SELAMA seharian, Yuki dibantu oleh Seokmin saat beraktivitas. Awalnya Yuki menolak, karena ia masih merasa mampu. Tapi, dengan tegas pria dengan senyum cerah itu memaksa.
Alasannya, ia takut ketahuan tidak becus oleh Mingyu.
Setelah bersama Seokmin selama seharian, Yuki merasa pria itu adalah orang yang baik dan asyik. Pria bermarga Lee itu bahkan tertawa untuk semua lelucon payah Yuki. Bagi Yuki, Seokmin bisa dijadikan sebagai temannya.
"Mingyu akan sampai sebentar lagi. Aku akan pulang jika dia sudah datang," ujar Seokmin. Ia sedang duduk bersama Yuki di sofa sambil menonton televisi.
Yuki pun menoleh. "Dia pulang cepat? Memangnya bisa?"
Pertanyaan Yuki membuat pria di sebelah kanannya tertawa. "Dia itu seorang direktur utama. Dia bisa menyelesaikan pekerjaannya di mana saja," balas Seokmin.
"Benarkah? Aku pikir hal seperti itu hanya ada di dalam drama," sahut Yuki tak percaya.
"Memang. Aku hanya bercanda, kok," timpal Seokmin sambil tertawa saat melihat wajah masam Yuki karena dijahili. "Mungkin dia masih khawatir dengan kondisimu," lanjutnya kemudian.
Pipi wanita itu pun memerah entah kenapa. Ia merasa tersipu saat mendengar dugaan Seokmin bahwa Mingyu mengkhawatirkannya.
Saat mereka masih mengobrol, suara kedatangan seseorang pun terdengar. Sudah pasti itu Kim Mingyu. Pria itu muncul di ruang tengah sambil menenteng jasnya di lengan.
"Ah, anda sudah tiba, Direktur Kim," sambut Seokmin sambil membungkuk.
Mingyu mengangguk kecil. "Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini, Kabag Lee," balasnya datar.
Lee Seokmin pun tertawa pelan. "Justru saya merasa lebih senggang di sini. Lebih bagus jika anda sering-sering meminta saya bertugas di sini," sahut pria itu diikuti dengan candaan.
Namun, dengan sifat dinginnya, Mingyu tak menggubris candaan sang bawahan. Seokmin juga sudah terbiasa tidak dihiraukan oleh direktur utama itu.
Karena Mingyu sudah ada, Seokmin pun pamit pulang. Kepergiannya diiringi oleh wajah cemberut Yuki. Wanita itu sadar bahwa aura cerah di rumah ini akan berubah menjadi aura dingin. Ya, Lee Seokmin yang digantikan oleh Kim Mingyu.
Begitu Seokmin sudah pergi dengan mobilnya, Yuki pun menghampiri Mingyu yang berada di dapur. Ia menyadari kalau wajah pria itu lebih kusut dari biasanya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Mingyu tanpa menoleh. Ia sedang mempersiapkan makan malam. Sepertinya, Seokmin mengajak Yuki untuk mengikuti kebiasaannya, yaitu tidak makan malam.
Yuki berdeham untuk membersihkan tenggorokannya yang terasa seret. "Aku sudah merasa lebih baik," jawabnya sambil beranjak duduk di meja makan. "Bagaimana denganmu?"
"Aku baik-baik saja," jawabnya masih tidak menoleh.
Setelah beberapa menit, Mingyu pun menghidangkan masakannya di meja makan. Ia juga menyiapkan alat-alat makan dan nasi untuk mereka berdua.
Saat akhirnya mereka menyantap makan malam tersebut, Yuki merasa ada yang aneh dari suaminya.
Lingkaran matanya lebih hitam dari biasanya. Air mukanya tampak kelelahan dan wajahnya sedikit merah. Pria itu juga berkeringat.
Yuki pun mengulurkan tangannya untuk mengecek suhu tubuh Mingyu, membuat pria itu terkejut. Begitu pula dengan Yuki yang mendapati suhu tubuh Mingyu yang sangat tinggi.
"Kau demam!" serunya khawatir. "Pasti karena semalam kau tidak pakai baju di udara yang sangat dingin gara-gara memelukku. Padahal, kemarin kau kehujanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Listen to My Secret
FanficPark Yuki terjebak dalam kontrak yang dibuat oleh ayahnya dengan pimpinan Semicolon Group untuk menyelamatkan perusahaan sang ayah yang nyaris bangkrut. Namun, ternyata kontrak itu mengharuskannya menikah dengan pewaris tunggal Semicolon Group, Kim...