"Kau yakin pulang sendiri? Perlukah aku menjemputmu?" Ucap seseorang disebrang telfon.
"Tak perlu. Aku baik baik saja. Lagi pula ini masih jam 23.00. Mungkin jalanan masih ramai. Kalaupun nanti dijalan umum ada apa apa, aku akan melewati gang yang biasa kita lewati itu. Kau tenang saja Sam. Oh ya kau dan Dham apakah sudah makan?" Ucap gadis.
"Baiklah kalau mau mu seperti itu Alexa. Hati hati. Aku dan Dham masih menyelesaikan tugas kami. Kami juga sudah makan. Dham tadi memasak Pasta. Kau dimasakan olehnya. Cepat pulang dan makanlah makanan mu. Kami tunggu. Kalau ada apa apa kabari aku. Oke?see you." Ucap seorang dari sebrang telfon bernama Sam.
"Oke, see you too." Ucap gadis yang bernama Alexa dengan menutup sambungan telfon.
Ya. Gadis itu bernama Alexandra Rosses. Akrab dipanggil Alexa ataupun Rosse. Gadis yang tinggal di salah satu daerah di Chicago itu tinggal bersama kedua temannya. Samantha Brytonie dan Dhammeta Handerson. Disebuah Apartmen yang berada di dekat university yang ia dan kedua temannya itu tempati untuk berkuliah.
Alexa baru saja menyelesaikan tugas yang ia kerjakan di perpustakaan university nya. Alexa dan kedua temannya itu mengambil jurusan yang berbeda beda. Karena itu jadwal pulang Alexa hari ini berbeda dengan tambahan tugas yang diberikan sang dosen membuatnya harus mengikhlaskan diri untuk mengerjakan diperpustakan hingga malamhari karna di sanalah sumber jawaban dari tugasnya tersedia.
"Ah! Akhirnya selesai juga tugasku. Okey saat nya pulang Alexa. Kau harus mengisi perut mu yang sudah berbunyi ini. Sabar yah sayang sebentar lagi akan pulang dan setelah itu kita makan." Ucap Alexa sambil mengelus ngelus perutnya yang sudah lapar sejak tadi tapi ia tahan karena tugas yang menyebalkan itu. Ia kemudian merapikan buku dan peralatan lainnya lalu bergegas keluar dari university sebelum gerbangnya akan dikunci oleh sang penjaga.
🔪🔪🔪🔪🔪🔪
"Nananana....nananana"gumam Alexa dengan telinga yang memakai earphone untuk mendengarkan musik. Sepanjang jalan amat sepi, sehingga mau tidak mau Alexa harus segera sampai di apartmen nya. Ia bukan penakut. Hanya saja ia malas berhadapan dengan para penjahat yang mengincar wanita wanita yang lewat tengah malam, meskipun ia memiliki skill beladiri namun ia lebih baik untuk menghindari.
Saat tengah asik jalan sambil bersenandung dan berlompat kecil layaknya anak kecil ia mendengar suara yang cukup keras saat ia melewati belokan gang yang sering ia lalui untuk segera sampai di apartmen nya.
"Akh! Sa-a-khit! Akh!"
"T-tho-lhong AKH! AKH!"
Alexa mematung disana. Ia tidak tahu harus bagaimana. Karena posisinya ia berada ditengah jalan. Dengan jarak antara suara itu dan ujung jalan luar sana sama jaraknya. Ia bahkan telah mencopot earphone nya dan mematikan musik di handphone nya. Ia diam. Syok dan terkejud bingung antara nyata atau khalusinasinya saja.
"AKH! A-Amphun! A-Amphu-nhi a-akuh."
"THOLONG! AKH!!"
"ini tidak benar! Bagaimanapun juga aku harus membantunya. Apa iya korban perampokkan? Tapi aku tak pernah mendengar gang ini jadi tempat perampokan. Apa karna aku tak pernah pulang selarut ini? Bagaimana ini? Apa aku bantu saja? Apa aku keluar saja? Dan mencari bantuan? Tapi... diluar tadi sangat sepi bagaimana caranya aku membantu? Apa aku panggil polisi?"
Pikiran Alexa mulai berdebat dengan suara hatinya.Hingga ia memberanikan diri untuk melihat ada apa disana.
Ia mengendap ngendap dengan cahaya remang remang membuat ia harus menajamkan matanya dibalik kaca matanya. Hingga ia berhenti dibalik tembok belokan. Tepat dengan suara itu terdengar merintih dan terdengar mulai melemah. Ia yakin nyawa sang korban itu sudah diujung tanduk. Rasa penasaran pun mulai menjalar dan dengan segenap rasa penasarannya. Ia beranikan diri untuk mengintip ada apa dibalik tempok itu.
Dan betapa terkejud nya ia......
Sebuah mayat dengan tubuh terpotong potong menjadi bagian bagian tak berbentuk. Usus dan organ dalam perut telah bercecer dan darah telah menyatu dengan air selokan? Juga kepala yang leher dan dagu tertancap oada tiang besi tempat sampah sana.
Sebuah kesialan bagi Alexa karena matanya tak bisa lepas dari potongan potongan mayat itu. Tangan yang telah di cincang menjadi empat bagian. Kaki yang telah dipotong seperti daging panggang. Dan badan yang tak berbentuk.
Alexa melihat ke kanan dan kiri mencari sang pembuh itu. Dirasa tidak ada ia harus bergegas keluar gang ini, karena di ujung belokan sana adalah jalan keluar dari gang ini. Ia memberanikan diri untuk berjalan melewati mayat yang tak berbentuk itu. Dan entah setan dari mana. Ia berani memotret mayat tak berbentuk itu. Dan kemudian berlari dari sana. Namun, saat tengah berlari. Tiba - tiba
Seseorang memegang tas sampingnya sehingga ia menengok dan melihat....
Seseorang dengan pakaian serba gelap tengah memegang pisau dan kantung kresek hitam menatapnya tajam.
Alexa terkejud dan dengan reflek menedang kencang perut samping seseorang itu. Dan saat seseorang itu mundur beberapa senti darinya tadi ia bergegas lari. Ia lari dengan kencang. Dan saat keluar dari gang itu ia dengan segenap ketajaman mata yang ia miliki menengok kebelakang dan ternyata....
"Orang itu mengejarku!" Dengan segenap tenaga yang masih ia miliki ia berlari sekencang mungkin dan sesekali menengok kebelakang dan seseorang itu masih berlari mengejarnya. Ia menambah laju lari yang ia miliki. Dan saat dirasa seseorang itu sudah dirasa sudah berjarak tiba tiba sialnya ia....
"Dukh"
Alexa terjatuh yang membuat tas sampingnya jatuh dan keluarlah sebagian barang barangnya. Cemas,resah,gelisah. Itu lah yang dia rasakan. Ia panik dan mulai mengemasi barang barangnya tanpa memikirkan kaki yang luka dan mengeluarkan darah dibagian lututnya. Dan lebih sialnya.Orang itu masih mengejarnya! Berjalan dengan pisau yang masih ia genggam dengan erat ditangannya. Serta mata dibalik tuduk hitam itu menatapnya tajam.
Alexa sudah tidak peduli barang apa yang jatuh dan luka yang perih tak dia hiraukan. Ia berlari kembali dan menambah lajunya. Ia deg deg kan. Ia takut. Ia panik. Ia cemas. Tubuhnya bergetar. Ia berhenti didepan sebuah toko roti yang telah tutup. Jalanan amat sepi. Ia bergetar. Tubuhnya lemas. Ia lelah. Ia benar benar lelah. Ia terduduk lemah. Ia menangis dibalik kedua lututnya. Satu lututnya luka. Dan mengeluarkan darah.
"Hiks,hiks,hiks... mom.."isaknya dalam tangis. Ia merasa baru pertama kali merasakan hal ini. Ia pernah berkelahi. Pernah berlawanan dengan perampok. Ia pernah berkelahi dengan penjahat lain. Tapi ia tak pernah seperti ini.
Ia melirik kekiri tepat diujung sana apartmennya. Namun, ia begitu lemas. Ia merasa tak punya tenaga untuk berjalan lagi. Saat ia masih melirik ke kiri tepat di apartmennya sana. Seseorang menepuk pundaknya pelan. Kemudian....
"AAAAA"..........
-----------------------------
Ini cerita pertama aku. Mohon maaf kalau authornya membuat kecewa. Maaf kalau kurang dapat rasa takutnya.🙇🙇
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel and Mysterious Psychopath
Mystery / ThrillerAlexandra Rosses. Gadis muda berusia 19 tahun yang bertempat tinggal di Chicago. Gadis dengan sapaan Alexa/Rose ini tinggal di sebuah apartmen bersama kedua sahabatnya. Siapa sangka? Berawal dari ketidak sengajaannya saat pulang dari university nya...