Seorang wanita berusia 30-an terlihat tengah memandangi sebuah ruangan dimana seorang gadis tengah berbaring menahan sakit yang sudah beberapa bulan ini Ia rasakan.
Disebelahnya, berdiri seorang pria muda yang usianya sama dengan gadis tadi. Ekspresi keduanya sama, yang dirasakan pun sama. Sama-sama prihatin, kecewa, sedih juga marah. Entah bagaimana cara mereka menutupi ini semua dari orang orang di sekitar mereka. Keduanya ingin sekali memberitahu orang-orang disekitar mereka mengenai kondisi gadis yang kini tengah berbaring menahan sakit yang pastinya luar biasa sakit, agar dia juga mendapatkan do'a maupun bantuan dari banyak orang. Tetapi, gadis itu tidak pernah mau. Dia benci dikasihani. Dia hanya ingin dilindungi tanpa sepengetahuan si pelindung. Kecuali, pria yang berdiri di samping Mamanya. Hanya pria itu yang diinginkan sang gadis untuk mengetahui rahasianya, melindunginya dengan pengetahuan yang luas tentang cara melindungi orang seperti dia, merawatnya, mengasihinya juga mencintainya. Hanya pria itu. Hanya pria itu yang ada di hatinya. Hanya pria itu yang selalu menjadi inspirasinya, terutama saat memperjuangkan hidupnya walaupun sangat sakit dirasakannya. Yang Ia ingin, Ia dan pria tadi dapat hidup bersama selamanya hingga tua bukan hingga penyakitnya merengut nyawanya.
Sabrina
KRIIIING... KRIIING.... KRIIIING.....
"Hoaaam.. nyam nyam. Berisik banget sih." Gumamku sambil meraba-raba keberadaan benda pengganggu mimpi indahku. Aku bermimpi bahwa aku, Bryan, Ucup dan Dita sedang bermain bersama kangguru. Tetapi kami berpisah karena tiba-tiba Bryan menarik pergelangan tanganku menjauh dari Ucup dan Dita. Wajahnya terlihat panik, Dia seperti ingin mengatakan sesuatu yang menakutkan dan saat dia ingin mengucapkannya tiba-tiba jam waker-sialanku ini berbunyi.
KRIIIING... KRIIIING...
Ya, seperti itu bunyinya.
KRII-PRANG!!
Bukan, bukan seperti itu.
.
.
.
.
Mataku terbuka sempurna saat sadar ternyata tanganku yang sedang meraba keberadan jam waker malah menyenggolnya dan pecahlah dia. Dengan segera aku duduk dari tiduran dan melihat ke lantai dimana kaca jam waker-ku berserakan tak jauh dari meja nakasku yang memang lumayan tinggi seperti tempat tidurku.
"Ada apa, Kak?" Suara salah satu asisten rumah tanggaku memasuki indra pendengaranku yang kubalas dengan suara tangis dibuat-buat. Ya, karena aku memang tidak menangis tapi tidak juga mengerjai asisten rumah tanggaku. Aku hanya ingin menangis, karena jam itu adalah JAM PEMBERIAN BRYAN.
"Ya Allah, ada apa ini Kak?" Tanya satu asisten rumah tanggaku yang lain yang baru saja melihat pecahan kaca jam waker-ku.
"Kakak tidak apa-apa?"
"Sakit.." Ucapku seraya menekan dadaku.
"Dimana yang sakit, Kak?"
"Sakitnya tuh disini.... Hueeeee." Jawabku dengan telunjuk menekan dada.
"Kenapa dadanya Kak?"
Zeeeeeeeng....
Astaga, dia menganggapnya serius rupanya.
"Ga papa kok. Tapi ini kan pemberian dari... si anu. Padahal cuma sesekali dia ngasih aku hadiah begini." Jelasku pada 2 asisten rumah tanggaku yang membuat aku jadi benar benar ingin menangis.
"Oh ya Allah, syukurlah kalo Kakak tidak apa-apa. Sudah jangan sedih ya Kak, suatu saat pasti tergantikan kok." Ucap asisten rumah tanggaku yang satu, sedangkan yang satunya lagi mengelus bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complifeated
Fiksi RemajaApakah kalian setuju jika aku berkata kisah remaja yang paling sulit adalah ketika ia jatuh cinta pada laki-laki yang juga dicintai sahabatnya? Menurut kesimpulanku begitu, karena jika dia adalah sahabat yang paling baik padamu, apakah kau tega memb...