it takes time to be alone

182 40 1
                                    

020 - it takes time to be alone - you will get better, maybe not today, but someday. Percaya aja.


Di bawah langit Jakarta sepasang mata tak bisa diam berkelana mengikuti arah bola yang lagi dioper oleh sekelompok tim di layar besar. Suara bersahut-sahut ikut meramaikan suasana nonton bareng di kafe salah satu sudut Ibukota.

Bola matanya memang ke sana ke mari melihat bola terlempar ke pemain tim sedang Langit dukung malam ini, dalam pertandingan Liga 1. Namun, telapak tangannya tak bisa diam memutar ponsel dengan gundah, sebab baru saja dikabari sang mantan telah berhasil menghubungi kekasihnya dan mengucapkan rasa bersyukur karenanya. Padahal ia tidak berhasil membantu, boro-boro menolong yang ada jalinan asmaranya di ambang abu-abu.

Karena keputusan kemarin diutarakan Langit mesti menerima keadaan hubungan baru terangkai, harus berhenti sementara di persimpangan jalan. Patutnya sih Langit bisa bertahan dalam ujian asmaranya tetapi Langit juga manusia biasa yang punya rasa lelah.

Berhubung Davina tak lama lagi menjumpai Darin, karena katanya wanita itu akan ke Semarang. Mungkin ada baiknya dengan situasi sekarang Langit melepaskan Darin sementara, agar gadis itu mau membangun hubungan kembali bersama keluarganya lantaran sudah ada Davina.

Dan ia juga perlu berbenahi pikiran dan hati.

"GOL!"

Kegirangan atas pencetakan gawang memeriahkan suasana nobar. Jantung Langit hampir meletus berbarengan teriakan gembira penonton kafe, untung ponselnya tak ikut jatuh. Bahu Langit pula dirangkul Bima, lalu bergoyang berirama ke kanan dan kiri bersama kawan-kawan mereka juga turut serta menongkrong.

"Persija Jakarta Uwoo... Persija Jakarta Uwoo..."

Perasaan berlebihan ini disudahi gara-gara pertandingan melawan Borneo FC dilanjutkan.

"Lo dukung musuh?"

Tuduh Bima. Mana ada Langit tidak mendukung club oranye di kawasan para The Jakmania ini. Bisa habis Langit pulang-pulang ngesot karena bannya sengaja dicuri.

"Ngga lah, pea!"

"Terus? Kusut gitu muka dari tadi, ngga enak banget diliat."

"Lagi ngga mood."

Bima mengejek. "Udah kaya cewe segala ngga ada mood."

Tidak mau kalah Langit menyahut. "Dari pada situ berasa bujang malah ikut ngumpul, bukannya temenin bini di rumah. Temen gua lagi hamil Bim, kalau lo masih inget."

"Sembarang kalau ngomong, Bunga ada yang nemenin. Ada nyokap sama ponakan gue lagi nginep di rumah."

"Sama aja, bisa lo nonton di rumah. Alasan aja sekalian cari kesempatan mau nongkrong. Suami macam apa lu."

Sekonyong-konyong Bima mengumpat. "Bangke!" Menjadikan Langit berbangga diri tertawa telah mengeluarkan kekesalan sahabatnya.

Kemudian empat puluh menit berhasil terlewati atas kemenangan skor 1-0 penghuni tempat makan kecil ini bersorak layaknya mengadakan pesta pora. Di salah satu meja kawanan Langit tersenyum puas melanjutkan makanan dan minuman sudah lama terhidang menjadi dingin, tetapi masih enak untuk dihabiskan.

"Lang, lo udah ada cewe baru?"

Langit menautkan alis tak paham. "Siapa?" Dari mana teman SMA yang juga satu kampusnya ini—Genta—mengetahui. Langit sama sekali tak memberitahu apalagi memamerkan hubungannya, dengan Bima saja belum.

"Dipostingan instagram lo."

"Oh." Langit baru ingat. "Bukan, teman doang."

"Oh, gebatan." Sahut teman lainnya—Rendy.

Cerita Satu Minggu JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang