Kabar Bahagia Lainnya

713 67 32
                                    

"Kau bosan? Kalau bosan, kau pulang saja Hima," ujar Boruto santai sembari memainkan telepon genggamnya membasmi seluruh musuh-musuh virtualnya itu.

Hima mengendikkan bahunya, "Tidak, aku akan menunggu saja."

Boruto memilih tidak ambil pusing dengan sifat keras kepala adiknya itu, dia memang benar-benar tidak bisa diganggu saat sudah berkutat dengan perang virtual dalam telepon genggamnya itu.

Melihat kakaknya itu, Hima memilih menyibukkan dirinya dengan memperhatikan rumah lamanya itu. Tidak ada yang berubah, dinding bercat krem dengan dihiasi beberapa figura yang dipajang rapi, berisi wajah-wajah keluarganya juga sahabat-sahabat masa kecil ayah dan ibunya.

Ia juga melihat wajah yang asalnya orang asing itu, yang kini menjadi anggota keluarganya juga. Ayah dan ibu dari suaminya itu, ayah dari calon anaknya.

"Um Hima," ujar Boruto tiba-tiba setelah dia menganggurkan ponselnya itu. "Gimana ya aku membicarakannya?"

"Kenapa kak?"

"Sejujurnya aku itu masih tidak terima kau menikah lebih dulu dariku apalagi dengan manusia menyebalkan itu, dan ah gimana ya . . . Aku . . . Aku tidak bisa menerima kehamilanmu."

Kedua bola matanya terperanjat, terkejut akan pernyataan tak terduga dari kakak tersayangnya. "Ma-maksud kakak?"

"Aku tidak terima Inojin benar-benar telah mengambilmu dariku, si sialan yang selalu membuatmu dalam masalah dan mau menceraikanmu kini menghamilimu juga, apa sebenarnya yang dia inginkan?!"

"Kak semuanya sudah terjadi, jadi biarkan saja, kita tidak bisa memutar kembali waktu juga kan?" Ucapnya, Boruto hanya terdiam.

Tersimpan banyak rasa kesal untuk adik iparnya itu, ia masih tidak terima dengan perlakuan yang menurutnya tidak pantas dilakukan seorang suami kepada istrinya yang terjadi pada adiknya, dan kini adiknya terpaksa memutus impiannya karena ulah adik iparnya itu.

Persahabatan yang sempat terjalin di antara mereka sejak masih sekolah dulu terasa menguap begitu saja.

Titel Inojin untuknya sekarang hanyalah seorang brengsek yang telah membuat hidup serta masa muda adik kesayangannya ini berantakan.

"Aku tidak akan pernah mengerti jalan pikiranmu ya? Dia begitu jahat tapi kau begitu baik," ujarnya.

"Heh! Dia begitu juga dia adik iparmu! Yah walau kak Inojin lebih terlihat dewasa sih hahaha."

"Kau! Awas ya!"

Akhirnya, mereka berputar mengelilingi ruangan itu beberapa kali, sampai Hima tiba-tiba terduduk untuk mengatur napas karena kelelahan.

Kesenangan yang ia rasakan beberapa saat itu membuatnya lupa tentang kondisinya sekarang yang seharusnya lebih bisa menjaga dirinya.

Boruto seketika menghampiri adiknya dengan segelas air. "Maafkan aku, aku lupa kalau kau sedang hamil, lagian kau menyebalkan sih!"

Hima menerima air itu dan meneguknya perlahan, "Tidak apa-apa, aku juga terbawa suasana, sudah lama aku tidak bermain denganmu ya kak? Kau nya selalu sibuk sih!"

"Saat aku tidak sibuk kau malah dicuri dariku, ya bagaimana."

"Bukan begitu konsepnya Kak."

Cklek . .

"Sepertinya mereka sudah pulang, kau duduk saja, aku akan buka pintunya."

Detik selanjutnya Boruto hanya pergi untuk membukakan pintu, sementara Hima kembali duduk dan merapikan kekacauan kecil yang mereka lakukan saat permainan singkat tadi.

Can We Fall In Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang