Didalam kelas. Semua murid Gifted berkumpul dan menunggu Dafran menunjukkan potensinya.
"Gue Dafran Lazoerga Darsla. Kemaren gue baru aja nemuin potensi gue, yaitu menghilangkan barang."
Dan dengan heran, Pak Alva serta yang lainnya memperhatikan dia. Kemudian setelah minumannya habis, Dafran memberitahukan bahwa potensinya adalah bisa menghilangkan benda.
"Dan boom, barangnya ilang!" ucap Dafran bercanda. Dan mendengar itu Pak Alva tampak kecewa, begitu juga dengan beberapa murid lain yang telah serius memperhatikan. Sementara Baraka menggeleng- gelengkan kepalanya.
“Hahaha… hilang. Gue butuh waktu lama nemuin kekuatan ini. Menghilangkan sesuatu adalah potensi gue yang sebenernya.” ucap Dafran dengan sangat bangga dan kembali bercanda.
"Dafran, berhenti bercanda." dengan serius, Pak Alva menyuruh agar Dafran berhenti bercanda.
"Apa kamu bisa mengembalikan barangnya?" kemudian dia menanyakan apa bisa Dafran mengembalikan barang yang telah hilang.
"Tidak pak." dan dengan santainya, Dafran menjawab tidak dan kenapa barang yang telah hilang harus dikembalikan.
"Dafran, jika kamu menghilangkan barang maka kamu harus mengembalikan barangnya."
"Carilah cara untuk menemukan barangnya."
Lalu Pak Alva memberitahu bahwa Dafran masih belum bisa mengendalikan potensinya, karena barang tersebut bukan hilang, melainkan Dafran belum menemukannya, jadi Dafran harus mencari cara untuk mengembalikannya. Tapi Dafran kembali bercanda.
"Saya engga bercanda. Setiap potensi punya sebab dan akibat. Kalau engga digunakan dengan benar, kamu bakal kena masalah. Setelah ini, kamu harus latihan di Kantor Bapak, sampai kamu bisa mengembalikan yang sudah kamu hilangkan. Paham?” ucap Pak Alva dengan tegas. Dan Dafran pun mengiyakan.
.。.:*✧
Sepulang sekolah. Dafran menunjukan pulpen baru yang dibelinya, persis seperti milik Gabriella yang hilang.
"Tada.... Liat nih pulpennya sama kan kayak punya Lala."
"Punya Lala ada namanya." Namun Baraka membalas bahwa punya Gabriella itu ada namanya, jadi tidak sama. Tapi Dafran malah kembali bercanda.
"Dafran. Kemarin dia sedih. Pulpen itu penting baginya. Pemberian Ibunya atau semacamnya. Dan lo malah ngilangin pulpennya.” jelas Baraka
“Beneran? Sepenting itu?” tanya Dafran, mulai merasa bersalah.
“Lo berhutang maaf sama dia.” balas Baraka.
Tiba- tiba saja disaat itu, Baraka melihat kotak pensil Dafran seperti bergerak sedikit. Tapi karena suara ribut para murid wanita dibelakangnya, maka dia memperdulikan hal tadi.
"Eh woy sini!"
"Demi apa, kita satu sekolah sama cowok populer!"
Dimading. Tertempel foto cowok nomor satu disekolah, termaksud Edzard. Lalu melihat itu, Baraka pun menanyakan tentang Edzard, "Itu cowok yang kemaren nitip tas ke lo kan?"
"Siapa namanya?" lanjut Baraka.
"Namanya Edzard, dulu waktu masih SMP gue sama dia temenan. Tapi gara-gara gue deket sama tuh orang gue jadi kena masalah mulu." dan Dafran menjelaskan kalau dulu dia dan Edzard teman satu SMP, karena dia dulu tidak punya teman, maka dia bergabung dengan geng Edzard.
Dulu Edzard selalu membuat Dafran terkena masalah dan melakukan hal buruk. Jadi ketika mereka tidak sekelas lagi disekolah ini, maka Edzard pun menjadi senang. Lalu semenjak itu, mereka tidak saling bicara dan tidak berteman lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gifted
Science Fiction❝Hanya beberapa dari mereka yang berbakat saja yang terpilih.❞ WARNING! [Non-baku] [lokal] Note: cerita ini saya remake dari the gifted thai series dan fox marvel.