Cerita

4 0 0
                                    

"Sampai jumpa lagi.",setelah Bianca mengucapkan kalimat itu ia langsung berbaring di kasur empuknya. Bianca merasakan sakit yang teramat perih dibagian dadanya sampai ia tidak bisa mengeluarkan air matanya setetes pun. Ia belum pernah merasakan rasanya ditinggal oleh orang terdekatnya dan sekarang ia harus terima kenyataan bahwa orang terdekatnya pergi meninggalkannya. Tatapan matanya kosong seakan didalam tubuhnya tidak ada jiwa yang hidup. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia bisa bertahan kalau salah satu orang terdekat dan paling ia percaya sudah bukan miliknya lagi. Orang yang baru saja menelepon Bianca adalah Putra. Sudah 3 tahun Putra dan Bianca berpacaran sejak kelas 2 SMA dan sekarang Putra dan Bianca harus berpisah karena tidak kuat untuk berpacaran jarak jauh. Putra memutuskan untuk berkuliah di Jerman sedangkan Bianca berkuliah di Bandung.

Bianca di Bandung hidup sendirian karena kedua orangtuanya berada di Jakarta. Bianca memutuskan untuk berkuliah di salah satu universitas ternama di Bandung karena Bianca ingin mencoba hidup mandiri tanpa bantuan orangtuanya. Awalnya Bianca tidak disetujui untuk berkuliah di Bandung oleh kedua orangtuanya tetapi Bianca terus meyakinkan orangtuanya kalau ia bisa hidup mandiri tanpa kehadiran orangtuanya dan juga Bianca mendapatkan beasiswa dan akhirnya orangtuanya memperbolehkan Bianca untuk melanjutkan pendidikannya di Bandung. Orangtua Bianca juga biasanya mengunjungi Bianca 1 bulan sekali. Sudah 1 tahun Bianca hidup sendiri di Bandung. Bianca memiliki 2 sahabat yaitu, Rena dan Uni. Mereka bertiga memutuskan untuk mengontrak rumah bersama agar tidak terlalu mengeluarkan biaya yang besar untuk tempat tinggal.

Setelah 1 bulan Bianca putus dengan Putra, ia masih belum bisa melupakan Putra. Terkadang ia masih merasa hampa padahal sahabatnya sudah mencoba untuk menghiburnya tetapi tetap saja ia masih belum bisa lepas dari bayang-bayang Putra. Sekarang Bianca berada disalah satu kedai es krim di dekat kampusnya. Ia sedang menikmati satu mangkuk es krim dengan pandangan kosong menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan. Selagi ia melamun, tidak sadar ada seseorang yang sedang memperhatikan dari jauh. Orang tersebut memperhatikan Bianca dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Orang itu setia menatap Bianca yang sama sekali tidak sadar sedang diperhatikan sampai bianca menghabiskan es krim yang dipesannya dan berniat untuk pulang ke rumah. Sesampainya Bianca di rumah ia langsung mandi dan berniat mengerjakan tugasnya tetapi selagi ia melihat-lihat e-mail, ada satu e-mail yang menarik perhatiannya. E-mail tersebut berisi foto-foto Bianca tadi di kedai es krim. Bianca bingung, bagaimana orang tersebut dapat mengetahui keberadaannya dan emailnya. Seingat Bianca yang mengetahui e-mailnya hanya teman kelompoknya saja. "Siapa coba yang kirim foto gua ke e-mail? Kurang kerjaan banget." gerutu Bianca. "Bodo deh. Paling juga orang iseng. Mending gua ngerjain tugas." ucap Bianca lagi.

Keesokan harinya Biancaseperti biasa berangkat ke kampus bersama sahabatnya, Rena dan Uni. "Ni, gua cape banget latihan drama kemaren. Rasanya kayak mau copotpinggang gua." keluh Rena. "Sama Ren, gua kemaren pindahin dus berkali-kalidari ruang A ke aula. Lu bayangin aja itu dus isinya berat banget kek beban hidup lu. Hahahaha..." goda Uni."Jahat banget sih lu, Ni. Ca..Ca..Bianca.... Lu ngelamun terus. Lihat hidup lu kedepan,Ca. Jangan terus terpuruk sama masa lalu terus. Life must go on, Ca." ucap Rena. "Sorry..sorry.... Gua lagi gak fokus. Gua tahu Ren tapi susah buat gua lupain dia. 3 tahun Ren gua bareng dia dan sekarang gua putus cuman dari telepon. Gua butuh waktu buat lupain semua kenangan bareng dia." ucap Bianca. "Oke kalo itu mau lu, tapi janji sama gua lu jangan sedih-sedih lagi ya. Gua kangen kita ketawa bareng lagi kayak dulu." ucap Rena. "Pokoknya lu gak boleh sedih banget ya." ucap Uni mendukung Bianca. Bianca yang merasa tersentuh oleh perkataan Rena, ia merasa ada benarnya. Buat apa ia disini menangisi Putra sedangkan ia tidak tahu apakah Putra merasakan apa yang ia rasakan atau tidak. Bianca merasa bersyukur memiliki 2 sahabat yang selalu mendukungnya,"Iya-iya. Gua gak boleh sedih lagi ya. Gua harus kuat kayak Uni yang angkat dus berkali-kali." ucap Bianca. Setelah itu mereka bertiga tertawa bersama, begitu lah pertemanan mereka tidak mudah diprediksi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisahku Di Kota BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang