00

36 10 14
                                    

Gadis dengan pita pink itu berjalan sendirian di tengah koridor yang sedang ramai. Pagi ini adalah hari pertama dia menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah yang biasa disebut MPLS. Dia adalah Nora gadis dari Pandeglang yang merantau ke Jakarta dan bersekolah di SMA Sakti Mulya yang berada di Jakarta Selatan.

Bernama lengkap Oriana Norabel, dan berumur 16 tahun. Wajah gadis itu sangat menyejukkan bagi setiap orang yang melihatnya. Hidung mancung, mata bulat dan bibir yang tipis. Gadis itu memakai name tag yang terkalung di lehernya.

" Permisi, Kak" ucap Nora pada salah satu siswi yang diyakini adalah kakak kelasnya.

" Eh Iya, ada apa?"

" Saya peserta didik baru disuruh untuk ke ruang tujuh gedung tiga. Ruang tujuh itu dimana ya, Kak?"

" Aduhhhh Dek. Ruang Tujuh yang gedung tiga bukan disini. Kalau ini gedung dua. Kamu salah gedung."

Ana menekuk bibirnya." Oh gitu ya, Kak. Terus kalau aku mau ke gedung tiga, itu lewat mana Kak?"

" Satu-satunya jalan, kamu harus lewat belakang sekolah. Kamu lurus aja, nanti ada lorong kecil, nah kamu masuk ke sana. Lurus terus." Siswi itu menghela napasnya.

"Hati-hati tapi, banyak cowo yang suka nongkrong di sana."

Nora mengerutkan keningnya. Tapi gadis itu mengangguk." Ya udah, makasi banyak ya, Kak."

"Sama-sama."

Nora pun langsung beranjak pergi dari sana. Norq mengikuti petunjuk yang di berikan kakak kelasnya tadi. Saat sudah menemukan sebuah lorong kecil, tanpa berpikir panjang Nora pun langsung masuk ke sana untuk menuju gedung tiga.

Nora meneguk ludahnya banyak-banyak saat melihat segerombolan anak laki-laki yang mengenakan seragam putih abu-abu sedang berkumpul sambil bercanda ria di tengah lorong tersebut. Mereka sedang merokok, tampaknya mereka adalah anak-anak nakal di Sakti Mulya. Ah ya, di sana juga terdapat 2 perempuan.

Nora meremas tasnya, gadis itu menunduk, lalu berjalan cepat. Sungguh, jantungnya berdetak kencang, Saat Nora berada 2 meter tak jauh dari mereka, anak-anak itu menatap Nora tajam, dan tanpa tersenyum.

"P-permisi..."

Nora menunduk sopan, lalu berjalan cepat agar segera pergi dari sana. Salah satu dari perkumpulan anak-anak nakal itu terus menatap Nora sampai gadis itu menghilang di balik tembok. Laki-laki itu menghisap rokoknya, lalu menghembuskan asapnya.

Dia Ervin Haidar Waldemar. Si laki-laki tampan blasteran Indonesia-Jerman yang dikagum-kagumi banyak orang, khususnya kaum hawa. Ibunya yang bernama Arabella Waldemar berasal dari Bandung dan Haidar Otton berasal dari Jerman. Mereka telah menetap di Jakarta. Pasalnya, Ervin itu tampan dan pintar yang sudah menjadi ketua dari Demon Chaser, si geng motor legendaris di Indonesia. Kalau para perempuan mengaggumi Ervin karena Ervin tampan, tapi kalau pria mengaggumi Ervin karena pemuda itu ahli dalam bergulat dan setia kawan.

Kalau geng motor itu biasanya suka buat rusuh di jalan, Ervin dan yang lain biasa menyebut Demon Chaser bukan geng motor, melainkan komunis taruna sakti yang selalu siap siaga. Geng motor atau komunitas anak sakti ini sudah berdiri sejak tahun tujuh puluhan. Pendirinya, Haidar Otton, Papah Ervin sendiri.

" Vin, kemarin geng sebelah nyenggol kita lagi."

Ervin membuang putung rokok, lalu menginjaknya. Ervin menatap salah satu temannya, dia Fajar." Siapa Jar?"

" Evos, Vin. Mereka nginjek-nginjek bendera Demon Chaser, divideoin, terus diunggah ke sosmed." Gita satu dari 2 perempuan itu menjawab.

"Bisa gue lihat video nya?"

7th Townsend Milles (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang