Part 1

19 5 1
                                    

Hii everyone! Salam kenal semuanya🙂
_______________

Sebuah kisah dari perjalanan panjang yang belum sampai hingga saat ini.

Ifah adalah sosok perempuan yang tidak begitu paham akan jati dirinya, apakah dia introvert, ambivert, atau bahkan textrovert yang sangat asik jika berada di dunia maya, namun aslinya pemalu. Yang jelas dia bukanlah seorang extrovet yang mampu bicara banyak dan selalu dikelilingi banyak manusia di sekitarnya. Dia adalah seorang perempuan yang merasa tidak berdaya sekalipun jika dalam dunia nyata. Dalam kisahnya, dia bertemu dengan tiga pria yang pernah dia sukai. Ada dua rasa, yang mungkin sudah tidak baik lagi jika masih terus disimpan, dan ada satu rasa yang lebih baik jika tidak usah diutarakan. Karena, tidak akan pernah sampai juga. "Bertemu kembali saja tidak mungkin apalagi bisa memilikinya", ujarnya dalam hati.

Dia adalah penyimpan rahasia teramat ahli dalam merahasiakan rasa. Dia pernah mencintai seorang pria sejak memakai seragam biru muda, rok pendek, dan dasi biru, yang lingkungannya dikelilingi banyak warna dan berbagai macam mainan di teras sekolahnya. Tentunya masa itu adalah masa dimana dia memulai masa pendidikan pertamanya, yang tidak lain adalah masa TK. Tentunya di umur yang belia itu, rasa suka yang datang pun masih main main.

Panggil saja Ziga, dia adalah orang yang pertama dia suka. Sebenernya dia tidak paham, apa yang membuatnya jatuh hati pada Ziga. Untungnya, rasa itu tumbuh dan pergi lagi dengan cepat.
Dia benar benar mencintai seseorang selagi dia ada dan jika masih sering bertemu, perasanya pun malah semakin ada jika keduanya berada di tempat yang sama. Setelah bertahun tahun dia tidak tahu kabar Ziga, rasa itu mengerti dengan sendirinya untuk tidak menetap lagi.

Pada sore hari, Ifah dan Ziga bertemu di suatu tempat tongkrong yang menyediakan berbagai kopi yang sangat unik. Tempatnya bernama Delia Coffe. Pada saat itu mereka saling menyapa satu sama lain.

"Hai, Ifah. Kamu di sini?", sapa Ziga.
"Eh, ada kamu juga Zi. Iya Nih. Kamu juga di sini ngapain?", jawab Ifah.
"Aku cuma mau pesen coffe vanila aja buat orang rumah, ngga lama kok", saurnya.
"Oh, ya sudah", jawabnya.
"Lain kali kita bisa deh ketemu lagi", kata Ziga.
"Sepertinya bisa", gumam Ifah.
"Boleh minta nomor ponselnya?", tanya Ziga.
"Boleh". Lalu Ifah segera menuliskannya dalam secarik kertas.
Ziga "makasih ya, nanti aku bakal chat kamu".

Ifah hanya bisa menundukkan kepala sembari memberikan senyum selamat pergi kepadanya.

Pada malam harinya, mereka memulai saling sapa dalam ponselnya masing masing. Tanpa disadari, ternyata mereka mempunyai hobi yang sama yaitu menonton film yang bernuansa horor. Mereka memulainya dengan menanya kabar dan bersapa ulang. Padahal mereka sadar, jika mereka berdua sudah kenal lebih dulu sebelum diciptakannya tempat dimana mereka bertemu kembali. Akhirnya mereka berbincang seputar hobinya. Ifah tidak begitu menyukai film romantis apalagi baper, begitu pun dengan Ziga. Pada akhir perbincangan yang begitu lamanya.

Sebenarnya Ifah ingin mengatakan kepada Ziga bahwa dia pernah mencintainya. Sepertinya Ziga peduli dengan ucapan yang belum, namun akan terucapkan oleh hati dan mulut Ifah sendiri. Tapi apakah jika dia mengutarakan rasanya, perasaannya akan lega atau justru dia akan menanggung malu setelah mengatakan perkatakan itu.

Jawabannya adalah tergantung bagaimana tanggapan dan balasan dari Ziga sendiri. Memang rasa yang di dalam lubuk hati Ifah sepertinya akan baik baik saja jika diutarakan. Ifah sangat yakin, Ziga tidak akan menolak kalo Ifah pernah mencintainya. Dia selalu menerapkan etika halu dalam berbagai perasaan yang belum pernah disampaikan sekalipun.

Jika pun ada hati yang tidak menerima rasanya, dia juga sudah tidak berharap kepada Ziga. Jadi, tidaklah masalah baginya seberapa buruk tanggapannya nanti.

..........

Jangan lupa vote ya teman-teman!:)

Halu ber-ulaH -fthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang