SELAMAT MEMBACA SEMUAAA...
JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT
YANG UDAH BACA BISA BACA LAGI NIH YANG UDAH VERSI REVISIAN HEHE....
*******************************************
"Maaf, maaf, Kak." Ifa segera berbalik badan.
Alis Elang berkerut tatapan tetap sama datar selempeng jalan tol melihat perempuan berkuncir didepannya melangkah maju mundur ke kanan kiri. Kemudian berhenti bingung sendiri dengan tingkahnya.
Helaan napas lelah keluar dari mulut Elang membenarkan tali selempang tasnya. Rambut basah keringat disibak. Ia bosan mendengar kalimat maaf setiap bertemu perempuan medhok ini.
"Nggak ada kalimat lain?"
"Ada. Saya juga minta maaf, Kak, kejadian tadi." Wajah Ifa gusar tak tenang.
Gemas, Elang menggaruk kulit kepala bukan itu yang ia maksud. "Gue udah bilang, gue maafin lo. Kaki udah sehat?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Heh?" Kedua alis Ifa naik. Terkejut.
Risvan menggagalkan niatnya keluar dari Ruang Ganti langsung menarik kerah baju Rozy untuk ikut dengannya kembali masuk bersembunyi dibalik tembok. Keduanya fokus menguping sekaligus mengintip Elang berduan bersama perempuan diambang pintu. Karena penasaran rekan Se-tim ikut bergabung. Jadilah mereka bak susunan piramida kepala. Lensa mereka terfokus pada pemutaran scene dihadapan yang sayang dilewatkan.
"Kaki lo." Mata Elang turun menujuk ke arah kaki Ifa berbalut sepatu Sneaker buluk—bekas SMA dulu.
"Ouh, u-dah diurut-udah sem-buh, Kak." Ifa terbata-bata menjawab.
"Kalau begitu berarti impas. Lo punya salah, gue punya salah."
Disisi lain para kepowers dibalik tembok intens menguping pembicaraan saking semangat menguping pembicaraan. Rekan tim yang dibelakang Rozy dan Risvan mendorong, memaksa di posisi lebih baik.
"Lo geser lagi! Gue nggak denger."
"Gue udah geser."
"Eh, ini kaki gue kejepit."
"Bisa diem nggak?" kesal Risvan membisik. Melirik rekan kebelakang.
"Jarang dorong-dorong! Eh, eh...." pekik Rozy tubuhnya kehilangan keseimbangan. Dia jatuh, juga rekan basket lain, bergelimpangan jatuh tersungkur di lantai keluar pintu. Piramida itu roboh akhirnya. BUKK!
Elang yang masih berdiri berbicang dengan Ifa menoleh, mendengar keributan sayup-sayup mengisi lorong. Ia menghela napas lelah menyaksikan Rozy, Risvan dan rekan timnya meringis pura-pura berenang di lantai, ada yang langsung berdiri menggaruk tengkuknya dan berlari bersembunyi.
"Oi Lang! Anak orang jangan digodain mulu!" Risvan berseru. Posisinya masih tengkurap satu tangan beralih menyangga kepala. Santai bak dibak pantai. Lantai berdebu itu dianggap pasir putih.
"Nikahin langsung!" tambah Rozy mengikuti gaya Risvan. Memang sama gilanya!
Semua tertawa bertambah riuh siulan di lorong. Yang bersembunyi di pintu kembali keluar.
Elang diam saja mengabaikan, kembali menatap Ifa. "Sorry, jangan didengerin."
"Sekali lagi saya minta maaf, Kak, kejadian tadi dan sebelumnya."
"Kapan gue bisa pulang kalau lo terus berdiri ngucapin hal sama. Lo nggak nyium bau keringet gue udah ngalahin keringet kudanil?"
Ini kalimat candaan? Ekspresi Elang tak menunjukkan ia sedang bercanda wajahnya tetap datar. Dasar jalan tol! Ifa bingung bagaimana harus menanggapi hanya bisa menggaruk tengkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Orasi Cinta
Teen Fiction"Nggak panggil Kak lagi, nih?" "Maaalleees." Ifa memutar bola matanya. "Dulu aja suka panggil Kak teruuus..," goda Elang tersenyum tengil. "Sebelum lo ngeselin!" "Gue ngeselin tapi ngangenin kan?" "Idiiih... Loken (masa)? Pede buaanget!" Ifa menge...