still the same

268 19 0
                                    

"Hey Fel, apa itu benar-benar kau?" mata sebening kaca itu membola ketika melihat siapa pelaku yang menepuk pundaknya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat melihat sang mantan kekasih.

"Ah ternyata memang benar," Changbin tersenyum, niatnya datang ke bar hanya untuk melepas stress yang sedang melanda, tapi siapa sangka malah dipertemukan dengan pria manis yang pernah mengisi sebagian tempat di dalam lubuk hatinya itu.

"Bagaimana kabarmu?"

"Seperti yang kau lihat, kau sendiri?"

Changbin terkekeh pelan, "Cukup kacau belakangan ini."

Felix mengusap tengkuknya canggung, "Ingin minum bersama?" ajaknya, toh sebelumnya ia dan Changbin pernah dekat, tak ada salahnya kan jika hanya mengobrol sebentar.

Changbin mendudukkan bokongnya di kursi samping Felix menatap sendu mantan kekasihnya, pria aussie itu terlihat sama kacau dengan dirinya, tetapi Felix tetap terlihat manis dan indah seperti saat awal mereka bertemu.

Melirik ke arah gelas minuman yang di pesan Felix, "Jadi, sejak kapan kau minum alkohol?" tanyanya sembari mengambil salah satu gelas kaca yang berisikan cocktail.

Felix berdehem pelan, "Sejak aku pergi ke luar kota dan memutuskan untuk meninggalkanmu."

Changbin tersenyum sembari memainkan jari di bibir gelas kaca yang berisikan cairan berwarna merah terang tersebut, cukup lama mereka membahas hal-hal acak hingga tiba saatnya Changbin menanyakan alasan Felix meninggalkannya.

Felix meneguk segelas cocktail sebelum menarik kerah Changbin lalu mencium bibir pria tersebut, melumat dan menghisap lembut belah bibir yang selalu ia rindukan empat tahun terakhir ini.

Changbin cukup terkejut dibuatnya, ia terdiam membiarkan Felix mendominasi ciuman mereka. Tapi tak lama ia merangkul pinggang si mungil, memiringkan kepalanya sehingga bisa dengan leluasa membalas setiap lumatan yang diberikan mantan kekasihnya itu.

Changbin terus melumat serta menghisap bibir Felix yang masih saja terasa manis walau tercium bau alkohol yang cukup menyengat.

Ia sangat merindukan sosok manis Felix di kehidupannya, bagaimana suara si manis yang memanggil namanya dengan manja, apalagi ketika sedang ada maunya, Felix akan terus menerus bergelayut sembari merengek di lengannya. empat tahun bukanlah waktu yang singkat, dan selama itu Changbin amat sangat tersiksa tanpa kehadiran Felix di sisinya.

Senyum Felix, tawa Felix, dan pelukan hangat pria manis berfreckles itu, ia merindukan semuanya. Betapa terpuruknya ketika Felix berkata akan meninggalkan dirinya yang saat itu sedang dilanda begitu banyak masalah karena kehilangan pekerjaan.

Cahaya remang-remang bar sangat membantu pria bermarga Seo itu untuk menggencarkan aksinya meraup bibir manis Felix dengan rakus, bahkan tangannya tak tinggal diam mengusap bahkan meremas bokong Felix yang masih saja terasa kenyal dan pas di tangannya.

Changbin memaki dalam hati ketika Felix mengusap sensual kejantanannya dari balik celana, dirasa suasananya sudah mulai memanas, akhirnya ia memutuskan untuk menggendong tubuh Felix dan menyewa salah satu kamar yang tersedia di dalam bar tersebut.

Changbin membanting tubuh Felix ke ranjang, membuat si mungil memekik pelan karena merasakan benturan keras pada punggungnya. Dengan kasar ia merobek pakaian Felix lalu mencium dan menjilat setiap inci tubuh si submissive, mengakibatkan lenguhan tertahan yang dikeluarkan Felix saat mantan kekasihnya itu menjilati titik sensitifnya.

Menjambak rambut Changbin saat pria itu melumat nipplenya, dengan lihai memainkan lidah, membuat Felix merasa gila akibat sentuhan yang terus-menerus diberikan Changbin padanya.

"Tungg- anghh..." Felix memejamkan matanya ketika Changbin menggigit nipplenya, terasa sakit dan nikmat di waktu yang bersamaan.

Changbin menyeringai melihat reaksi Felix lalu mendekatkan wajahnya ke telinga si manis, "Malam ini kau milikku sepenuhnya."

Wajah Felix memerah, perasaan senang dan bersalah bercampur menjadi satu, perasaan senang karena ia bisa bertemu lagi dengan mantan kekasihnya dan juga perasaan bersalah karena dulu meninggalkan Changbin hanya karena keegoisannya semata.

Jujur saja, ia merindukan semua hal tentang Changbin, sikap manis pria penyuka warna hitam itu benar-benar membuat dirinya nyaman. Selama empat tahun ia hidup dalam penyesalan dan mungkin kini saatnya ia memperbaiki kesalahannya sewaktu dulu.

"Felix..." Nafas Changbin terengah, matanya menatap nafsu ke tubuh telanjang si manis, "Aku akan masuk, kau bisa memukul atau mencakarku jika terasa sakit."

Felix menarik wajah Changbin, memberikan ciuman kasar di bibir pria itu. Ia memeluk punggung Changbin lalu mengangkat sedikit bokongnya ketika Changbin mulai memasukinya secara perlahan, ia meringis pelan saat penis Changbin sudah setengah tertanam di lubangnya.

"Hnghh s-sakit, Binnie," Changbin melumat bibir Felix dan menghisap bibir atas dan bawahnya secara bergantian sebelum memasuki seluruh penisnya dalam sekali hentak, membuat Felix terkesiap bersamaan dengan cairan bening yang mengalir dari sudut matanya.

"It's all in, can i move now?" Changbin berbisik, menciumi seluruh permukaan wajah Felix sebelum menelusupkan wajahnya di ceruk leher pria manis itu.

Felix terengah, mengangguk dengan cepat, tangannya meremat pundak Changbin ketika lelaki itu mengigit serta menjilati lehernya. Matanya terpejam saat Changbin mulai menggerakkan pinggulnya dengan tempo pelan.

"Nghh... faster Bin-akhh!"

Desahan dan erangan terdengar begitu keras, membuat siapapun yang berada di ruangan itu semakin bergairah. Changbin semakin bersemangat menumbuk prostat Felix, membuat si mungil terengah sembari meneriaki namanya.

"You're so gorgeous Fel... ughh so tight."

Seketika dada Felix terasa sesak, air mata tidak berhenti mengalir menuruni pipinya. Memori ketika ia memutuskan hubungan mereka secara sepihak terlintas dibenaknya, sungguh ia benar-benar menyesal.

Changbin tersenyum, ia tau apa yang mantan kekasihnya pikirkan sekarang. Memelankan tempo gerakan pinggulnya, ia mencium kening felix sembari mengusap pipi si manis yang terlihat tirus, tidak seperti dulu.

Felix terdiam, tatapannya seolah bertanya tentang apa yang sedang Changbin lakukan. Terkekeh pelan, ia membisikkan sesuatu ke telinga Felix lalu kembali menggerakkan pinggulnya dengan tempo cepat.

Si manis membelalakkan matanya lalu memeluk erat punggung sang dominan, mengeluarkan serangkai kata-kata bersamaan dengan desahan keras yang membuat Changbin semakin bersemangat menumbuk prostatnya.

Kegiatan mereka berlangsung cukup lama, entah sudah berapa jam mereka melakukannya. Tak ada yang tau apa yang mereka berdua katakan, kita hanya bisa menebak, tapi yang pasti kita mengetahui fakta bahwa mereka berdua masih saling mencintai hingga saat ini.





•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗡𝗜𝗖𝗢𝗧𝗜𝗡𝗘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang