Fighting

4 1 0
                                    

Kota Pahlawan
------------------
Aku tak tahu bagaimana cara untuk berjuang. Saat itu aku merasa benar-benar hidup sendiri tidak punya siapapun baik itu keluarga maupun teman. Aku merasa sendiri, aku takut tidak ada yang ingin berteman denganku, aku takut akan penilaian buruk orang lain terhadapku, aku takut tidak ada yang dapat menolongku saat aku dalam kesulitan. Aku benar-benar takut akan kehilangan kepercayaan diri.

Namun, waktu lambat laun menjawab semua kegundahanku dalam ketakutan itu. Aku bertemu sahabat baikku karna adanya kesempatan yang mempertemukan kita, dimana saat itu kita mendapat tugas kelompok dan saat itulah kita menemukan ritme dan keseruan yang saling melengkapi. Mereka semua mendukung aku dalam menemukan jati diriku yang sesungguhnya. Mereka sahabatku yang paling kucintai. Tanpa mereka aku takkan tahu seberapa kuat diriku di tanah rantau.

Merekalah yang mengajarkanku arti sebuah keberanian dalam segala hal. Mereka jugalah yang mengajariku cara berkomunikasi dan menjadi seseorang yang lebih dewasa. Ada saat dimana aku menemani salah satu temanku untuk mengurus penuruan biaya kuliah di gedung rektorat. "Ona temenin aku yuk ke gedung rektorat mau banding UKT aku," ajak temanku. "Ayokk," jawabku dengan penuh antusias.

Ketika sampai di gedung rektorat kami menuju ruangan bagian keuangan dan disanalah transfer ilmu mulai terjadi. Aku mempelajari bagaimana temanku berkomunikasi dengan admin keuangan, dia sangat kritis, bertanya tentang hal-hal yang memang dia butuhkan, pertanyaan yang dia lontarkan sistematis dan tidak tergesa-gesa, dengan santainya dia berkomunikasi tanpa ada rasa ragu, apa yang dia pikirkan pertama kali itu yang dia lontarkan dan pertanyakan kepada admin keuangan.

Saat itulah aku mulai menyadari akan pentingnya berkomunikasi dan berbasa-basi dengan orang lain sekalipun dengan orang yang pertama kali kita jumpai. Hal ini akan membangun sebuah relasi dan ikatan komunikasi sehingga kita dapat terlatih akan hal itu. Dengan berkomunikasi kita akan mendapatkan dunia baru dan menyelami dunia lawan bicara kita.

Mereka juga membuatku mencoba peruntunganku untuk mengikuti organisasi di kampus. Saat SMA aku tidak berani untuk mengikuti organisasi seperti OSIS, aku hanya mengikuti satu kegiatan di SMA yaitu kegiatan ekstrakurikuler dan itupun aku jarang hadir kalau ada pertemuan. Hal itulah yang membuat aku kehilangan kepercayaan diri. Namun, saat itulah aku bertekat untuk memperbaiki itu semua saat di perkuliahan dengan bercita-cita menjadi anggota BEM. Walaaa.. mimpi itu terwujud dengan adanya pengaruh yang diberikan oleh teman-teman satu circleku, aku mencoba mendaftarkan diri menjadi pengurus BEM fakultas dan keberuntungan memihak kepadaku, aku diberikan kesempatan dengan diterimanya aku menjadi seorang bendahara di Departemen Pengabdian Masyarakat BEM FKM UNAIR.

Awalnya aku merasa sangat asing dengan kegiatan baru yang aku ikuti itu, aku bingung bagaimana caranya bersikap dan memulai komunikasi dengan mereka dan dengan cara seperti apa. Namun, semua yang kupikirkan itu terjawab dengan adanya kehadiran ketua di departemen yang aku ikuti. Dia adalah sosok mentor dan kakak yang paling ideal menurutku. Dia memecah suasana yang menegangkan diantara semua anggota departemen saat pertemuan pertama kami dan membuat ikatan persaudaraan yang begitu besarnya.

Ya, dia adalah mbak Gea Fanisha, mahasiswa angkatan 2015, satu jurusan denganku di FKM UNAIR. Dia sosok yang sangat cerdas dan independen. Mbak Ge membantu kami sehingga kami bisa menggali kemampuan kami dengan berprogress sambil mengerjakan tugas-tugas di departmen kami yaitu menyelesaikan program kerja. Walaupun aku hanya seorang bendahara namun aku tau tugas sebagai seorang bendahara itu tidak mudah, ada amanah yang harus kujaga, apalagi uang yang aku pegang bukan hanya uang untuk pelaksanaan program kerja, namun ada uang donasi yang harus disalurkan dengan sejujurnya. Mbak Ge selalu mendukungku dalam mengatur keuangan departemen dan selalu menanyakan apakah keuangan departemen aman atau tidaknya, menurutku itu sebuah bentuk perhatian sederhana yang diberikan mbak Ge kepadaku dan itu akan menjadi pengingatku akan tanggungjawabku.

Saat itulah aku mulai membangun pribadiku untuk menjadi seseorang yang lebih berani dan percaya diri. Banyak sekali ketakutan-ketakutan dalam diriku untuk berproses pada saat itu. Namun diriku tetap bertahan dalam proses itu. Aku terus berjuang untuk menyelesaikan apa yang telah aku mulai sejak awal menginjakkan kakiku di Kota Pahlawan ini. Perjuangan itu ternyata tidak akan pernah berakhir selagi kita masih hidup.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Heyya friends 💕

Udah lama buangeeedd gak melanjutkan cerita ini.
But... Akhirnya aku lanjut lagi buat nerusin cerita ini.

Semoga kalian suka ya.. siapapun Yang bersedia baca tulisanku yang geje ini 😂

Jangan lupa tersenyum hari ini 🙂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Detak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang