20. Kebencian Tersirat

3.1K 604 13
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Ku hanya takut pada firasatku yang terkadang benar tentang dirimu”

***

Suara mobil yang dilajukan dengan cepat di lorong basement menarik perhatian Daffa, dua sorot lampu terang itu mengarah pada Alya Sahira yang berjalan menuju pintu masuk.

“Astagfirul hal adzim, Alya.” Daffa bergegas menghampiri Alya. Menarik perempuan itu ke dalam dekapan.

Alya terkejut saat lengannya ditarik kuat oleh Daffa dan menyadari lelaki itu berada di depan dan memeluknya.

Terdengar decitan keras roda ban mobil saat rem diinjak kemudian. Menarik perhatian Daffa yang segera menoleh, mobil itu berhenti tepat di depan Daffa, sorot lampu yang menyilaukan membuatnya sulit mengenali si pengemudi yang membawa mobil mewah hitam dengan cara semberono.

“Kamu nggak papa?” tanya Alya, melepas pelukan, bertanya pada suaminya yang melindungi, sedikit lagi tubuh lelaki itu menyentuh kap depan mobil mewah yang hendak menabrak mereka.

“Sayang!” panggilnya dengan cemas.

Tapi perhatian Daffa Raffan tertuju sepenuhnya pada sang pemilik mobil yang akhirnya mematikan lampu, membuka pintu dan keluar dari mobil. Seorang pemuda memberikan senyuman yang sangat jelas tampak dipaksakan.

“Maaf. Saya tidak melihat kalau ada yang orang.” Bima Handoko berujar. Salah satu lengannya bersandar di pintu mobil. “Apa kalian tidak apa-apa? Tunggu, sepertinya saya mengenali Anda.” Dia menunjuk Daffa. “Kita pernah bertemu bukan? Siapa?”

“Ah, Daffa Raffan!” Bima menepuk tangannya senang. “Kita bertemu lagi di sini.”

“Apa Anda tidak bisa menyetir mobil dengan hati-hati?” ucap Daffa begitu dingin. “Ini bukan jalan raya yang bisa Anda jadikan ajang untuk balapan mobil. Harap Anda bisa membedakannya,” tegurnya keras.

“Sayang…” Alya memegang kedua lengan Daffa yang masih tidak melihat kearahnya.

“Saya terburu-buru. Saya terlambat untuk menghadiri acara amal makanya saya sedikit yah…” Bima mengangkat kedua bahunya, dia tidak memperlihatkan rasa bersalah sama sekali, padahal mobilnya hampir saja menabrak mereka. “Harus datang lebih cepat. Dan lagipula isteri Anda.” Dia sekarang mengarahkan matanya kepada Alya. “Seharusnya tidak menyeberang jalan secara sembarangan.”

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang