27. Terbang Lalu Dijatuhkan

92 7 0
                                    

happy reading guys🤗
*cerita gaje* Sorry for typo;")

***
"Vano!"

"Vano-Vano.. gue abang lo ya!!" Gerutu Vano dengan pandangan yang fokus pada layar handphone. Bisa-bisanya dia tidak pernah dianggap abang oleh adik laknatnya itu.

"Ck!! Keluar yuk" ajak Tasya. Dari suaranya Vano bisa mendengar bahwa sang empu tengah gabut, bosan, serta kurang belaian.

Tega bener ngatain adiknya kurang belaian:v

"Males ah.. sana sendiri aja!"

"Gue kan nggak hafal daerah sini bego!" Kesal Tasya. Malam ini dia masih di rumah neneknya tentu dengan kegabutan yang hakiki.

"Terus??" Tanya Vano dengan tampang menyebalkan.

Tasya menggeram dalam hati. Dasar punya abang nggak punya belas kasih sama sekali.

"Kak Tasya" Tasya menoleh ke arah Lita yang baru saja memanggilnya.

"Apa?"

"Beli mie ayam yuk" ajak Lita dengan semangat 45.

Mata Tasya berbinar, wihh udah lama nih nggak makan mie ayam. Enak kayaknya!.

"Dimana?" Tanya Vano. Padahal yang diajak kan Tasya.

"Kepo!" Sensi Lita. Dia memang begitu jika bersama dengan Vano. ".. Yuk kak" lanjut Lita setelah menatap sinis Vano.

"Ayok" Tasya bangkit berjalan keluar rumah bersama Lita meninggalkan Vano yang menatap kepergian mereka datar.

"Ck! Ditanya juga!! Malah disinisin!"
".. Ikut aja ah.. sekali-kali kan makan mie ayam di sini" putus Vano lalu bangkit mengikuti mereka dari belakang.

***
"Rame yahh" ujar Tasya.

"Kan malem minggu" Tasya menganggukkan kepalanya, dia menatap sekelilingnya yang banyak terdapat anak-anak remaja seusianya yang tengah menikmati malam minggu. Mungkin mereka juga sama seperti Tasya, yang menganggap malam minggu adalah surganya para pelajar.

Tidak jauh dari rumah neneknya, warung mie ayam yang Lita maksud sudah di depan mata. Membuat mereka sedikit mempercepat langkahnya.

"Cepetan"

Setelah sampai mereka mencari tempat yang pas untuk mereka tempati.

Saat Tasya ingin memesan tiba-tiba ada yang duduk di sebelahnya. Lantas dia menoleh dan mendapati Vano yang juga tengah menatapnya.

"Ngapain lo?" Tanya Tasya.

"Menurut lo??" Balas Vano sebelum bangkit memesan mie ayam untuk mereka bertiga.

Tasya hanya menghela nafasnya. 'Tadi diajak keluar nggak mau!' batinnya.

"Eh bentar.." Tasya teringat sesuatu. "Tadi Lita udah ijin mau keluar?" Lanjutnya.

Lita menganggukkan lalu berucap, "udah kok, tadi Lita ijin sama ibu terus disuruh ajak kak Tasya"

"Ohh.."

"Evan kemana Ta?" Tanya Vano pada Lita seraya duduk kembali di bangku yang tadi dia tempati.

"Kepo!" Vano mendengus kesal. 'Nih orang kalo gue tanya jawabnya kepo-kepo mulu perasaan' batin Vano.

Tasya menatap Lita dan Vano bergantian. Rasanya senang sekali melihat Vano yang kesal seperti ini.

"Rasain.." ucap Tasya seraya meledek Vano dan dibalas lirikan tajam oleh sang empu.

***
Sinar matahari sudah mulai menampakkan diri. Gavin yang masih bergelut di alam mimpi tidak terusik sedikitpun padahal biasanya dia selalu bangun pagi walaupun hari minggu sekalipun.

'tok tok tok'

"Gavin.." tidur Gavin mulai terusik dengan adanya suara yang menyerukan namanya. Dia hanya berdehem pelan lalu melanjutkan tidurnya.

Tadi malam dia baru bisa tidur pukul 2 pagi, entah kenapa dia kepikiran Tasya. Biasanya setiap jam, menit, serta detik dia selalu mendapatkan chat darinya. Yaa walaupun dia membalasnya dengan satu dua huruf seperti Y, hm, ap? Dan lain sebagainya.

"Gavin.." suara itu kembali terdengar membuat Gavin menghela nafas kasar lalu bangkit untuk membuka pintu.

"Iya" ucap Gavin pelan setelah membuka pintunya.

"Kok baru bangun. Cepetan mandi habis itu sarapan!" Ujar bundanya yang baru saja mengganggu tidur nyenyaknya. Nggak nyenyak-nyenyak banget sih, maksudnya mengganggu jadwal malas-malasannya.

Sepertinya tidak ada kabar dari Tasya membuatnya tidak punya semangat hidup! Upss🙊

"Nanti deh bun"

Bunda Gavin menaikkan sebelah alisnya, tumben sekali anaknya ini menunda-nunda makan. Biasanya dia orang pertama yang datang ke meja makan.

"Kamu kenapa?" Heran bunda.

"Nggak papa"

Bunda mengangguk pelan sambil bergumam, "kayak cewek aja ditanya kenapa jawabannya nggak papa"

Walaupun mendengar hal itu, Gavin nampak cuek dan menutup kembali pintu kamarnya.

Entah sekarang apa yang harus dia lakukan, melanjutkan tidur? Matanya sudah tidak mengantuk lagi. Mandi? Rasanya malas sekali untuk sekedar menyentuh air. Yang bisa dia lakukan saat ini hanya berdiri dengan fikiran yang bercabang.

Huh!! Tasya sudah membuatnya uring-uringan seperti ini.

***
"Pulangnya kapan pa?" Tasya duduk di teras rumah neneknya dengan Rio yang berada di sampingnya.

"Kenapa sih? Nggak betah banget kayaknya disini" balas papa Tasya.

"Bukan gitu pa.. Tasya cuma gabut aja di sini" rengek Tasya. Oke! Dia akan mencoba membujuk sang papa untuk segera pulang ke Jakarta.

"Emang mau ngapain?? Dirumah juga palingan kerjaan kamu cuma rebahan"

Skak!!

Ucapan papanya memang tepat sasaran!! Huh! Ternyata papanya ini sangat tahu kebiasaannya di rumah.

Oke!! Cari alesan lain:)

"Tasya mau ngerjain PR yah.. besok harus dikumpulin" Tasya mengulum senyumnya sepertinya alasan yang ini akan berhasil.

"Emang kamu pernah ngerjain PR?" Wahh ngeremehin!! Nggak tahu apa kalo anaknya ini pinter?!!.

"Pernahlah.. Tasya kan orangnya rajin" sombong Tasya membuat papanya tertawa kecil.

"Iya dehh percaya.. anak papa kan emang rajin." Tasya mengembangkan senyumnya.

".. rajin nyontek temen" lanjut papa.

Luntur sudah senyumannya Tasya. Dengan wajah datar Tasya menatap kesal papanya yang baru saja meledeknya itu.

Udah terbang.. ehhh malah dijatuhin-_-

Bersambung..
***
813kata

Tinggalkan jejak!!

See you✨

Post: 19 Desember 2020
Revisi: 24 Februari 2021

Anastasya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang