, mata berkaca kaca. Dia tidak sanggup untuk menahannya.

"Mawarr, jangan lupain ara yaa. Ara sayang banget sama kalian. Mawar jangan nakal, bikin PR, dan jangan bolos ke kantin terus yaa".

"Hikss, ara kok ngomong gitu sih. Mawar sayang juga sama ara, ara mau pergi kemana sihh. Jangan pergi, mawar ngk mau ara pergi" ara melepaskan pelukannya, ini yang membuat dirinya berat meninggalkan kota ini.

Ara tersenyum.
"Hm, udah nangis nya. Temenin ara ke kelas yuk."

"Jawab dulu ara mau pergi kemana? Jadi ara mau pindah?? Ara kok tega sih ninggalin kami?"

"Mawar, ara terpaksa. Ara akan pindah ke kota kelahiran ibu. Kita bisa bertemu ketika aku atau pun kamu ulang tahun, aku akan usahakan. Ini gelang untuk mawar dan rani. Kita bertiga mempunyai gelang yang sama,beda kota bukan berarti persahabatan kita bubar. Kita cuma butuh waktu untuk bersama-sama kembali. Kita kan masih bisa telfonan" ucap ara dengan ceria, dia tidak ingin lagi ada tangisan.

Mereka berdua, menaiki satu persatu anak tangga. lorong demi lorong mereka lewati, hingga sampailah di depan pintu bercat warna coklat. Yang bertulisan kelas Xl Mipa 1.

"Tok..tok..tok..Assalamualaikum, permisi buk." ucap mawar dengan sopan, membuka pintu dan menarik tangan ara. Ara yang belum siap pun kaget karena di tarik tangannya.

"Waalaikumsalam." balas seisi kelas, mawar pun duduk di bangkunya.
Ara mencium tangan buk guru, wali kelasnya selama duduk di kelas Xl.

Buk della, sudah mengetahui kalau ara yang akan pindah.
"Maafin ara ya buk,maaf kalau ara nakal." Buk della pun tersenyum.
"Kami pasti akan kehilangan kamu ara,murid yang pintar." Ara pun memeluk guru yang sudah berkepala tiga itu. Seisi kelas bingung, heran melihat ara.

"Hai teman-teman, bagaimana kabarnya? Tentu sehat dong ya, ara mau mintak maaf kalau ara banyak salah sama kalian semuanya, kalian baik-baik ya disini. Ara pasti bakalan merindukan kelas ini, makasih sudah baik selamat ini sama ara, apa lagi irwan yang sering ngasih ara jajan. Hahaha"

"Yeehh bukannya mintak,tapi langsung nyosor aja makanan gua lu ma" seisi kelas tertawa mendengar si irwan,si raja makanan. Yang tidak akan terlepas dari makanan, pantes badan nya gede.

"Haha,maafin ara ya teman-teman. Ara sayang banget sama kalian semua, terima kasih sudah mengisi hari-hari ara di sekolah ini. Hmm, walaupun ara ngak belajar disini lagi. Ara berharap kalian tidak akan melupakan ara." mata ara mulai berkaca-kaca tapi lengkungan senyum tidak lepas dari wajah ayu nya.

Semua cewek di kelas itu pun memeluk ara, hangat. Ara sangat sangat tidak ingin pergi untuk saat ini.

🌸🌸🌸🌸

Ara turun dari lantai bawah dengan di temani teman-teman.

"Mawar,rani. sehat sehat ya disini, ara pergi" ara pun memasuki mobil.
Semua teman sekelasnya pun melambaikan tangan kepada dirinya.

Selama di perjalanan ara hanya merenung. "Ara jangan lemah ya, kita bisa kok. Jangan cengeng!" ucap ibu menyemangati.

Ara hanya tersenyum.
"Ibu, tahun depan kita masih bisa kesini ngak?"

"Hmm, insya allah. Setelah semuanya membaik ya sayang. Ibu akan temani kamu bertemu sahabat kamu lagi."

"Makasih ya bu" ara tersenyum dengan sangat manis. Gigi gingsul yang menjadi ciri khasnya.


*****
HAI HAI, semoga kalian ya baca suka yaa. Kalau suka jangan lupa vote ya, komen juga. :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengalah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang