〄043| Ada Apa dengan Macaronia?

277 78 19
                                    

Saat ini, Macaronia benar-benar bimbang. Bukan karena Fenly, Fiki, ataupun Aji. Ia bimbang seperti ini karena laki-laki yang pertama kali ia kenal saat menjadi mahasiswa baru. Firstiano Agravin. Dia sudah seminggu ini pindah ke negara yang terkenal dengan Merlion-nya, Singapura, semenjak pertemuan terakhir dengannya di rumah sakit itu.

Setelah berpamitan dengan cara mengenaskan bersama Macaronia, laki-laki dengan nama sapaan Ano itu langsung pergi. Ia sudah tidak kuat menahan air matanya setelah Macaronia mengusirnya dengan paksa.

Ini semakin membuat Macaronia merasa bersalah. Ia berpisah dengan Firstiano untuk yang terakhir kalinya dengan cara buruk. Ini semua salahnya. Egois dan tidak mau mendengarkan penjelasan Firstiano tentang kesalahpahamannya. Jika saja saat itu Macaronia memberi waktu sedikit untuk Firstiano memberikan alasannya, pasti sekarang hubungannya dengan laki-laki itu akan baik-baik saja dan sudah saling bercanda tawa bersama.

Namun, itu semua hanya angan. Semua sudah terjadi dan tidak bisa direka ulang. Jujur, Macaronia menyesal sudah mengusir Firstiano dengan kata-katanya yang tajam.

Sekarang, Macaronia sudah keluar dari rumah sakit setelah mendapat perawatan seminggu di sana. Seharusnya saat ini ia mengistirahatkan badan dan pikirannya di kamar. Tapi, bukan Macaronia namanya kalau tidak hiperaktif setelah pulih dari sakit seperti ini, meskipun saat ini Macaronia sudah sibuk memijat pelipisnya yang berdenyut hebat. Dia belum pulih sepenuhnya.

Taman di depan teras adalah tempat yang saat ini ia sambangi. Duduk sembari memainkan tanaman anyelirnya yang terhampar luas berseling-seling dengan rumput peking di taman yang sejuk ini terasa menenangkan sekali.

Dengan gerakan tiba-tiba, Macaronia beranjak dari duduknya dan berlari menuju pohon rindang di taman rumahnya ini. Mulutnya sudah mengeluarkan cairan cukup banyak. Tiba-tiba Macaronia sudah muntah di dekat pohon rindang ini.

Kenapa perut gue mual banget? Gue kenapa bisa muntah kayak gini? Batinnya merutuki diri sendiri.

Perut Macaronia kembali bergejolak, mualnya kali ini tidak tertahankan. Ia sudah muntah untuk kedua kalinya. Matanya sudah berair, mulutnya terasa pahit sekali. Ada apa dengannya saat ini?

Apa mungkin efek samping obat? Oke, kemungkinan aja gitu. Tapi gue nggak sakit parah, terus ini gara-gara apaan?

Kepalanya pusing dan terasa berat. Pandangan Macaronia juga sudah berkunang. Mual sudah dirasakan kembali di perutnya. Macaronia sudah muntah lagi, sekarang ia berjongkok; satu tangannya bertumpu pada pohon di depannya. Ia lemas sekali karena sudah berkali-kali muntah.

Gue kenapa? Tolong rasanya nggak enak banget!

"Lo kenapa?" Suara Lovanoga terdengar sangat khawatir, ia sudah berada di sisi Macaronia, laki-laki ini tampak terkejut melihat banyak cairan bening yang dimuntahkan adiknya di tanah dekat pohon ini. "Lo muntah?! Ayo berdiri dulu, masuk ke rumah."

Lovanoga sudah membantu Macaronia yang lemas itu masuk ke dalam rumah. Melihat adiknya seperti ini membuat perasaannya gelisah dan rasa khawatir sangat menguasainya.

Macaronia sudah duduk bersandar di sofa. Perutnya masih mual, kepalanya pusing sekali. Lovanoga sudah mengambilkan air putih untuk Macaronia.

"Minum dulu, gue takut lo dehidrasi karena kebanyakan muntah kayak tadi," tutur Lovanoga yang sudah di samping Macaronia dengan segelas air putih di tangannya. Macaronia menggeleng, bahkan melihat air putih di depannya membuat lambungnya tidak bisa diajak kompromi. Pikirannya fokus pada satu rasa, yaitu rasa mual.

"Gue ke kamar mandi dulu."

Macaronia sudah berlari ke arah kamar mandi. Kalian sudah dapat menebak apa yang terjadi selanjutnya. Ya, kembali muntah. Hanya cairan bening yang kembali keluar dari mulutnya. Sang kakak, Lovanoga sudah menghampirinya dan memijat tengkuk Macaronia pelan.

Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang