Karena ayah Plan akan menikah lagi, Plan harus kembali ke kampung halamannya dan menghadiri pernikahan ayahnya itu.
Sepuluh tahun lalu, saat ia baru saja selesai SMA, orang tua Plan bercerai. Ia harus memutuskam ikut ayah atua ibunya. Waktu itu, ekonomi ibunya lebih stabil jika dibandingkan dengan ayahnya dan ayah Plan harus melepaskan Plan untuk tinggal bersama ibunya.
Setelah perceraian itu, ibu Plan kembali ke Bangkok, kota kelahiran sekaligus tempat ia dibesarkan. Alhasil, Plan yang memilih ikut dengan ibunya, harus menyesuaikan diri tinggal dengan keluarga besar ibunya dan dengan kota Bangkok juga.
Saat Plan pergi dari kampung halamannya di selatan Thailand, ia meninggalkan banyak hal. Salah satunya dan yang paling banyak memberi kenangan kepadanya adalag seorang lelaki yang bernama Mean Phiravich.
Mean dan dirinya satu SMA. Mereka berkencan sejak kelas satu SMP dan sampai kelas 3 SMA sebab Plan harus pindah. Mean adalah cinta pertama dan semua yang pertama bagi Ppan tentunya. Ciuman pertama, seks pertama dan semuanya Mean-lah lelakinya.
Setelah mereka putus pada saat Plan memutuskan pindah, ia tak pernah lagi menghubungi Mean. Terlebih, ia mendengar kabar dari ayahnya bahwa Mean sudah bertunangan dengan Neena yang juga sahabat mereka ketika di SMA.
Plan juga mendengar dari ayahnya bahwa Mean sekarang adalah orang yang memegang perkebunan anggur ayahnya. Bisnisnya sangat maju. Dia menjadi salah satu orang terkaya di kampung halaman mereka dan bahkan ia sudah sering dinobatkan menjadi pebisnis muda yang tekun dan gigih oleh majalah bisnis yang levelnya nasional dan internasional.
Plan sangat tahu bahwa suatu hari Mean akan menjadi orang yanh terkenal. Ia seorang pekerja keras dan memiliki impian yanh besar untuk memajukan kehidupannya, keluarganya dan kotanya. Itulah Mean yang selalu Plan kenal. Baik, gigih dan tekun, karismatik, dan sangat bekerja keras. Neena sangat beruntung menjadi istrinya dan mendampingi orang seperti Mean.
Plan juga berhasil mewujudkan impiannya, menjadi desainer baju pengantin. Karya-karyanya sudah sering dipakai kalangan aktris dan sudah banyak dipesan juga oleh banyak kalangan orang terkenal sedunia. Jadi, karyanya memang sudah mendunia.
Kepulangan Plan juga ada kaitannya dengan pekerjaannya sebagai desainer. Ia ingin memberikan hadiah kepada ayahnya dengan merancangkan baju pengantin untuk ayahnya dan calon istrinya yang adalah bibi Mean. Jadi, Plan harus mempersiapkan diri sebenarnya sebab mau tak mau ia akan berhadapan dengan Mean dan Neena pastinya.
Plan sampai di rumah ayahnya malam hari. Ia dijemput ayahnya di stasiun dan mereka melepaskan rindu sebentar sebelum akhirnya Plan beristirahat. Keesokan harinya, ia berjalan-jalan di dekat rumahnya mengenang masa lalu saat kecil dan kembali ke rumahnya saat makan siang.
"Bagaimana kabar ibumu?" tanya ayahnya saat mereka makan siang.
"Baik, Pho. Mae menitipkan hadiah untukmu dan Bibi Nun. Ada di koperku. Nanti akan kuberikan," ujar Plan. Ayahnya menganggukkan kepalanya dan berterina kasih.
"Sekarang Mae dan suami barunya sedang di Prancis. Mereka menikmati liburan," ujar Plan lagi. Ia menyelesaikan makannya dan kemudian melanjutkan obrolan di beranda halaman belakang dengan ayahnya.
"Pho, bagaimana bisnismu?" tanya Plan. Ayah Plan memiliki usaha perkebunan dan pertanian. Ia menyuplai hasil panennya ke banyak pasar tradisional di berbagai kota terdekat di kampung halamannya. Kopi adalah hasil utamanya. Ia bahkan melebarkan sayapnya dengan membuka beberapa kafe dengan kopi yang ia hasilkan sendiri.
"Aku sudah membuka beberapa kafe lagi. Kurasa aku akan membawamu ke sana sore atau malam ini, sekaligus bertemu dengan Nun di sana. Bagaimana?" tanya ayahnya.