VII - TUJUH

138 33 1
                                    

7 tahun lalu.

"Hyung ... tolong," Sehun menangkupkan kedua tangan ke kepalanya dan menangis. Benda-benda di kamar mandi berserakan di sekelilingnya.

Sehun sudah berusaha mendobrak pintu itu, tapi pintu berwarna biru itu hanya bergeming. Anak laki-laki itu sudah menghabiskan seluruh tenaganya untuk mendorong pintu, berteriak minta tolong, tapi tidak ada siapa pun yang datang.

Ia putus asa. Perutnya keroncongan. Ia sudah terjebak di kamar mandi itu selama lebih dari 24 jam. Ia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ketika ia baru saja selesai mandi dan mengenakan pakaian, Sehun merasakan goncangan tanah yang sangat kuat.

Tubuh Sehun sempat oleng ke sana ke mari. Benda-benda berjatuhan dan banyak di antaranya yang mendarat tepat di kepala. Tubuhnya gemetar karena lapar dan ketakutan. Ia menggunakan air di bak mandi untuk minum walaupun air itu snagat kotor terkena debu dan kotoran yang berjatuhan dari langit-langit kamar mandi.

Sehun mati-matian menjaga kesadarannya walaupun ia kerap kali menemukan dirinya sendiri jatuh tertidur. Ia takut tidak akan bisa bangun lagi selamanya.

"Hyung," panggilnya lagi dengan suara yang sangat lemah.

Ketika ia sudah ingin menyerah karena mata dan kepalanya terasa sangat berat, terdengar suara keributan dari luar.

Sehun mengerjapkan mata, tapi tidak mampu lagi berteriak. Ia hanya mendengar suara benda yang berjatuhan dan langkah kaki yang semakin mendekat.

"S-"

Sehun mengejapkan matanya yang semakin kabur. Telinganya berdenging.

"Hun."

"Sehun-ah, kamu di dalam?"

Sehun mengenali suara berat yang terdengar merdu di telinganya itu. Ia ingin menjawab, tapi tenaganya sudah terkuras. Otaknya hanya ingat bahwa pintu kamar mandi akhirnya terbuka.

Cahaya menerobos masuk dan menyakiti retina matanya. Sehun memejamkan mata.

"Sehun-ah!"

***

Chanyeol melangkah masuk ke sebuah tempat makan ayam. Ia mendorong pintu kaca yang di depannya tertulis 'Buka'. Begitu mendengar gemerincing bel, seorang laki-laki paruh baya menoleh ke pintu masuk.

"Chanyeol-ah! Kamu sudah pulang?" tanya laki-laki itu dengan senyuman di wajahnya. Ia terlihat sibuk menyiapkan nasi dan ayam yang terlihat masih mengeluarkan uap.

Chanyeol tersenyum dan mengangguk. Matanya kemudian mengedarkan pandang ke sekeliling. Dari dua belas meja yang tersedia, hanya ada duaa meja yang kosong. Pandangan laki-laki itu juga berserobok dengan anak-anak yang ia kenali sebagai murid-murid Skyline. Bahkan, beberapa dari mereka melambaikan tangan padanya.

"Hei, itu Chanyeol!"

"Ah, dia sangat tampan!"

Chanyeol hanya tersenyum pada mereka karena tidak ada satu pun yang ia kenal. Sepertinya video dance-nya yang telah menyebar ke seluruh sekolah telah membuat tempat makan ayam milik ayahnya ini jadi lebih dikenal.

"Sepertinya hari ini ayah sibuk," kata Chanyeol sembari masuk ke bagian dapur.

"Tidak, kok. Istirahatlah!"

Tanpa menggubris kata-kata ayahnya, Chanyeol menuju ke lantai dua untuk berganti pakaian. Sembari berganti pakaian, Chanyeol melirik jam kecil di atas meja belajarnya yang menunjukkan pukul 20.45.

Vanila - SejeongxSehun [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang