Berjalan di cuaca mendung bulan November yang seharusnya sudah memasuki musim penghujan membuatku semakin kesal saja. Setelah drama sendal hilang di rumah tadi yang ternyata putus setelah dipakai oleh kakak laki-lakiku yang memiliki kaki sangat indah, kini dengan teganya ia menyuruhku membeli keperluan rumah di suasana sendu seperti ini. Kalau dalam cerita novel pasti akan sangat seru, dimana ada seorang manusia yang mengenang masa indah dengan kekasih nya. Tapi ini aku seorang insan yang tak pernah tau bagaimana rasanya memiliki kekasih diusia yang sudah mengijak kepala dua ini, se-ngenes itu loh hidup aku. Setelah menempuh waktu 30 menit sampailah kini aku di toko serba ada, dan seperti yang kuduga bahwa awal bulan seperti ini lebih berpengaruh untuk memicu kaum bourjuis melakukan tindakan konsumtif sedangkan cuaca muram bukanlah masalah.
Bagaikan seorang putri begitu aku membuka kaca helm nampaklah seorang mas parkir dengan senyum ramahnya mengarahkan aku untuk memarkirkan motor unikku ini diantara motor metic yang lebih dulu berpose disana.
"Mau belanja mb?" tanyanya basa basi
" Hehe, Konser mas" jawabku asalBerdialog ria sejenak dengan mas parkir cukup menambah kekesalanku hari ini, tapi yasudahlah, ia mungkin berusaha untuk mengakrabkan diri dengan pengujung. Dasar Buaya! dia kira aku apa? Tidak semudah itu Ferguso.
Mendorong troli dengan penampilan sempurna layaknya seorang model rumahan dengan celana training, kaos oblong dan jilbab segiempat asal yang kesemuamya berwana hitam sampai pada sandal jepit adalah style kesukaanku.
Let's get it! karena setelah ini aku benar benar ingin menyambangi kasur yang begitu kurindukan. Rak yang berisi tumpukan mie instan adalah tujuan pertamaku, tiada yang lebih nikmat saat hujan seperti ini selain semangkuk mie instan dengan taburan cabai hijau yang kuhancur leburkan.Yah benar saja air hujan bercucuran dengan serunya diluar gedung ini. Mie rasa ayam spesial adalah incaranku, namun apa ini? tangan siapa itu? kenapa buluk sekali. Beraninya ia menyentuh tangan yang kucuci sembilan kali sehari ini. Menarik nafas sejenak sembari memejamkan mata, keluarlah suara merdu ini, sempat kulirik sejenak pemuda dengan masker dan rambut berponinya
" Mas, yang sopan ya!"
diem...
" Mas, ini punya saya ya, saya duluan yang pegang" ucapku penuh penekanan
masih tak ada tanggapan, aku yang benar benar jengah ini akhirnya menatapnya dengan lantang. Bukanya takut ia malah terlihat terkejut
"Renata?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing wings
RomanceBahkan saat kau memilih bersamanya, rasa ini masih sama seperti dulu sekuat apapun aku menampiknya _ David Albara