Bagian 8

1 0 0
                                    

Di balik tumpah-ruahnya manusia, Aku tetap berjalan sampai, "Bagja!" panggil seorang yang tak asing suaranya buatku berhenti lamat menoleh ke arah kiri.
"Alyssa?!" Aku termangu, sontak mata terbelalak. Sesosok perempuan ada di hadapan, selepas tak dipertemukan dalam berbulan-bulan.
Sepersekian detik, mata kami saling bertemu, serupa kala di kereta. Dia tersenyum sedang Aku masih tertegun. Dunia tak berhenti berputar; waktu terus berjalan, tapi seolah hanya tentang Aku dan dia, Alyssa Billa. Tetiba Aku jatuh dalam peluknya lamat melirih suaranya, "Kamu kemana aja?" dan begitulah kiranya  Aku: diam membisu.
*
Peluknya mengendur; Aku berjalan mundur. "Kenapa bisa ada di sini?" tanyaku. "Seperti katamu dulu, 'jika patah maka pergilah' dan Aku di sini." jawabnya sumringah. "Patah?" kataku kurang mafhum.
"Bisa pergi ke sana sebentar? Ada yang mau Aku omongin." pintanya sambil menunjuk pohon rindang di pinggiran jalan. Aku mengangguk. Saat kami tepat di pohon yang dimaksud, Aku kembali bertanya, "Patah?"
"Gak lama dari hari kita di Bandung, ada kabar kalo ternyata pacarku pindah ke Tasik gegara mau dijodohkan sama perempuan lain," dia menghela napas. "terus disuruh ngurus perkebunan keluarganya. Pantes aja dia kuliah di agribisnis." lanjutnya.
"Yang lebih parah, rencana perjodohan itu udah diatur dari dia SMA dan dia tau semuanya." Aku masih diam seolah mempersilahkan dia bercerita.
"Aku gak ngerti kenapa dia dateng ke hidupku dan akhirnya malah kayak gini?" badannya bergetar jiwanya tegar. "Dan Aku bersyukur di suatu hari pernah ketemu sama orang nyebelin yang namanya Atlasa Bagja." katanya lagi. "Yaa walaupun cuma sehari dan hilang berhari-hari. Bahkan bulan sampe tahun." akhir katanya. Aku hanya menyimak tanpa omong banyak. Sebab, Aku kira dia hanya ingin didengar tanpa perlu kataku menyambar.

Tetiba hening, Alyssa tak bergeming. "Bentar, kamu ke sini bukan gara-gara Aku kan?" tanyaku memastikan. Ia menggeleng. "Terus ke sini sama siapa?" tanyaku lagi. "Solo travelling, Aku lagi ngambil cuti skripsi gegara ditantang bikin novel sama dosen pembimbing." jawabnya. Aku mengacungkan jempol seraya tersenyum, ada kata semangat yang enggan diucapkan. Air mukanya tetap sama saja.

"Jadi, selama ini kamu kemana aja?" tanyanya lagi. "Selama setahun kemarin, masih ada di hatimu. Sekarang hendak menyusun cinta baru." jawabku. "Maksud kamu?" dia kurang mafhum. "Aku suka sama kamu." jelasku.
"Dulu Aku gak percaya sama cinta pandangan pertama dan kamu ngubah perspektifku, cinta pandangan pertama itu benar adanya, cinta sama Alyssa Billa. Dan kamu gak tau semuanya." kataku lagi. "Itu masalahnya, ja, Aku gak pernah bener-bener tau." katanya. "Semua obrolan kita di Bandung gak ngejelasin apapun ke kamu?" tanyaku. "Aku kira kamu becanda. Abis kamu pergi, Aku jadi ngerti kalo yang Aku butuhin tuh kamu."
"Coba aja kalo kamu bilangnya setahun yang lalu, mungkin ceritanya gak akan kayak gini."
"Kenapa kamu gak cari Aku di medsos? Kamu bukan manusia purba." protesnya.
"Karena Aku butuhnya kamu, bukan medsosmu. Karena Aku pengen liat muka kamu, bukan foto kamu. Karena Aku pengen tau kabar kamu, bukan status, caption atau tweet kamu," belaku. "Setahun lebih Aku cari kamu dan semuanya sia-sia. Bahkan sampe naik kereta yang sama tiap minggu selama liburan pun nihil hasil, dan dua puluh satu bulan kemudian kita tiba-tiba dipertemukan." sambungku.
"Atlasa Bagja." panggilnya, Aku menoleh mata ketemu mata, "Maafin Aku." katanya lagi.
"Fine, semuanya udah terjadi dan gak bisa diulang kan?" Ia mengangguk, Aku tersenyum.
Tetiba seseorang dari belakang menepuk pundakku, "Ih ditungguin dari tadi malah ngobrol di sini." kata orang itu lalu perlahan menatap perempuan yang ada di hadapannya seakan minta penjelasan dariku. "Eh iya yang maaf. Ini ketemu temen lama, Namanya Alyssa Billa." kataku menjelaskan.
"Oh ini orangnya, Asa cerita banyak tentang kamu. Kenalin, Aku Aurellia Bernadeta." katanya sambil menyodorkan tangan mengajak berkenalan.
"Alyssa Billa." mereka berjabat.
"Pacarku." kataku membalas tatapan Alyssa. Dia tersenyum getir, Aku tak habis pikir. Untungnya Aurellia bertanya, "Kamu kuliah di mana?"
"Universitas Padjajaran, Sastra Indonesia."
"Wih keren. Boleh atuh yaa sekali-kali bikin puisi tentang kita berdua." kata Aurellia lalu menggenggam tanganku, tersenyum. Alyssa balas tersenyum: senyum getir.
"Eh Aku duluan yaa, kayaknya udah ditungguin temen-temenku." pamit Alyssa dengan mata berkaca lalu berbalik badan menjauh sebelum hilang di kerumunan. Aku? Diam mematung menyaksi sesosok wanita, namanya Alyssa Billa, dengan genggaman tangan Aurellia Bernadeta. (Tamat)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Namanya Alyssa BillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang