1.PESANTREN

99 10 0
                                    

Part 1
Suatu hari di pesantren AL-ISLAMIYAH, terdapat ada segrombolan geng Rine X, mereka yang tengah duduk di perbatasan masjid dan D.'Adn

Dimas dan gerombolan nya yang sedang ngobrol santai sembari di temani secangkir kopi hangat.
Dimas terkagetkan dengan suara yang tak asing di telinga nya, Dimas menoleh ke samping kiri mendapati orang yang ikut duduk santai bersama Dimas dan temen-temennya.
Yang tak lain adalah ust.Najib, selaku ketua pondok putra.
Dimas terkekeh pelan sambil mendekat ke telinga ust.Najib.

" Pak ngapain di sini, ngak takut apa nganggu orang malam-malam," Kata Dimas asal.

" Takut, adanya lo yang takut di nganggu kuntil anak disini," Saut ust.Najib tak mau kalah.

" Adanya, nanti kuntil anak naksir ngelihat saya pak," balas Dimas memuji diri sendiri.

Mereka yang tadi nya ngobrol langsung
Semua mata ber arah ke Dimas dan ust.Najib.
Sementara di sisi lain para santri hanya melihat dirinya dan ust.Najib dari teras asrama.

" ya kali kuntil anak Dim, miya aja yang naksir lo gak pernah lo ungkit-ungkit. " saut Andhika yang lagi memasukan kacang di dalam mulutnya.

" kalo itu beda masalah nya. "

" jam berapa sekarang..! " bentak ust.Najib

Dimas meminum kopi yang berada di depan,
Ia mengangkat sebelah alis nya dan bergumam.
" jauh-jauh ke sini cuma mau nanya jam, mendingan ngak usah pak."

Mereka tertawa kecil mendengar jawaban Dimas
Ke ust.Najib.

" kamu tu nyaut teruss, kalo di kasih tau tu di dengerin." Terang ust.Najib

" iya pak ngerti...! " tambah Deni

" faham gak."

" iya pak iya..! " jawab Dimas kesal.

Dimas dan ke empat temanya langsung bangkit dari duduk nya dan segera pergi ke asrama masing-masing.

TENG-TENG...!
Bel pesantren berbunyi sangat lantang,
Menandakan seluruh santri di harapkan tidur.
Ada juga yang masih begadang untuk menghafal Alfiyah.
Tapi beda dengan Dimas yang hanya mengambar tak jelas di atas meja belajar.

2 menit berlalu....,
Dimas mulai bosan dengan kelakuannya, ia akhirnya menarik selimut dan mencoba untuk tidur.

ALLAHUAKBAR-ALLAHUAKBAR...,
Suara azan subuh terdengar lantang,
Arya yang sudah banggun terlebih dahulu mencoba membangun kan Dimas yang masih tidur pulas.

" Dim bangun Dim, dah subuh, " Teriak Arya dengan sekuat tenaga

Tapi itu sia-sia saja, tetap aja Dimas tak mau bangun dari ranjang kecilnya.

Uaaaa......
" Enak banget tidur gue semalem, " ucap Dimas sehabis menguap

" sangking enak nya jam segini baru bangun.! " kata Arya sambil menunjuk jam yang berada di atas pintu.

" Ada yang salah, " balas Dimas santai

Arya langsung terdiam tak besuara, sambil memandang Dimas canggung.

" Udah ngak usah ngeliatin gue, naksir lo ntar, "
Ledek Dimas.

*****

" Assalamualaikum bah, " kata Nasya.

" Walaikumsalam Wr. Wb, " balas abah yang masih memutar tasbih di tangan nya.

" Bah Nasya izin mau ikut silat, " pinta Nasya

Abah menganguk kepala yang menandakan memberi izin ke Nasya.

Nasya dan mb,Milla segera pergi menuju kantor putra untuk daftar silat.

**

Dimas melihat kehadiran santri putri dari teras asramanya, kedua matanya terus memandang gadis yang bertubuh mungil sampai hilang dari pandangan matanya.

" Itu siapa Ar? " tanya Dimas sambil memandang santri putri yang baru saja memasuki kantor putra.

" Ketingalan berita lo Dim, itu anak kiyai Rahman, dia habis di kairo sama kakanya, makanya ngak pernah pulang ke pesantren, "
Saut Andhika yang berdiri di samping dirinya.

" Sejak kapan lo disini? " tanya Dimas

Andhika tersenyum kecil, " baru aja. "

" Dim ayo, " ajak Arya yang baru keluar dari asrama.

" ke mana? " bingung Dimas.

" latihan rebana untuk acara pesantren, " terang Arya.

" oh.. ya udah, " ucap Dimas.

" tunggu. " kata Andhika menghentikan langkah Dimas dan Arya, " gue ikut. "

" Hmmm, " kepala Arya memberi kode untuk segera jalan.

Dimas dan ke dua temanya langsung pergi menuju aula pesantren.
Semua orang menatap Dimas canggung, tapi Dimas mencoba untuk biasa dengan tatapan orang-orang di sekitar nya.

" Assalamualaikum, " kata Dimas langsung menjabat tangan.

" Walaikumsalam, " jawab mereka serempak.

Suasana aula menjadi hening seketika tak ada yang mengawali untuk memulainya.

" kang Adip gak ada bagian apa? " desis Dimas ke kang Adip.

" ini lagi di buat.! " kata kang Adip singkat

Dimas meng 'oh' membalas perkataan kang Adip.
Bagian yang di buat kang Adip akhirnya jadi, dan mulai di umumkan kepada santri yang berada di ruang rebana.

" Dimas vokal," kata kang Adip yakin

Dimas tertegun mendengar ucapan kang Adip.
" saya kang vokal, " ucap Dimas tak yakin dengan pilihan kang Adip.

" iya, " jawab kang Adip tanpa beban.

Dimas menganguk pasrah menerima usul kang Adip.
Namun, fikiran Dimas tak yakin untuk menjadi vokalis rebana. Dirinya yang terkenal nakal apa pantas menjadi vokal rebana.

                             
  # MAAF YA KALO jelek...
Soalnya baru belajarr ^^

                                     

               

SANTRI SANTUYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang