13

651 87 10
                                    

Langkah kecilnya berlari dari ruang makan menuju pintu depan lalu loncat minta digendong. "Om Gilang!!" Jamie berteriak antusias sehingga lupa bahwa beberapa waktu lalu dia merasa kebosanan hingga perlu mengambil mainan untuk menemani sarapan.

Perasaan, Gilang sudah bilang bahwa ia akan Kembali datang seminggu lagi. Entah untuk apa tapi satu hal yang Hana mengerti, Gilang pasti bermaksud untuk memberinya waktu sendirian untuk menenangkan diri. Jadi untuk apa dia datang kali ini? Hana sampai berlari saat di voyage rumah menuju pintu depan saking herannya.

"Looks like this little dino misses me so much." Gilang tidak kalah antusiasnya. Senyumannya betul-betul mengembang hingga sudut matanya tertarik keatas membuat matanya menyipit.

Jamie mengangguk. "I am!!!" Kakinya yang mengambang di udara ikutan bergerak antusias juga. "Om, kita lagi makan pudding. Ayo cobain bikinan Ibu."

Gilang menatap Hana yang berdiri tak bergeming. Ketika mereka sama-sama diam, Hana menyadari bahwa Gilang sedang minta izin tanpa mau Jamie mengetahui kecanggungan mereka.

"Let's go." Jawab Hana pendek.

Begitu Gilang masuk menuju ruang makan bersama Jamie dalam gendongannya, ia melihat Kyra disana. Duduk serius sambil makan pudingnya. Entah Kyra memang tidak antusias atau memang moodnya tidak dalam keadaan baik.

"Kakak! Ada Om Gilang!" teriak Jamie.

Dari piringnya, Kyra mendongak dan diam untuk beberapa saat namun seketika wajahnya menampakkan senyuman. "Hi, Om!" sapa Kyra. "Kemana aja?"

"Om ada kerjaan."

"Hari ini gak ada, kan?" tanya Kyra.

Gilang menggeleng. "Udah selesai."

Selesai apanya? Sekarang baru jam 10 pagi dan mungkin Gilang baru berada di kantor selama beberapa menit sebelum langsung kemari. Hana sadari ini karena Gilang begitu formal dengan pakaian kantornya. Persis saat ia menemui Hana di pelataran Sekolah beberapa hari yang lalu.

"Mau sarapan?" tanya Hana.

"Udah kok, thanks." Jawab Gilang lalu mendudukkan Jamie pada kursinya di sebelah kursi Hana. "Pudingnya Om mau coba dong." Gilang membuka mulutnya menunggu suapan dari Jamie.

Kegirangan melihat apa yang Gilang minta, Jamie menyuapkan sesendok penuh pudding dari piringnya.

"Ini aja yang baru. Sebentar aku ambil."

"Om, kita nonton Marvel yuk? Om suka Marvel kan?"

"Moana aja yuk Om?"

Mereka bersenda gurau disana seolah Hana bukanlah seseorang yang perlu mereka ikut sertakan. Bukannya apa-apa, Kyra dan Jamie terlalu merindukan Gilang hingga tanpa sadar mereka seperti asyik sendiri. Namun di sisi lain, Hana juga tidak tertarik untuk ikut bercengkrama. Dia lebih menginginkan penjelasan Gilang untuk apa ia kemari sepagi ini.

"Bu, tolong puterin Jumanji!" ini Jamie yang akhirnya menganggap keberadaan Hana namun ini juga hanya untuk meminta tolong.

"Ok." Hana beranjak dari meja makan menuju ruang tengah untuk memutar Jumanji sesuai kesepakatan mereka bertiga tadi. Dalam hati, Hana ingin menolak permintaan Jamie karena bagaimanapun Gilang perlu pergi bekerja sekarang. Bukannya mengurusi dua anak orang layaknya jasa day care. Tapi dipikir-pikir, jika ini mau Gilang untuk kemari, maka inilah konsekuensinya.

"Udah mulai, Ibu kupas buah buat cemilan, ya." Tanpa menunggu jawaban Hana berlalu ke dapur untuk mengupas buah.

Ia benar-benar tidak tertarik untuk ikut nonton bersama meski jika ia biarkan kesannya seperti Hana menitipkan anak-anaknya pada orang lain. Ya, sedikit banyak Hana masih melihat Gilang seperti orang lain. Disamping memang Gilang baru berada diantara mereka, Hana juga tidak ingin bahwa nantinya ia menjadi bergantung pada teman suaminya itu.

Langkah Hana terhenti saat ia melihat pemandangan di depannya. Dirinya seolah lupa untuk apa ia menyusul ke ruang tengah dan untuk apa potongan buah yang berada di mangkuk yang ia bawa.

Rasanya seperti déjà vu. Rasanya seperti anak-anak sedang bersantai di Minggu pagi bersama ayah mereka. Bersama Dave. Bagaimana saat anak-anaknya mengandalkan Gilang saat ada adegan lucu, menegangkan atau bahkan cara Dwayne Johnson berjalanpun menjadi bahan diskusi mereka. Semuanya persis seperti saat Dave yang duduk disana.

Lamunannya terpecah saat tak terasa air matanya nyaris tumpah. Ini bukan saatnya untuk meratapi diri. Situasi ini entah akan sampai kapan sehingga Hana harus kuat sekarang. Bisa saja hal ini adalah untuk selamanya sehingga Dave sudah menitipkan semua urusan anak-anak dan biaya hidup mereka kepada Hana.

Seolah barusan dia tidak mengalami serangan kilas balik, Hana berkata antusias bahwa cemilannya sudah datang. Tidak menunggu waktu lama, Hana berlalu menuju halaman belakang dengan jus sayurnya sambil membaca buku self improvement.

"Hana?"

Merasa dirinya dipanggil, Hana menoleh kepada asal suara yang sudah ia ketahui milik siapa. Mungkin ini saatnya dia harus pergi menuju kantor.

"Ya?"

"What is going on?"

"Kenapa?" Jawab Hana kebingungan.

"Aku ngebiarin kamu sendiri karena aku pikir kamu butuh waktu untuk sendiri dan menata pikiran kamu. Tapi kenapa malah sebaliknya?"

"I do. Aku mulai baik-baik aja sekarang dan itu yang aku butuhkan, waktu buat diriku sendiri. Kenapa kamu kemari hari ini? aku bukan skeptis, I really thank you sudah mau temenin anak-anak."

Dari tempatnya berdiri, Gilang mendekati Hana. "Jamie tadi video call aku. Sambil nangis dan dia gak bilang apapun saat aku tanya kenapa."

"Jamie?" Hana mengerutkan kening merasa ia tidak melihat Jamie menghubungi Gilang hingga, "Ya ampun! Tadi kami lagi sarapan dan Jamie izin pergi ke kamar untuk ambil puppet. Rupanya dia nelepon kamu? Sorry, Gilang. We're fine really. Tapi tadi Jamie memang tantrum gak tau kenapa. Mungkin karena aku bilang kalo besok harus sudah mulai pergi ke Sekolah."

"Memangnya dari kemarin gak ke Sekolah?"

Hana menggeleng.

"Ada yang ganggu kalian lagi?" Gilang mulai waspada. "Hana I told you to tell me when everything's happen. Kenapa kamu—"

Hana memotong untuk menenangkan. "Nothing is happened. Aku hanya lagi cari tahu apa yang sebenernya terjadi. Dan aku rasa mereka akan happy kalo aku kasih days off."

"Terus? Kamu tau siapa yang ganti makanan the kids?"

Hana menggeleng lagi. "They sabotage the cctv also. Aku gak punya petunjuk apa-apa. It was smooth. Way too smooth."

"Terus gimana kamu bisa sadar? Kita harus lapor polisi sekarang."

"Gak usah. Semuanya bener-bener mulus sampe gak masuk diakal. Lapor polisi hanya buang tenaga."

Gilang menutup matanya sebentar merasa apa yang Hana katakan terlalu diluar kendalinya. Situasi sudah semakin salah dan bisa-bisanya dia masih tidak ingin membawa semua ini ke jalur hukum.

"Ok, I'll respect your point of view even it makes me feel damn crazy." Gilang mengalah. Lagipula ini juga bukan ranahnya untuk terlalu ikut campur. "Tapi aku mohon, jangan pernah menolak apapun bantuan aku. Atau apapun yang aku lakukan for the kids buat menghibur mereka."



Gimana? Kamu udah jadi team Gilang belum sekarang?

anyway makasih untuk votenya dan gak bosen aku bilang bahwa INSANITY udah tamat, go read them ASAP!! love you guys.

Nobody's Like You season 2Where stories live. Discover now