"Terimakasih ya, dek"Tutur seorang wanita paruh baya sembari tersenyum lembut.
"Iya..."Jawab Ochobot, membalas senyuman ibu pengunjung kedai sambil sedikit membungkukkan badannya. Setelahnya ia pergi berniat membersihkan meja salah satu pelanggan yang selesai meminum Ice Chocolat.
Remaja itu mengambil lalu menaruh cangkir bekas Ice & Hot Chocolat di atas nampan, kemudian ia mengelap meja itu dengan sehelai kain yang memang sudah dibawanya.
Ochobot menghentikan aktifitas nya mengelap meja saat merasakan tarikan diujung bajunya. Ia berbalik dan menemukan Pipi yang menarik-narik ujung baju dirinya. Remaja berjaket kuning itu menatap adiknya malas.
"Apa?"Ketus remaja itu.
Baru saja Pipi membuka mulut nya hendak mengeluarkan pernyataan"Ngga usah ganggu aku! Tugasku masih banyak, kamu ngerjain tugas mu aja sana!"Ochobot sudah terlebih dahulu berucap.
Pipi menghela nafas, ia harus sabar menghadapi sikap ketus kakaknya ini. Gadis kecil itu memilih mengangkat tangannya menunjuk dua orang yang sedang berbicara–ralat–satu orang aja yang bicara sedang yang satu hanya diam memunggunginya.
Ochobot mendengus lantas pandangannya ia arahkan kearah yang adiknya tunjuk, pupil matanya membola melihat yang Pipi tunjukkan kepadanya. Bukankah itu Kak Yaya dengan Bang Taufan? Pikirnya.
"Duh itu Bang Taufan gak pake masker?"Tanya Ochobot mulai panik, sementara Pipi hanya mengangguk.
"Entar kalo Kak Yaya liat bisa gaswat! Mana ngga ada Bang Fang, Bang Gopal dan Kak Ying lagi!"Pekik Ochobot tertahan.
"Aduh! Gimana ini? Gimana ni? Gimana coba!?"Bingung Ochobot. Pipi memandang Abangnya ini datar.
"Ya samperin lah bang! Kita alihkan perhatian nya Kak Yaya, biar bang Taufan bisa pakai masker nya!"Ketus Pipi, berjalan duluan meninggalkan Ochobot.
"Kok aku bisa nggak kepikiran ya?"Gumamnya lalu melangkah menyusul sang adik. Memang ya jika panik otak itu suka lemot, apalagi kalau lagi dibutuhkan untuk mikir ni otak seakan nge-blank:v
Mereka berdua pergi menghampiri TauYa. Meninggalkan meja yang masih belum bersih sepenuhnya, bahkan tumpahan air coklat belum sempat dilap, dan jangan lupa 3 cangkir juga masih berada di nampan yang tergeletak di atas meja.
.
.
.
.
.
.
Senyuman Yaya semakin melebar kala Taufan semakin berbalik menghadap kearah dirinya. Sebuah seruan yang memanggil namanya membuat ia berbalik, padahal tubuh Taufan sudah sepenuhnya menghadap dirinya. Sehingga gadis itu belum sempat melihat wajah pemuda itu.Tangan yang memegang bahu Taufan terlepas, kedua ujung bibirnya terangkan membentuk bulan sabit kala ia melihat kedua anak orang yang menghampiri dirinya sambil menyerukan namanya. Sebenarnya sih cuman pipi aja yang menyerukan nama gadis itu.
Taufan langsung membuka kedua kelopak matanya, dengan lincah ia mengambil masker yang sudah disiapkan disaku jaketnya, kemudian memakai nya. Pemuda itu juga turut tersenyum setelah masker terpakai dengan rapi.
"Haiiii Kak Yaya, Pipi kangen banget sama Kaka>~<"Seru Pipi sembari sedikit melompat untuk memeluk Yaya.
Yaya dengan senang menerima ajakan Pipi, atau membalas pelukan gadis pra-remaja itu."Kaka juga kangen sama Pipi kok,"Ujarnya seraya mengeratkan pelukan, kerena gadis kecil didekapan nya ini sungguh menggemaskan bagi dirinya.
"Kangennya sama Pipi doang? Ngga sama aku juga?"Celetuk Taufan, menghentikan aksi pelukan kedua gadis berbeda usia itu.
Yaya menoleh menatap Taufan malas"Idih ngapain aku kangen sama kamu?"Balasnya ketus. Walau hatinya berkata lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TIGER[Tauya]-HIATUS-
FanficKelanjutan dri cerita'My Tiger'(Tauya) Bgi yg baru mau baca saya sarankan baca dulu yg book pertama. Di akun pertama ku,biar gk bingung. ______^^______ Setelah kejadian tembakan itu Yaya dibawa berobat ke Singapura oleh Tante Wawa,namun dengan kepe...