"Uhukkk... uhukk..." Beomgyu memukul mukul kaca pembatas diantara mereka. "Taehyun! Taehyun! Bangun!"
"Beom- uhukk," rasanya sangat sakit, Taehyun terbatuk mengeluarkan darah, ia berusaha berdiri, tapi terjatuh lagi, berusaha berdiri dan terjatuh lagi,sampai ia berhasil.
"Beom- uhukk Gyu." Entah sudah berapa banyak darah yang sudah keluar dari mulut Taehyun, lantai, baju, sampai kaca itu sudah bewarna merah, akibat darah Taehyun.
"Kau tidak berniat menyelamatkannya?" Beomgyu mengepalkan tangannya. "Hidupnya ada ditangan mu Choi Beomgyu, berikan penanya atau jaksa itu mati disini."
"Ja-uhukkk ngan uhukk be-uhukk ri uhukkk kan hahh..." Taehyun menggeleng lemah, pena itu adalah satu-satunya bukti yang ada, dia akan mempertaruhkan termasuk nyawanya untuk menjaga bukti itu, bukti itu tak boleh jatuh ke tangan yang salah.
"Baik, akan ku berikan, keluarkan Taehyun."
"Penanya."
"Tidak."
Beomgyu menatap Taehyun khawatir, dirinya terpaksa memberikan itu, Beomgyu dan Taehyun itu cerdas, jadi mereka bisa merebutnya kembali, sekarang yang penting keselamatan Taehyun.
"Jangan gunakan kecurangan diantara kita, berikan penanya, aku tidak tertarik pada jaksa ini." Orang itu mengangkat sebuah kunci. "Ini kuncinya, kau berikan penanya dan aku berikan kuncinya, bagaimana?"
"Baik, kau maju selangkah, aku maju selangkah."
Begitu sampai sepatu keduanya bersentuhan, Beomgyu mengeluarkan penanya dari sakunya, mengangkatnya, lalu memberinya ke orang itu.
Untungnya orang itu langsung memberikan kuncinya. "Begini, dong, dari tadi, sana selamatkan tuan putrimu, aku pergi dulu, terima kasih."
Beomgyu dengan cepat membuka pintunya, dan mengangkat tubuh Taehyun hati hati, dia setengah sadar, dengan darah yang sesekali masih keluar.
"Kau baik-baik saja?" Taehyun mengangguk lemah, ia memukul dada Beomgyu, walaupun itu tidak terasa sakit pada Beomgyu. "Bodoh! Kenapa berikan penanya sialan?!"
Beomgyu merotasikan matanya. "Pertama, jika aku tidak berikan penanya kau akan mati bodoh, kedua saat sekarat pun masih bisa dirty talk, ketiga jiwa singa mu selalu bangun setiap saat, atau kau memang berjiwa singa? Keempat aku tentu tak bodoh memberikan pena yang asli bodoh, itu pena ku, kau tau semua polisi, jaksa, bahkan wartawan mempunyai itu."
"Baguslah brengsek, diam jangan bicara, aku mengantuk." Taehyun menyandarkan kepalanya ke dada Beomgyu, memejamkan matanya, Beomgyu menggelengkan kepalanya, saat ini dia harus ke rumah sakit.
Dilihat-lihat, Taehyun imut juga saat tidur nyenyak, tapi bagi Beomgyu dia selalu imut, sih, walaupun galak. Kalau Taehyun tahu isi pikiran Beomgyu mengenai dirinya, sudah dipastikan dia akan ke dokter spesialis tulang karena tulang keringnya akan ditendang.
•••
"Selamat pagi tuan putri." Taehyun merotasikan matanya malas, kenapa wajah menyebalkan Beomgyu yang muncul dihadapannya saat dia bangun.
"Ini dimana?"
"Alam baka."
Taehyun menatap Beomgyu datar, dia memikirkan kira-kira benda apa yang cocok untuk dilemparkan kemuka sok ganteng, detektif ini.
"Rumah sakit, hei pak jaksa, berikan aku uang, aku lapar."
"Cih, tak punya malu minta ke pihak bawah"
Beomgyu mendekat kearah Taehyun secara tiba-tiba, Taehyun sampai terkejut. "Ku kira kau lurus, ternyata belok, hm, tak apa, aku suka."
"Apaan, sih." Taehyun mendorong Beomgyu, Beomgyu malah tersenyum aneh bagi Taehyun. "Sana belikan aku makanan, aku lapar sialan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Law And Spritual ||Beomtae✓
Short Story"Dengarkan aku, aku tidak percaya hal mistis, itu tidak berguna di pengadilan." "Aku tau itu, tapi apa kau mau membiarkan tersangkanya hidup bebas dan nyaman diluar sana?! Sedangkan disini ada ketidakadilan?! Apapun itu, kita harus menegakan keadila...