Misson.
Kata orang, dunia ini memang kejam bagi segenap manusia yang tidak mempunyai koneksi dan harta melimpah. Seakan semua terjadi secara tidak adil, namun sebenarnya itu hanyalah sebuah sugesti dari orang-orang yang putus asa dan tak pandai bersyukur. Semua nampak lebih indah, apabila menjalani segalanya dengan ikhlas bukan? Para ulama sering mengatakannya.
Galang selalu menerapkan hal itu. Baginya apa yang ia punyai hari ini adalah apa yang membuatnya belajar, sekalipun itu untuk dirundung oleh Jay dan teman-temannya. Ia hanya perlu menjalaninya dengan ikhlas tanpa menimbulkan masalah baru, baginya itu sudah cukup.
"Bukannya yang miskin bakal selalu ditindas sama yang kaya itu udah biasa? Kenapa juga Tasya pakek segala belain gue tadi? Gak mikir apa dia juga bakalan jadi incerannya Jay abis ini? Ah, elah, cewek keras kepala!" monolognya sendiri, sembari berjalan menuju perpustakaan sekolah yang ia yakini akan sepi di jam-jam kosong seperti ini.
Dia sama sekali tidak menyadari bahwa gadis berambut kecoklatan sedang mengikutinya, bahkan mendengar semua apa yang ia bicarakan.
Sama seperti apa yang ia duga, keadaan perpustakaan sangat sepi. Hanya ada dua adik kelasnya yang bertugas menjaga perpustakaan. Galang tersenyum menyapa keduanya setelah mengisi daftar hadir, "Sepi ya?"
"Iya kak, baru kak Galang sama kak Caca aja yang dateng dari tadi" pria itu nampak bingung dengan nama yang terucap ole siswi mungil dihadapannya. Dia pikir hanya akan ada dirinya sendiri di dalam sini.
"Lo mau ngisi daftar hadir atau mau pdkt sama adik kelas?"
"Loh, Caca, gue kira gak ada orang. Sorry" Galang menyingkir sedikit tapi tak berniat untuk pergi dari sana, ia menatap Caca yang sedang menulis namanya pada daftar hadir.
"Ngapain lo? Nungguin gue?"
"Ah, enggak sih. Yaudah gue duluan"
Belum sempat Galang menghilang ke dalam jajaran rak-rak buku, Caca mengatakan, "Mending lo nasehatin temen cewek lo itu daripada dia yang diamuk sama Jay, atau kalo enggak lo usahain sama dia terus biar aman." Gadis itu melipat tangannya di dada dan menatap Galang serius.
Cukup lama, sampai Galang paham dengan apa yang dikatakan oleh Caca. Dia benar, Jay pasti tidak tinggal diam bila terus-terusan diikut campuri urusannya oleh Tasya. Pria itu menghela nafas dan mengangguk, mengurungkan niatnya untuk menjelajah perpustakaan. Ia memilih untuk kembali ke kantin di mana teman kecilnya sedang bekerja membantu sang ibu berjualan di sana. "Thanks Ca." Ucapnya sebelum melenggang pergi.
***
Cukup lama Cassandra berkutat dengan buku sastra yang dibacanya, tak terasa waktu pulang sudah tiba. Ia beranjak dari duduknya dan mengembalikan buku di tempatnya. Ia juga tidak lupa mengucapkan terimakasih pada kedua penjaga perpustakaan, setelah itu dia melangkah pergi.
"Ca!" gadis itu menoleh, saat mendengar namanya dipanggil. Bella dan Jessi datang membawakan tasnya dari kelas, "nih, daripada lo bolak-balik"
"Terimakasih nona Bella" Bella itu tersenyum dan mengangguk.
Pada saat berjalan menuju tempat parkir, langkah Jessi terhenti ketika tak sengaja melihat kerumunan orang di lapangan voli. "Apaan tuh rame-rame?" membuat Bella dan Caca melihatnya juga.
"Kayaknya tebakan kita tadi bener deh, itu pasti Jay. Ke sana yuk?" Bella menarik masing-masing lengan kedua sahabatnya dan melangkah menuju lapangan yang sudah ramai oleh siswa dan siswa dari kelas manapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour | Jay
Cerita Pendek[Follow dulu] Ini hanya seutas cerita singkat mengenai perjalanan pria penuh tatapan tajam dengan kisah klasiknya bersama seorang gadis yang sengaja menyembunyikan berbagai kebenarannya. Akankah kalian akan menjadi saksi dari kisah klasik mereka? M...