35

513 66 2
                                    

"Hati-hati."

Taehyung yang mendengar itu tersenyum, ucapan sederhana di pagi hari itu memang sesuatu. Pemuda itu lebih memilih menghampiri sang empunya suara setelah memastikan Namjoon menungguinya. Padahal, teman seperjuangannya itu sudah berkali-kali mengumpat.

"Terima kasih, akan kupastikan kau tidak tertinggal materi ujian." ucap Taehyung, dengan jarinya yang mengelus tulang pipi sang kekasih. "Aku berangkat dulu."

Jennie tersenyum. Tangannya melambai beberapa kali saat rombongan itu mulai berangkat menuju sekolah. Tidak terkecuali Lalisa dan juga Hyunjin. Mendadak ia merasa sedih saat ia berpikir kalau hanya menyusahkan. Sudahlah tidak sekolah, lalu seenaknya meminta materi padahal yang lain sudah susah-susah memahaminya.

Setidaknya, itu yang ada di pikiran Jennie. Padahal Taeyong, Lucas, dan juga Namjoon sudah berkali-kali mengatakan kalau ia bukan beban. Dan merupakan suatu kewajiban bagi mereka untuk membantu para rekan, meski Jennie yang bergabung sifatnya sementara saja. Tapi Jennie tetap Jennie, sulit percaya.

"Jennie, kemari. Ikut saya untuk latihan berikutnya."

Yah, mau bagaimanapun, ini semua harus dijalani.

"Baik, Tuan!"

Setelahnya, Jennie hanya berjalan seperti anak ayam pada induknya, mengikuti Seunghyun yang berjalan tegap di depannya. Pria itu memang benar-benar gagah, tapi dia tidak segarang ekspektasi Jennie.

Tidak butuh waktu lama, karena Seunghyun hanya mengarahkan Jennie ke ruang yang sama sekali gadis itu tidak paham. Ia baru memasuki 'dunia' lain yang hanya bisa ia ketahui dari televisi atau novel. Rasanya masih sangat asing, juga canggung karena ia bukan gadis bertipe social butterfly seperti Lalisa.

"Mungkin kurang tepat kalau disebut latihan. Ini lebih seperti briefing biasa. Atau tepatnya, pembelajaran dasar tentang latar belakang organisasi." ucap Seunghyun, setelah mendudukkan dirinya di kursi yang memang tersedia. "Juga tentang motivasi setiap member bergabung atau direkrut ke dalam organisasi."

Jennie tertarik, gadis itu tanpa sadar membuat ekspresi wajahnya terkesan imut karena saking penasarannya. "Apa latar belakang para agen disini juga sama denganku? Atau ada yang justru lebih buruk? Tapi kurasa tidak, mana ada yang lebih menyedihkan dariku."

Seunghyun yang mendengar ocehan anak gadis di hadapannya hanya bisa tersenyum. Wibawanya terlihat semakin menguar dengan rahang tegas yang kini terhiasi lengkungan bibir.

"Ada. Jelas ada. Kalau kau mau tahu siapa yang lebih buruk nasibnya dibanding kau, mungkin kau bisa tanyakan langsung pada kekasihmu itu." kata Seunghyun dengan raut wajah santainya.

"HAH?!" itu reflek, karena Jennie tidak pernah berniat berteriak di depan wajah atasannya itu.

Seunghyun mengangguk. "Saya serius. Tertarik mendengarnya?"

Tidak perlu ditanya dua kali, karena setelahnya Jennie langsung mengangguk ribut.

"Kim Jongin, buronan polisi sejak bertahun-tahun lamanya. Musuh terbesar Taehyung setelah membunuh ayahnya. Tidak terkalahkan, sulit untuk menembus pertahanannya terlebih setelah Pugnator dibentuk. Dan Taehyung yang waktu itu masih berusia empat belas tahun, masih labil dan langsung setuju bergabung saat ditawari Yoongi."

Alien ; Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang