"Jangan libatin cewek gue lagi! Gue bisa bahagiain dia!"
Bumi datang tiba-tiba setelahnya ia mendorong bahu Adlan cukup kencang. Tanpa meminta ijin padaku, Bumi membuka pintu mobil memintaku untuk masuk. Bumi memutar dirinya untuk masuk kedalam mobil. Tanpa menunggu lama, Bumi melajukan mobilnya meninggalkan gedung pertunangan Adlan.
"Gue nggak suka ada yang pegang-pegang lo! Di depan gue aja lo bisa peluk-peluk gitu, gimana kalo di belakang gue!"
Aku menatapnya tajam. Ucapannya seakan-akan aku yang memeluk Adlan atau aku membalas pelukannya. Seakan-akan ucapannya aku adalah gadis gampangan.
"Dia yang meluk gue!" Bela diriku.
"Ckkk... Kalo nggak ada gue pasti udah lo balas kan pelukannya?"
"Cihhh... Dangkal banget pikirann lo!"
"Udah pernah ngapain aja lo sama dia?" Pertanyaannya terdengar meremehkanku, bahkan terkesan merendahkanku.
"Gue turun di depan aja. Gue bisa pulang sendiri." Ketusku.
"Turun aja sendiri."
"Yaudah berhenti!"
"Nggak mau!"
"Gue buka---" Aku menatapnya sinis, "Buka pintunya!"
"Nggak mau, lo nggak denger!"
"Gue pecahin kaca mobil lo!"
"Pecahin aja!"
Aku melepas sepatuku. Aku menunjukkan highheels-ku padanya. Bumi hanya melirikku acuh. Ia terlihat tidak peduli dengan ancamanku untuk memecahkan kaca mobilnya.
"Gue pecahin!"
"Silahkan, nggak ada yang larang!"
"Brengsek!"
"Gue cemburu, Moon!" Bumi berteriak kencang atau lebih tepatnya ia membentakku. "Gue nggak mau nanti lo bakal nikah sama Adlan, Moon! Gue tau kalo Mamah gue nggak sempurna kayak Ibunya Adlan. Gue nggak mau lo sama orang lain. Gue mau lo tetep sama gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggal Kenangan
Teen FictionIni kisahku di 10tahun lalu, semasa aku masih menjadi remaja labil. Tentang cinta pertama yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sebelum mengenalmu--- Aku pernah patah hati, tetapi tidak pernah sesakit karenamu. Aku pernah bahagia, tetapi aku ing...