23

38 1 0
                                    

"Lo gak turun?" tanya Hangyul.

Jadi setelah dari apart Yuvin tadi, mereka berempat ke apotek sebentar untuk menebus obat Donghan. Karena memang rencananya Yeji mau ikut ke rumah sakit juga, jadilah mereka ikut Yeji dulu pulang ke apart-nya untuk mengantarkan obat Donghan.

Yuvin menggeleng. "Gak deh. Males gue. Lagian repot amat anjir? Ngapain kita harus ikut kesini segala. Kan kita bisa ke rumah sakit duluan. Suruh aja berdua itu nyusul ntar."

"Gue penasaran juga sih sama keadaan Donghan setelah lo keroyok. Gila lo ya. Kalo beneran tu orang mati, masuk penjara beneran lo bego."

"Bodo amat. Ini udah menyangkut kesehatan Mama Yohan, gimana gue bisa diam."

TOK TOK! Terdengar kaca mobil sebelah Hangyul diketuk dua kali. Hangyul menoleh ke kiri dan tampak Donghyun memberikan isyarat 'ayo'. Hangyul pun mengangguk sambil mengangkat tangannya sebelum beralih pada Yuvin lagi. "Ya udah gue turun."

Yuvin hanya mengangguk singkat dan menatap tiga orang itu berjalan menjauh dari belakang kemudi. Dia kemudian menurunkan sandaran kursinya dan menutup matanya, ingin beristirahat sejenak.

***

Yuvin tersentak karena hpnya berbunyi. Dia kemudian mencoba duduk sebentar lalu meraih hpnya di saku celana dengan susah payah. Hangyul meneleponnya.

"Apa?"

"Donghan hilang anjir!"

"Ya terus apa urusannya sama gue kalo dia hilang?"

"Bantu cariin kek."

"Ah bego tu orang," kata Yuvin sambil memukul setir mobilnya. "Hilang mulu perasaan kerjaannya."

"Ya udah gue tutup. Mau coba tanya ke security."

Yuvin menggaruk-garuk kepalanya, dia kesal. "Repot banget ini orang beneran. Harusnya gue matiin aja kemaren."

***

Donghan menyeret langkahnya dengan susah payah sampai akhirnya dia bisa sampai ke tempat tertinggi di gedung ini, atap apartemen ini. Donghan terus berjalan sampai dia gak sadar kalau dia udah sampai di tepi gedung. Donghan menatap sekeliling dari tempatnya berdiri, lalu menatap langit. Dia kemudian tersenyum lirih. "Ma.. aku kangen sama Mama.." Donghan menarik nafasnya perlahan, kali ini dia melihat ke bawah. Tinggi banget. "Ma, tunggu ya. Bentar lagi aku nyamperin Mama..." kata Donghan, lalu jatuh...

Jatuh ke bawah? Tentu saja tidak. Dia jatuh ke atap gedung karena seseorang menariknya. Siapa lagi kalau bukan Yuvin. Jadi sekarang posisinya itu dia terhimpit oleh tubuh Donghan. Walaupun tidak terhimpit seluruhnya, tapi sakitnya lumayan. Ya iyalah dia jatuh ke permukaan keras kayak gini, dihimpit pula. Ya sakit T_T

"Bang Donghan!" teriak Yeji dari pintu masuk atap gedung. Dia datang bersama Hangyul Donghyun dan staff klinik gedung ini yang membawa tandu. Mereka semua berlari menghampiri Yuvin Donghan yang terkapar di atas lantai semen.

"Gimana Mbak? Tandunya cuma satu."

"Dia aja," Yuvin setengah berteriak. "Dia aja yang ditandu. Buruan. Berat astaga," kata Yuvin akhirnya.

Mendengar kalimat Yuvin itu, kedua staff itu langsung buru-buru mengangkat Donghan ke tandu dengan hati-hati. Bukan main rasa lega yang Yuvin rasakan setelah Donghan diangkat dari atas badannya.

"Udah lo ke Donghan aja dulu. Biar gue sama Hangyul yang ngurusin Yuvin," kata Donghyun. Dia mengatakan itu karena melihat ekspresi bingung di wajah Yeji.

Yeji mengangguk-angguk. "Kalian ke apart gue aja dulu. Tunggu gue disana."

***

Yuvin duduk bersandar tidak berdaya di sofa di apart Yeji. Badannya masih pegal karena benturan yang tiba-tiba, tapi untungnya gak begitu parah. Yeji sedang mengantar staff klinik yang mengantar Donghan balik ke apart sampai ke pintu. Sedangkan Hangyul Donghyun, mereka berdua sedang di kamar Donghan.

To Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang