Best Friend

372 51 3
                                    

Pairing : Suguru Getō × Reader

***

"Getō-Saaaaaaaaaaaan!!!!!" Panggil seorang perempuan yang dari tadi di tunggu tunggu oleh Getō di gedung belakang sekolah.

"Hah ...! Hah! Hah ... Maaf aku terlambat ..." Jelas perempuan itu ngos-ngosan.

"Mhm, bukan apa apa. Dari pada itu apa kau baik baik saja (name)?" Tanya Getō memberikan (name) sekaleng soda.

Dengan cepat (name) menerimanya, tentu saja dia berterima kasih terlebih dahulu. Setelah itu dia menghabiskannya dengan cepat.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan padaku?" Tanya (name) pada Getō.

"Ah, itu—"

♪Sasageyo~ Sasageyo~ Shinzou, Sasagey—♪

"A- Moshi²?" Kata (name) setelah mengangkat telefon itu.

"Eh?! Gojō-San?! Dōshita?!" Pekik (name) mulai panik karena orang yang di sukainya menelfonnya tiba tiba saja.

Harusnya tadi dia melihat nama yang menelfon dulu, sekarang dia benar benar merasa panik.

Jadi dia menatap sahabatnya, Suguru Getō. Tatapannya pada Getō terlihat seperti 'APA YANG HARUS KU LAKUKAN?!'.

Getō yang melihat tatapan ini pada sahabatnya, hanya sweatdrop lalu mengelus elus punggung sahabatnya perlahan untuk membuatnya tenang.

Untung saja itu bisa membuatnya tenang.

"Ha-ha'i?"

Getō masih mengelus punggung (name) sambil menunggu pembicaraan mereka selesai.

"Se-sekarang? Uh- um- aku berada di kelas, ada apa?"

'(name) sudah pintar bohong ya sekarang? Hum, kurasa ini karena latihan yang sudah kita lakukan berbulan bulan ...' Pikir Getō, masih tidak berhenti mengelus.

"E-eh?!" Pekik (name) kaget sebelum diam beberapa saat.

Hal ini membuat Getō tak paham dan bingung. Jadi Getō mengintip sedikit untuk melihat wajah (name).

Ternyata wajahnya merah seperti tomat. Senyuman yang aneh juga mulai muncul di wajahnya.

Tanpa sadar, Getō sudah tau ini tidak akan berakhir dengan baik. Baginya tentunya.

"U-uhm ..."

Pip!

Dan pembicaraan mereka selesai.

"Apa yang di katakan Satoru?" Tanya Getō, sekarang sudah berhenti mengelus (name).

Dia berpura pura seakan tidak tau apa yang mereka bicarakan. Padahal dirinya sudah menebak nebak kalau hal ini pasti akan terjadi cepat atau lambat.

"Dia meminta ku untuk jadi pacarnya ..." Jelas (name) masih dengan muka memerah, hampir seluruh badannya berubah menjadi merah lebih tepatnya.

"Lalu? Kau menjawab apa?"

(Name) mengangguk karena sepertinya dia terlalu malu, senang atau mungkin yang lain.

Getō lah yang sudah setuju untuk membantu (name) pdkt dengan sahabatnya yang satu lagi itu.

"Oh? Selamat dong artinya~" goda Getō menyenggol (name) pelan.

"Ge-getō-San!"

Padahal Getō sudah setuju ...

Kenapa dia merasa aneh?

'Tidak seharusnya jadi seperti ini ...'

"Lalu apa yang kau tunggu lagi?" Kata Getō dengan senyuman.

"E-eh?"

'Kenapa ... Ini berbeda ...'

"Bukannya kau harusnya ke tempat pacar mu sekarang??" Jelas Getō sambil mendorong (name) untuk segera pergi dari situ.

"Eh?? Apa baik baik saja?? Bukannya Getō-San ingin mengatakan sesuatu?"

'Benar, aku ingin mengatakannya. Tapi sepertinya kata kata itu tidak bisa keluar dari tenggorokan ku ...'

"Hm? Benarkah? Aku lupa" Jawab Getō beralasan.

"Lagi? Sepertinya lama lama kau tambah tua, Getō-San!" Pekik (name) menertawakan Getō.

'Kenapa rasanya sakit ...?'

Ctak!

Getō menyentil dahi (name).

"Ayo cepat pergi sebelum pacar mu itu kabur" Jelas Getō dengan senyumannya. Tapi kali ini berbeda.

Itu terlihat ...

"Menyakitkan ..."

"Hm? Apanya?" Tanya Getō saat mendengar (name) mengatakan hal itu.

"Sentilan Getō-San tentunya!" Cibir (name) mengelus dahinya yang mulai memerah.

"Hahah! Maaf, maaf! Sudah sana, cepat pergi" jelas Getō. Sekali lagi mendorong (name) menjauh.

'Jangan pergi'

"Kalau begitu aku pergi dulu ya?" (Name) tersenyum pada Getō untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya berlari pergi.

'Tidak ... Jangan tinggalkan aku sendiri ...'

Getō menatap punggung (name) yang mulai mengecil dan mengecil.

'Kembalilah ... Kembalilah dan peluk aku'

Sampai akhirnya punggung (name) sudah tidak kelihatan lagi.

'Kumohon ... Kembalilah ...!!'

Getō merogoh sakunya. Sepertinya mencari sesuatu di dalamnya.

'Padahal ...'

Ternyata di dalam saku Getō itu ada sebuah surat dan juga cokelat. Keduanya terlihat cocok.

'Padahal ...!!'

Getō membuang cokelat itu, lalu menginjaknya. Sedangkan suratnya ...

'Padahal aku yang menyukai mu duluan ...!!!'

Dia merobeknya.

Pada sore itu, di hujan itu.

Itu adalah hari dimana Getō menyia-nyiakan kesempatan terakhirnya untuk mengatakan perasaannya yang sebenarnya pada (name).

Hari dimana, dia tidak akan bisa lagi mempunyai perasaan yang sama lagi pada kedua sahabatnya.

'Dasar bodoh ...!'

B°0M¡¡¡ ♪ [Random]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang