Tresno Sliramu | Azka Nindya
"Ketika halu menjadi nyata, maka di sanalah doa dan harapan telah terkabulkan."
"Bu guru!" aku menoleh pada salah satu murid laki-laki yang memanggilku.
"Iya, Rian?"
"Bu guru, ada Pak tentara yang ngintip Bu guru." aku celingak-celinguk dan tidak melihat siapapun di luar.
"Tidak ada siapa-siapa, Rian. Sudah, sekarang kita berkemas-kemas dan berdoa." kataku yang langsung dituruti oleh semua muridku. Anak yang pintar.
Selesai berkemas-kemas dan berdoa, semua murid kuminta untuk berbaris rapi. Semuanya mengantre untuk bersalaman denganku, sama halnya seperti kebiasaan di sekolah-sekolah SD lainnya.
"Bu guru! Itu Pak tentara yang ngintip Bu guru!" seru Rian dari arah luar.
Dengan cepat aku mengemasi barangku dan melangkah keluar, sebenarnya aku juga takut berlama-lama di dalam kelas yang mulai sepi karena pembelajaran telah usai.
Baru saja aku akan melangkahkan kaki keluar pintu, tiba-tiba pegangan tanganku meleset, telapak tanganku basah karena keringat. Tubuhku tiba-tiba oleng dan ....
Hap
Aku memejamkan mataku hendak menjerit karena pasti sakit bila terjungkang ke belakang dengan tidak elite. Tetapi jeritanku tertahan saat aku merasakan tubuhku tertahan, ditangkap oleh sebuah tangan, hangat sekali. Aku membuka mataku dengan perlahan dan menatap orang itu. Apa aku mimpi? Apa rinduku ini sudah mengubahku menjadi tidak waras? Kenapa setiap saat aku melihat bayangan mas Alif? Hingga sekarang saja aku melihat bayangannya lagi, dia orang yang yang menangkap tubuhku agar tidak terjatuh. Ya Tuhan, tolong sadarkan aku. Aku tidak mau menjadi seperti ini, terlalu sering berhalu bertemu dengan mas Alif. Ini sangat menyiksaku, Tuhan. Tolong hilangkan bayangannya dari hadapanku dan pikiranku.
"Hei."
Aku masih bertahan dan terus memperhatikan bayangan dari orang yang sangat kurindukan.
"Hei, hallo." aku merasa pipiku ditepuk beberapa kali.
"Hei, Dik Azka. Kamu bisa mendengar Mas, kan?"
Kembali aku merasakan pipiku ditepuk beberapa kali. Kok panas ya, pipiku? Apa Devi yang menepuk pipiku? Ah, biarkan sajalah dia menepuk pipiku. Toh aku dapat menikmati pemandangan indah walau beberapa menit.
Plakkk
"Aduh ... kira-kira dong kalau mukul, sakit tau!" aku segera bangkit dan mengelus pipiku yang sakit, aku mengomel saat pipiku dipukul dengan kerasnya, hingga menandaskan rasa panas.
"Heheh ... makanya sadar! Jangan melamun terus!" sembur Devi yang ada tepat di sampingku.
"Eh, Vi. Tadi kamu lihat gak bayangannya Mas Alif? Beuh ganteng banget, Vi."
"Kamu jangan halu."
"Ih Devi, aku gak halu ya! Ini beneran, tadi ada bayangannya Mas Alif. Jadi kangen sama Mas Alif." kataku dengan mata menerawang ke hamparan luas rerumputan ilalang.
"Ingat, kamu itu jomblo."
"Iya, aku tau aku jomblo. Emang kenapa kalau jomblo?"
"Jangan kebanyakan halu."
"Tapi aku gak halu, Devi."
"Yaudah gini, kalau misal ada Mas Alif di sini ...."
"Ssstt ... diam! Jangan panggil Mas Alif dengan sebutan 'Mas' panggil Abang saja. Yang boleh manggil Mas Alif, itu hanya aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ssst! [Complete]
Romance[Belum direvisi] ... "Pak Komandan, aku mencintai salah satu anggotamu!" Kisah asmara antara seorang guru dan prajurit yang selalu dalam mode waspada karena kedatangan buaya. Mereka akhirnya sepakat untuk menjalani hubungan dengan senyap, namun inda...