AYAH

5.2K 134 13
  • Didedikasikan kepada All Father in the world
                                    

“Halo ? Nadia ? kamu di mana sih ? ayah nyari kamu terus tuh !!”

“Ayah kenapa mas ??? Halo ??? Mas Angga ???”

Ah pake mati segala handphone ku. Memang ayah kenapa ya. Mungkin lebih baik aku segera ke rumah sakit.

***

Nama ku Nadia. Lebih tepatnya, Nadia Anggraini. Aku suka namaku. Ayah yang memberikannya padaku. Aku tidak pernah tahu apa arti nama ku dan aku juga tidak pernah menanyakannya pada Ayah. Tapi, kata Mas Angga, kakak ku, Ayah memberiku nama Nadia karena itu adalah nama kesukaan mendiang ibu. Sedangkan Anggraini sendiri, adalah nama ibuku, Anggraini Lestari.

Ayah ku adalah pria yang hebat. Dia membesarkan aku dan Mas Angga seorang diri. Ibu ku meninggal 2 hari kemudian setelah aku lahir, karena pendarahan akut selama proses persalinan. Aku pun lahir prematur. Itu karena Ibu ku sangat sedih ketika tahu Ayah terkena PHK. Kesehatan ibu kian memburuk. Dan akhirnya, aku lahir 5 minggu lebih cepat dari perkiraan dokter, 12 Juni 1989.

Saat aku berumur 7 tahun dan Mas Angga masih 10 tahun, ayah memutuskan untuk menikahi seorang teman lamanya, Tante Mimi. Tapi dibatalkan karena Ayah melihat Tante Mimi memukul ku karena tidak sengaja menumpahkan jus durian ke bajunya. Sejak itu, Ayah berhenti untuk mencari pengganti Ibu.

Saat aku menginjak usia 15 tahun, aku mulai mengenal dunia maya. Di sana, aku bertemu seseorang yang sebaya dengan Mas Angga. Kami pun mulai menjalin hubungan yang lebih dalam. Kami mulai saling bertukar nomor telepon dan setiap malam selalu menghabiskan waktu untuk mengobrol berdua hingga larut malam. Suatu ketika, ayah tahu akan kebiasaan ku ini. Beliau marah sekali. Kami bertengkar hebat. Mas Angga yang saat itu baru pulang dari rumah temannya, datang melerai. Sejak itulah hubungan ku dengan ayah mulai merenggang.

***

“kamu dari mana aja sih ? lama banget !”

“ya Allah, tadi aku banyak kerjaan, Mas. Yang penting kan aku udah di sini. Ayah kenapa ?”

“dari tadi ayah nyari kamu terus. Cepet masuk”

**

“Ayah ??? ini Nadia. Ayah kenapa ?? ada yang sakit, Yah ??”

“Nadia ? itu kamu, Nak ??? Ayah nggak apa-apa. Ayah kangen. Sudah 2 hari kamu tidak ke sini. Kamu pasti sibuk”

“Nadia minta maaf, Yah. Nadia harus menemani Pak Direksi untuk rapat dengan kolega dari Jerman. Nadia di minta mendampingi sebagai translator. Nadia minta maaf, Yah.”
“kamu memang hebat, nak. Ayah bangga padamu. Seandainya Ibu mu masih ada, dia pasti bangga memiliki anak sehebat ini.”

“Ayah juga ayah yang hebat buat Nadia. Ayah numero uno deh !”

Ayah tersenyum !!!! ah, Aku sayang padamu Ayah.

***

“jangan lupa nomor tes mu, Nad. Pensil juga jangan bawa satu. Penghapus jangan lupa. Oh iya papan alas juga. Kamu punya kan ?”

“ya ampun , Ayah. Berapa kali Nadia bilang, Nadia sudah bawa semuanya. Sudah lengkap. Semua ada di tas. Ayah selalu menanyakan itu.”

“ayah kan hanya mengingatkan kamu, nak. Barangkali ada yang lupa atau hilang, kan bisa…”

“ah ! sudahlah, Yah. Sudah lengkap semua. Jangan bikin Nadia tambah bingung. Nadia ini lagi belajar, Yah. Jangan di ganggu. Nanti kalau Nadia nggak lulus tes gimana. Ayah mau Nadia nggak masuk PTN ??”

“iya, iya, ayah minta maaf. Ya sudah, kamu belajar ya. Biar nanti kamu bisa mengerjakan soal-soal tesnya.”

***

AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang