Hening, suasana di dalam ruang kesehatan sekolah itu sepi sekali. Orang-orang yang ada di dalamnya memilih bungkam. Lama mereka menunggu kesadaran salah satu dari mereka kembali. Tak banyak yang mereka lakukan, hanya sesekali merubah posisi karena lelah menunggu sambil berdiri.
"Kalian mending balik aja. Gue nggak mau tanggung jawab kalau seandainya otak kalian yang udah dari sananya bodoh tambah nggak berfungsi." Darka mengangkat suara memecah hening. Yang ia maksud itu adalah Hanggara dan Rey.
Keduanya yang merasa menjadi topik dari ucapan Darka memelototkan mata. Yang di pelototi hanya diam acuh tak acuh. Lagipula niatnya baik. Ia tak ingin otak keduanya semakin tak berfungsi dengan baik karena kebanyakan bolos. Cukup tingkah mereka saja yang idiot, jangan sampai otaknya juga terkontaminasi.
"Kita juga nggak minta pertanggung jawaban elo kok."
"Kita? Lo aja kali," sahut Rey tak memperdulikan dengusan Hanggara.
"HEH! Kita itu se server ngomong-ngomong kalau lo lupa. Nggak usah ngelak! Atau gue nggak mau lo ajak ke---"
"Iya, iya. Ya udah yuk keluar aja. Biar si Kenta dia yang urus . Bye, kita pergi." Dengan perasaan yang masih dongkol, Hanggara mengikuti Rey yang sudah keluar terlebih dahulu.
Dan Darka tetap diam tak peduli. Hah, bosan juga menunggu. Ia ingin tidur, semalam tidurnya kurang nyenyak karena mengurusi Kenta yang tengah demam. Pandangannya beralih. Kini ditatapnya seorang cewek yang membuat Kenta jadi seperti ini.
"Gue mau tidur di sana," Darka menunjuk ke ranjang ruang kesehatan pojok yang kosong. "Lo jaga Kenta di sini. Awas aja kalo pergi," lanjutnya dan segera berlalu membaringkan tubuhnya pada ranjang yang berada di pojokan.
Cewek itu, Shenrha. Dia menghela nafas berat. Tadi pagi bukan murni kesalahannya saja, tapi kenapa Darka manusia menyebalkan itu seolah-olah menjadikannya tersangka utama. Dia kesal, jelas. Matanya memicing menatap sinis Darka yang sudah tertidur lelap. Bah, enak sekali hidupnya.
Shenrha melupakan kekesalannya. Di perhatikannya Kenta yang masih tak sadarkan diri. Ia tersenyum tipis. Kenta sosok menyebalkan itu, sekarang menjadi lemah tak berdaya seperti ini. Tangannya terulur menyentuh dahi Kenta. Shenrha berdecak, masih demam kenapa tetap sekolah.
Matanya gusar melihat jam yang berada di tangannya. Masih sangat pagi, mustahil dokter yang menjaga ruang kesehatan ini akan datang. Ia butuh kain untuk mengompres Kenta.
"Ck... Gue harus cari di mana?" Shenrha mulai beranjak mencari kain. Tapi, belum selangkah ia berjalan desisan dari mulut Kenta menahan langkahnya.
"Shhh.... "
Shenrha buru-buru kembali mendekati Kenta. Matanya berbinar menunggu mata itu terbuka.
Mata itu mengerjap menyesuaikan cahaya di ruangan itu. Pupil matanya bergerak-gerak gelisah sampai akhirnya berhenti fokus pada Shenrha yang menatap diam.
Shenrha tersenyum tipis, bibirnya bergerak menggumamkan syukur."Ada yang sakit?" tanya Shenrha menunggu respon dari diamnya Kenta. Cowok itu terlihat bingung.
"Ngapain lo di sini?" Kata pertama yang keluar dari mulut Kenta setelah ia sadar. Rupanya dia tak sadar siapa pemilik mobil yang hampir menabraknya tadi.
"Gue yang hampir nabrak lo tadi." Shenrha menjawab datar.
Kenta tampak mengingat-ingat. Matanya menatap kosong. Tak lama kemudian, tiba- tiba tawanya terdengar. Shenrha menatap heran. Apa yang dia ingat-ingat sampai membuatnya tertawa seperti itu. Wajah Kenta yang tadinya sangat pucat kini tampak lebih hidup. Karena sebab tawanya itu mungkin. Kenta manis sekali saat tertawa. Dia punya gigi kelinci yang menambah kesan menggemaskan dan tampan di wajahnya.
"Ken, lo nggak kesambet kan?" tanya Shenrha heran.
Kenta menggeleng. Karena posisi berbaringnya kurang nyaman, ia bergerak perlahan mendudukkan tubunya. Shenrha tak ada niatan sedikitpun membantu Kenta. Lagipula se akrab apa dia dengan Kenta sampai membantu cowok itu. Barang sedikitpun. Kalau hari ini, itu murni karena paksaan Darka dan ia sedikit merasa bersalah.
"Enggak. Lucu aja gitu lihat lo nungguin gue sadar di sini." Kenta tertawa lagi.
"Nggak usah kepedean kali. Ini juga karena paksaan temen lo, si Darka itu. Fiks gue benci banget sama dia. Nyuruh ini-itu seenaknya banget."
"Curhat?"
Tangan Shenrha mengayun memukul lengan kanan Kenta. Sifat menyebalkannya sudah kembali ternyata, itu berarti Kenta sudah sehat wal afiat, bukan? Jadi, dia boleh dong ke kelas.
"Lo udah nggak papa kan? Nggak ada yang sakit kan?" tanya Shenrha.
"Emang kenapa?"
"Ya, gue mau ke kelas. Ngapain juga nungguin orang nyebelin?" ucap Shenrha acuh.
"Ya udah sana. Ngapain juga mau aja di suruh Darka. Lo kan bisa nentang dia. Apalagi kan kalian sama-sama punya mulut cabe." Darka membalas dengan nada menyebalkan. Kalau mau tahu perasaannya sekarang, jujur dia senang sekali. Menjahili cewek di depannya ini sungguh lain rasanya.
Shenrha kembali memukul lengan Kenta. Apanya mulut cabe? Mulut seksi iya. Tak di pedulikannya ringisan Kenta yang mengaduh kesakitan. Salah siapa berani menjahilinya?
Shenrha melengos pergi meninggalkan kenta. Sudah jam segini. Percuma juga dia ke kelas, sudah hampir jam istirahat."Aduhh!"
Pekikan Kenta kembali membuatnya berbalik. Ulah apa lagi yang cowok itu perbuat.
"Bantuin. Gue juga mau balik ke kelas," rengeknya yang sudah berdiri di tepi ranjang. Shenrha kembali menghela nafas lelah. Manja sekali. Tapi dia juga segera meraih tangan kanan Kenta, mendekapnya erat. Jaga-jaga takut cowok itu terjatuh karena tubuhnya yang masih lemas.
Kenta tersenyum. Cowok itu tak menyangka ia bisa sedekat ini dengan Shenrha cewek bermulut cabe. Dia juga mengeratkan pegangannya pada tangan Shenrha. Ini bukan modus lho ya. Tubuhnya benar-benar masih lemas. Dan ia memaksakannya karena tak ingin di sana sendirian.
Dengan pelan mereka melangkah meninggalkan ruang kesehatan itu. Shenrha sedikit kesulitan karena tingginya yang terlalu mungil untuk memapah tubuh Kenta yang tinggi menjulang. Kenta yang merasakan itu hanya terkekeh.
"Makanya, tinggi tuh ke atas. Bukan ke samping hahaha.... "
Shenrha hampir mendorong tubuh Kenta jika tak ingat manusia menyebalkan satu ini sedang sakit. Jadi ia harus menahannya untuk hari ini saja. Lihat saja nanti, ia akan balas dendam.
Keduanya sama-sama pergi dari ruang kesehatan. Berlalu begitu saja melupakan Darka yang melongo melihat percekcokan bak pertengkaran rumah tangga itu. Dan teganya dia tak dianggap ada oleh dua makhluk itu.
Apa mereka lupa jika ada dirinya?
Aishh... Mereka benar-benar.Karena tak ingin sendiri di sana dan kesepian, Darka pun keluar. Miris sekali nasibnya. Karma karena mengusir Hanggara dan Rey tadi mungkin. Sudah di abaikan, di lupakan juga pula.
"Anjing banget. Enak aja main ninggalin gue." Darka mengumpat dan menutup keras pintu ruang kesehatan meninggalkan bunyi yang memekakan telinga.
|||
_Dari Luka Untuk Tawa_
Yo guyss... Kenta dkk. kembali nih.
Ada yang mau titip salam nggak sama :
Kenta :
Shenrha :
Darka :
Hanggaa :
Reynandra :nanti aku salamin sama mereka.
Jangan lupa vote and commentnya ya....
salam: Shinyaya
|To Be Contiunned|
23Desember2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Luka Untuk Tawa✓
Teen FictionTerimakasih luka ... Walau datangmu tak pernah jadi harap, Walau adamu selalu menjadi tangis, Tapi, berkatmu aku sadar ... Tak ada bahagia selagi kau belum terlihat. Jangan bersedih, luka ... Karena hadirmu adalah mutlak. Dan aku tak bisa menolak. S...